Jumat, 31 Agustus 2007

TNI-AL Bantu Penyeberangan Merak-Bakauheni

BAKAUHENI (Berita Nasional) : Empat kapal bantuan dikerahkan untuk mengatasi kemacetan di Pelabuhan Merak dan Bakauheni. Dua diantaranya kapal perang TNI Angkatan Laut.

Keempat kapal tersebut, KMP Raja Enggano, KMP Dharma Lautan II, dan dua bantuan TNI AL, yakni KRI Teluk Hading dan KRI Teluk Manado.

KMP Raja Enggano beroperasi sejak Rabu (29/8) pagi. Sedangkan du aKRI baru merapat di dermaga beton Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni, kemarin (Kamis, 30/8), sekitar pukul 14.45.

Kedatangan KMP Dharma Lautan II yang baru usai docking (perbaikan) di Surabaya belum dipastikan. Kini masih dalam pelayaran menuju Merak,” kata Kepala Cabang PT ASDP Bakauheni Prasetyo Bhakti Utomo didampingi Manajer Operasional Zailis Anas.

KMP Dharma Lautan II biasa melayani penyeberangan Medan-Sibolga. Kapasitas kapal ini 20-an kendaraan, sama seperti KMP Raja Enggano. “Kapal tersebut terbilang kecil karena hanya melayani penyeberangan lintas selat,” ujar Kacab.

Untuk KRI, daya angkutnya berkisar 20-25 kendaraan. “Kedua KRI melakukan bongkar muat di dermaga beton Bakauheni karena kapal itu tidak punya pintu belakang Cuma pintu samping,” ujar Prasetyo.

Karena tidak bisa bongkar muat di Merak, KRI diarahkan ke Pelabuhan Ciwandan, Cilegon.

Komandan Pangkalan Angkatan Laut (Danlanal) Banten Letkol Laut Imron mengatakan kapasitas dua KRI termasuk kecil, hanya mampu mengangkut empat sampai enam truk ukuran ¾. “Kecepatan kapal mencapai 12 knot. Dibanding dengan kapal ro-ro yang memiliki rata-rata, 10 knot, kapal kami termasuk cepat,” ujarnya.

Kemarin, antrean di Bakauheni tidak sepanjang di Merak. Di pelabuhan ini hanya terlihat ratusan kendaraan di kantong parker Dermaga I, II, dan III.

Untuk mengurangi antrean, truk-truk yang menumpuk di lintasan Merak-Cilegon dialihkan ke Pelabuhan Ciwandan. Di pelabuhan ini, empat kapal disiapkan melayani penyeberangan ke Bakauheni.

Setelah dialihkan, antrean truk di Merak mulai berkurang. Walaupun begitu, penumpukan kendaraan masih 10-an kilometer. Sebelumnya, antrean sampai jalan tol Merak Km 92, Cilegon Barat.

Untuk mengatur arus lalulintas, petugas gabungan Satuan Lalulintas Polres Cilegon dan Dinas Perhubungan Kota Cilegon mengalihkan kendaraan pribadi yang ingin ke Merak keluar pintu tol Cilegon Barat.

Kepala PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) Cabang Merak Moch. Ichsan memperkirakan penumpukan truk bisa teratasi Senin pekan depan.

“Pengoperasian Pelabuhan Ciwandan hanya untuk mengurangi penumpukan di Merak,” ujarnya.

PM Malaysia Minta Maaf kepada Indonesia

JAKARTA (Berita Nasional/ANTARA News) - Pemerintah Malaysia melalui Perdana Menteri Abdullah Ahmad Badawi secara resmi meminta maaf atas insiden pemukulan oleh anggota polisi Diraja Malaysia terhadap Donald Luther Colopita, ketua delegasi wasit karate Indonesia."Malam tadi (Rabu malam, 29/8 -Red), sekitar pukul 20.00 WITA Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerima telepon dari PM Malaysia yang intinya pernyataan penyesalan dan meminta maaf sedalam-dalamnya (provound appologize) atas kejadian itu," kata Juru Bicara Kepresidenan, Dino Pati Djalal di Istana Tampak Siring, Bali, Kamis malam.Pemukulan terhadap ketua delegasi wasit karateka Indonesia itu terjadi pada hari Jumat (24/8). Saat itu, Donald dipukuli oleh empat orang polisi Malaysia tanpa alasan yang jelas.Dijelaskan Dino, pembicaraan kedua kepala pemerintahan berlangsung dalam suasana konstruktif dan bersahabat sebagaimana layaknya dua saudara dan PM Malaysia menyatakan, bahwa insiden itu tidak perlu terjadi.Menurut Dino, Presiden Yudhoyono menghargai pernyataan PM Malaysia yang berupaya serta berniat baik untuk menghubungi Kepala Negara RI.Hal itu juga menunjukkan sikap arif Perdana Menteri Malaysia, dan kedua pemimpin sepakat bahwa masalah itu perlu diselesaikan sesuai jalur hukum. "Presiden menghargai langkah-langkah hukum dan tindakan indisipliner yang dengan cepat dapat diambil pemerintah Malaysia," katanya.Kedua pemimpin mengharapkan, masalah itu dapat diselesaikan dengan cara yang baik dan cepat demi menjaga hubungan persaudaraan kedua negara yang selama ini berlangsung dengan kokoh.Untuk itu, ujar Dino, Kepala Negara mengimbau semua pihak tetap bersikap tenang dan tidak terpancing emosi dalam kasus ini.Ia juga menginformasikan Kepala Kepolisian Diraja Malaysia (PDRM) telah menulis surat kepada Donald Luther Colopita yang langsung diantarkan Duta Besar Malaysia kepada korban yang saat ini masih dirawat di rumah sakit.(*)

Mendagri Perlu Maksimalkan Otonomi Daerah


JAKARTA (Berita Nasional) : Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Mardiyanto tidak memiliki waktu untuk melakukan adaptasi. Sejumlah masalah sudah menumpuk dan segera membutuhkan penyelesaian. Masalah pelaksanaan otonomi daerah dinilai perlu segera mendapatkan perhatian. Sejauh ini, otonomi daerah belum berjalan maksimal karena pemerintah pusat cenderung plin-plan dalam merealisasikan kebijakan yang telah menjadi amanat konsitusi. Demikian rangkuman pendapat yang disampaikan pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhroh dan Wakil Ketua Komisi II DPR dari Fraksi Partai Amanat Nasional (F-PAN) Sayuti Asyathri ketika dihubungi SH, Kamis (30/8). “Pusat jangan plin-plan dalam merealisasikan kebijakan desentralisasi. Jangan ada kesenjangan yang diatur,” kata Zuhroh. Dia mengatakan, supaya desentralisasi berjalan maksimal, Mendagri harus menjalin komunikasi yang intensif dengan daerah. Ini diperlukan agar pemerintah pusat dan daerah memiliki kesamaan pengertian dalam menjalankan desentralisasi. Selama ini, pola hubungan antara pusat dengan daerah kurang baik. Pemerintah pusat seringkali membuat peraturan yang bertentangan dengan desentralisasi. Mendagri harus melakukan pendampingan terhadap daerah. Pasalnya, pengawasan yang tidak maksimal akan membuat desentralisasi yang berjalan saat ini carut-marut. “Pengawasan selama ini tidak maksimal. Bukannya dari perda-perda saja, tetapi bagaimana dengan kewenangan-kewenangan yang tidak diterapkan seharusnya dievaluasi,” katanya. Sayuti menyatakan perhatian terhadap pelaksanaan otonomi daerah merupakan hal yang sangat penting. Ini mengingat sendi negara yang dibangun berdasarkan konstitusi RI sangat bertumpu pada pemberdayaan daerah. Ke depan daerah otonom tidak boleh dibebani masalah politik. “Mendagri bisa memberi terobosan terhadap daerah supaya cepat dapat meningkatkan perekonomian yang ujungnya untuk kesejahteraan rakyat,” katanya. Sementara itu, terkait dengan daerah otonom baru, Sayuti mendesak agar Mendagri yang baru segera menindaklanjuti kesepakatan dengan DPR. Dalam kesepakatan tersebut, DPR menginginkan adanya evaluasi terhadap daerah otonom baru. Hasil evaluasi ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk perbaikan Peraturan Pemerintah (PP) No. 129 Tahun 2000 tentang Pembentukan dan Penggabungan Daerah Otonom Baru. Hasil evaluasi juga sebagai masukan untuk menanggapi respons usulan pemekaran beberapa wilayah. “Titik beratnya pada daerah perbatasan yang sangat rentan. Butuh pemerintahan yang efektif supaya dapat melakukan pelayanan publik,” imbuhnya. Dua Tugas Pokok Sementara itu, Mardiyanto menyatakan siap melaksanakan dua tugas pokok mencakup bidang politik dan pemerintahan. Bidang politik menyangkut revisi terhadap UU No 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah dan paket RUU Politik yang harus diselesaikan sampai dengan akhir Desember 2007.“Saya sangat berterima kasih kepada pendahulu saya. Yang pertama adalah Bapak M Ma’ruf (mantan Mendagri) dan yang kedua Bapak Widodo AS (Mendagri ad interim). Yang setelah saya baca dan saya pelajari, beliau telah menanamkan dan membuat langkah-langkah untuk penyesuaian bidang politik ini. RUU sudah selesai dan sudah diserahkan kepada DPR, dengan demikian tugas awal adalah mulai membahas ini sesuai dengan tahapan waktu yang ada,” paparnyaUpacara pelantikan Mardiyanto oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono disaksikan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla, para menteri Kabinet Indonesia Bersatu, Ketua MPR Hidayat Nurwahid, Ketua DPD Ginandjar Kartasasmita, Panglima TNI Marsekal TNI Djoko Suyanto, dan Kapolri Jenderal Sutanto.Hal lain yang menjadi prioritas di bidang politik adalah masalah seleksi anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU). “KPU juga sudah ada batasan waktu kapan harus selesai, sehingga tahap penyusunan KPU tentu akan lebih cepat dan ke belakangnya tidak akan terjadi kemunduran,” katanya. Mardiyanto mengatakan kunci dari semua itu adalah bagaimana dirinya membangun komunikasi intensif dengan pihak-pihak terkait seperti DPR dalam mengkaji UU Politik. Untuk otonomi daerah dan pemerintahan, komunikasi intensif antara Mendagri dan Gubernur di daerah akan menjadi satu prasyarat utama.(*)

Din Batalkan Ceramah di Kedubes Malaysia

JAKARTA (Berita Nasional) : Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Sjamsuddin membatalkan ceramah di depan masyarakat Malaysia di Jakarta sebagai protes atas sikap negara tetangga yang kurang bersahabat.Sementara itu , Parlemen Malaysia didesak supaya mendorong percepatan pengadilan atas para pelaku penganiayaan wasit karate Indonesia Donald Luther Colopita.Terlepas dari sebab musabab dari peristiwa penganiayaan tersebut dan proses hukum yang sedang berlangsung, adalah arif bagi pemerintah Malaysia untuk sekadar menyesalkan peristiwa atau meminta maaf sesuai budaya Melayu dan tradisi Muslim, kata Din kepada Sinar Harapan, Kamis pagi (30/8).Din Sjamsuddin semula akan berceramah di Kedubes Malaysia, Kamis malam (30/8) berkenaan dengan Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW, HUT Kemerdekaan Malaysia dan 50 tahun hubungan diplomasi Indonesia–Malaysia. Pembatalan ini terkait sikap pemerintah Malaysia terkait dengan pemukulan wasit karate Indonesia tersebut. Dia menambahkan, permintaan maaf itu tidak terjadi ketika Menlu Malaysia Syed Ahmad Albar dan Kepala Polisi Malaysia bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Hal ini akan menambah sentimen di sementara masyarakat Indonesia terhadap Malysia yang dianggap mulai sombong dan memandang rendah Indonesia. Sebagai dua negara serumpun yang bertetangga dekat, Indonesia-Malaysia harus mengembangkan hubungan yang harmonis atas dasar saling menghormati, menghargai dan saling menguntungkan. Hubungan antar kedua negara tidak booleh berdasarkan superior-inferior karena keduanya mempunyai saling ketergantungan yang tinggi. Apalagi mayoritas penduduk kedua negara beragama Islam, hingga perlu menjalin keakraban, lanjutnya.Ketua wasit karate Indonesia Donald Luther Colopita dipukuli empat polisi Malaysia yang berpakaian sipil ketika keluar dari hotel setelah menghadiri pertemuan para wasit dari berbagai negara Asia di Hotel Alison Kelana di Nilai, Negeri Sembilan pada Jumat dinihari (24/8). Donald menderita luka-luka di sekujur tubuh dan kemudian dipulangkan ke Jakarta untuk perawatan lanjutan. Anggota ParlemenInsiden di Nilai itu, telah mendorong anggota Parlemen Malaysia Abdul Fatah Haji Harun mengirim surat kepada Tan Sri Dato’ Seri Diraja Ramli bin Ngah Talib, Yang Di-pertuan Dewan Rakyat, Parlemen Malaysia. Dalam surat yang juga diterima Sinar Harapan itu, Abdul Fatah memprihatinkan aksi pemukulan tersebut sebab telah menjadi masalah nasional. Dia mendesak parlemen supaya menyegerakan perkara ini karena telah memalukan negara dan membangkitkan kemarahan pemimpin negara tetangga serumpun yang mencaci nama baik negara. Perkara ini juga mendapat perhatian Presiden RI dan anggota DPR hingga merusak hubungan kedua negara.Dalam perkembangan yang sama, Duta Besar Malaysia untuk Indonesia, Dato’ Zainal Abidin Zain, menyatakan lokasi pemukulan wasit karate Indonesia oleh polisi Malaysia merupakan tempat yang rawan dimana jumlah aksi kejahatan terus bertambah.“Kejahatan di tempat itu meningkat, padahal di Nilai tengah berlangsung kejuaraan internasional, karena itu ditempatkan mobil-mobil polisi yang menyamar serta polisi-polisi yang tidak berseragam. Memang keempat polisi itu seharusnya memperlihatkan kartu identitas ketika akan menangkap Donald, kata Dubes Zainal usai memenuhi panggilan Direktur Perlindungan WNI dan Bantuan Hukum Indonesia, Teguh Wardoyo di Jakarta, Rabu (29/8). Dubes Malaysia menegaskan, dia tidak dapat memberi jaminan bahwa insiden serupa tidak akan terjadi lagi karena terkait dengan manusia yang memiliki perangai yang berbeda-beda.Pemerintahnya tidak dapat minta maaf karena proses hukum sedang berlangsung, tapi Menlu telah menyampaikan penyesalan atas terjadinya peristiwa ini, kata Dubes Zainal yang menambahkan para polisi yang kini tengah diperiksa jika terbukti bersalah akan dibawa ke pengadilan. “Biarlah pengadilan yang memutuskan,” katanya.Selain meminta penjelasan soal pemukulan, Teguh Wardoyo juga meminta pemerintah Malaysia memberi perhatian lebih terhadap kasus-kasus yang menimpa WNI, yang hingga kini belum selesai. Indonesia mendesak pemerintah Malaysia untuk memberikan perlindungan sesuai dengan aturan hukum mereka dan kepada kasus-kasus yang selama ini belum mendapatkan tanggapan. “Seperti kasus Nirmala Bonat, yang dimulai sejak tahun 2004 tetapi hingga saat ini belum juga rampung,” katanya.Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kuala Lumpur mencatat sejumlah kasus penganiayaan dan pemerkosaan yang menimpa WNI yang hingga kini belum selesai. Selain Nirmala Bonat, juga ada Darmilah (sejak Mei 2006), Sanih Nur Wanih (sejak September 2006), Yudista Purwaningtyas (Oktober 2006), Dede Rosliyah (November 2006), Parwati (Maret 2007), Elena (April 2007) dan Meriana Bulu (Mei 2007).Kasus lainnya adalah Suriani binti Nas yang diperkosa oleh oknum anggota RELA Juni 2007, Ceriyati, Lilis Warsak, Parsiti, Kuniarsih, Siswati dan Yarsi yang dengan berbagai alasan berbeda hingga saat ini kasus-kasus itu belum juga diselesaikan secara hukum. Menurut Teguh, Dubes Zainal akan menyampaikan hal ini ke Kuala Lumpur dan akan menginformasikannya kepada Deplu RI jika telah mendapat jawaban dari negaranya.(*)

Kamis, 30 Agustus 2007

Mengembalikan Roh dan Sejarah PWIR

SUBANG (Berita Nasional) : Salah satu poin keputusan KLB PJI 2007 di Subang ialahmengembalikan roh dan sejarah PWIR. Dalam hal inirasanya tidak arif jika berkutat pada siapa yang harusbertanggungjawab terhadap kemandegan organisasi selamaini. Sehingga banyak sumberdaya di pusat dan daerahhilang begitu saja.Dalam kongres yang menjadi keputusan adalah kembalikepada AD/ART PWI Reformasi dengan memperhatikanperkembangan organisasi dan lingkungan organisasi saatini. Demikian juga dengan rekomendasi dan programkerja mengacu kepada hasil keputusan KLB Jogya yangbelum sempat dilaksanakan oleh kepengurusan terpilihsaat itu.Misalnya untuk pengukuhan di hadapan publik, Kornasmenargetkan agar dalam bulan September ini sudahdilakukan sosialisasi di gedung Dewan Pers, Jakarta,tentunya setelah seluruh kepengurusan, kompartemen danlembaga MPN serta DKKE definitif terbentuk.”Untuk Konsolidasi daerah, kami mengharapkan agardaerah-daerah yang sudah melakukan Konferda segeradapat melaporkan hasilnya untuk mendapatkan SKpengukuhan kepengurusan,” kata Kaka Suminta, ketua panitia, yang kemudian terpilih jadi Sekretaris Umum PWIR.Sementara untuk pembentukan sekretariatan, hampirdapat dipastikan menggunakan salah satu gedung diManggala Wana Bhakti milik Bpk Rendy, salah seorangaktivis PWI Reformasi di Kalteng yang kini menjadianggota DPR-RI, selain dua calon sekretariatan lainyadi Buncit Raya dan rumah Ketum sendiri.”Banyak sekali dukungan dan masukan yang kami harapkandapat kawan-kawan sampaikan untuk memperkuatorganisasi di tingkat pusat maupun daerah. Dan kamiterbuka untuk masukan tersebut,” kata Sekum PWI Reformasi itu.(*)

Mengenal Noto, Calon Bupati Empat Lawang


YULIZAR DINOTO.SH., Salah satu diantara beberapa Calon Bupati Empat Lawang, yang ikut meramaikan Pilkada Tahun 2008, dilahirkan di Lahat pada tanggal 30 Juli 1956 putra pasangan H. Muhammad Rusdi Bin Pangeran Ibrahim asal dusun Gunung Meraksa Baru dengan Hj. Ning Kartini Binti Demang Oemar asal dusun Muara Danau.Lebih sering dipanggil Noto, saat ini masih memegang jabatan sebagai Wakil Kepala Dinas Perhubungan Propinsi Sumatera Selatan, cukup banyak jabatan yang telah dilalui oleh beliau, diantaranya Wakil Bupati Kabupaten Lahat, Kepala Biro Otonomi Daerah Setda Propinsi Sumatera Selatan, Kepala Bagian Tata Usaha Ditsospol Propinsi Sumatera Selatan, PLT Kepala Bappeda Kota Madya Palembang serta beberapa jabatan lainnya.Didalam berorganisasi beliau cukup banyak terlibat diantaranya, sampai sekarang Noto masih dipercaya sebagai Ketua DPD AMPI Propinsi Sumatera Selatan, beberapa pengalaman berorganisasi diantaranya ; Wakil Ketua KNPI Sumatera Selatan, Seketaris Majelis Pemuda Indonesia Sumatera Selatan dan masih banyak lagi jabatan organisasi kemasyarakatan yang beliau terlibat didalamnya.Dengan Motto " Bersama Kita Berbuat Demi Kesejahteraan Rakyat ", Noto hadir mencalonkan diri untuk turut dalam Pesta Demokrasi yang akan berlangsung Tahun 2008, terlepas dari semua itu Masyarakat Kabupaten Empat Lawang lah yang akan memilih calon pemimpin mereka.

SBY Minta Kemacetan Merak-Bakauheni Diatasi


TANGERANG (Berita Nasional) : Presiden meminta Menhub, Pemporv Lampung, Banten, dan DKI Jakarta mengatasi kemacetan di Pelabuhan Merak – Bakauheni.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan perintah tersebut ketika meresmikan patung Proklamator Soekarno-Hatta di gerbang masuk Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Rabu (29/8-07). Menurut Presiden, Merak – Bakauheni merupakan lintasan penghubung perekonomian utama antarprovinsi. Sebab itu, jalur tersebut harus dalam kondisi lancar.

“Antrean panjang di penyeberangan Merak dan Bakauheni (sejak sepekan terakhir, red) menunjukkan ada linkage antara ekonomi di Lampung, Banten, dan Jakarta. Carikan solusi segera termasuk Saudara Menteri Perhubungan (Menhub). Koordinasikan dengan pimpinan daerah Lampung dan Jakarta,” kata Presiden.

Sampai kemarin, penumpukan kendaraan yang hendak menyeberang ke Sumatera belum teratasi. Antrean bahkan mencapai jalan tol Merak Km 92, Cilgon Barat. Kondisi ini juga terjadi di Bakauheni.

Kemacetan karena jumlah kapal berkurang. Dalam kondisi normal, kapal yang melayani Merak – Bakauheni berjumlah 17 – 19, kini hanya 13 kapal. Menurut Manajer Operasional PT ASDP Cabang Bakauheni, Zailis anas, kini sejumlah kapal docking (sedang perbaikan) dan satu kapal, KM Nusa Dharma, rusak. Diperkirakan hari ini kapal yang docking (KM Nusa Mulia dan KM Tribuana) bisa beroperasi.

Untuk mengatasi kemacetan, PT ASDP menambah satu kapal feri dan dua kapal landing craft tank milik TNI AL. “Segera ada tampabahan dua kapal lagi besok (hari ini) dan lusa (besok) karena ada yang selesai docking,” kata Direktur PT ASDP Ahmad Syukri.

Masalah di perlintasan Merak – Bakauheni dapat perhatian serius Presiden SBY. Jika tidak dibenahi, kondisi ini bisa menghambat pertumbuhan kawasan Banten, Jakarta, dan Lampung.

Desakan agar Menhub Jusman Syafii Djamal segera mencari solusi mengatasi kemacetan juga disampaikan anggota Komisi V dari dari F-KB DPR Abdullah Azwar Anas. “Masak dari tahun ke tahun kita terus hadapi masalah yang itu-itu juga,” ujarnya.

Menhub, ujar Azwar, mesti berkoordinasi lintas sektoral untuk membicarakan persoalan kemacetan secara komprehensif. Menurut Azwar Anas, kemacetan di Merak tidak bisa diselesaikan Direktorat Perhubungan Darat, tetapi perlu melibatkan pihak lain seperti Ditjen Perhubungan Laut (Hubla). “Minimal ada koordinasi antara dua instansi itu. Inisiatif itu harus datang dari Menhub,” katanya.

Kemacetan rutin yang terjadi di pelabuhan penyeberangan, ujar Azwar, akibat tidak adanya system perhubungan nasional yang memadai.

Kemacetan sepekan terakhir menyebabkan PT Marga Mandala Sakti (MMS), operator tol Jakarta-Merak rugi hingga Rp140 juta per hari.(*)

Rabu, 29 Agustus 2007

Teluk Jakarta Tercemar Limbah

JAKARTA (Berita Nasional) : Setelah lokasi pendaratan kapal terenggut oleh pembangunan, ribuan nelayan di pesisir Jakarta juga harus merasakan makin minimnya daya hidup mereka, setelah lingkungan mereka semakin terancam oleh polusi dan limbah. Hal tersebut terungkap setelah tim Ekspedisi Pesisir Teluk Jakarta 2007 menyisir bagian pesisir Jakarta mulai dari Ancol hingga Kamal Muara, Selasa (28/8) kemarin. Tim ekspedisi ini terdiri dari wartawan Sinar Harapan, anggota Mapala Universitas Indonesia, dan peneliti dari Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Insitut Pertanian Bogor (PKSPL-IPB).Dalam pantauan tim laut, titik-titik muara sungai merupakan wilayah yang paling terkontaminasi limbah. Di lokasi keluarnya sungai di pantai Marina, awak perahu kayak laut terus merasa terganggu penciumannya oleh polusi. Karena tak tahan oleh bau yang menyengat, M Fachri, salah seorang anggota tim, terpaksa segera menjauh dari bibir muara menuju laut lepas. ”Aneh, padahal di pantai itu jelas terlihat kapal-kapal mewah bersandar. Tapi kondisi lingkungannya sama saja dengan muara sungai lain di Jakarta,” ungkap Fachri. Tak lama berselang setelah melewati muara Sungai Marina, tim kemudian menyisir ke dalam pelabuhan Sunda Kelapa melalui laut. Upaya penyisiran ini cukup menegangkan, karena berisiko terkena gelombang kapal-kapal besar yang masuk ke pelabuhan. Di bagian dalam tembok-tembok pembatas pelabuhan dengan laut, malah terlihat menjadi lokasi pembuangan sampah. Ini mungkin juga disebabkan oleh arus menuju laut yang tertahan sehingga menjadi pusaran air yang menahan sampah.Sementara itu di wilayah Kali Adem, yang menjadi sasaran penyisiran setelah makan siang, juga tak terlihat kondisi lingkungan yang lebih baik. Justru keadaannya lebih buruk, karena kondisi air muaranya terlihat menghitam, diperparah oleh keadaan permukiman yang buruk. Hampir seluruh rumah penduduk di sana tak menghadap ke laut. Sepertinya laut menjadi tempat pembuangan sampah saja. MCK yang “bergelantungan” tampak memenuhi seluruh area Kali Adem hingga muara Kali Angke. Bahkan di muara Kali Angke, kondisi air yang menghitam telah mencapai kisaran satu kilometer jauhnya dari bibir pantai menuju laut. Kondisi tersebut terus terlihat hingga seluruh tim menyelesaikan penyisiran mencapai batas barat cagar alam Muara Angke. Kondisi ini jelas membuat makin minimnya penggunaan lahan kelautan. Karena nelayan-nelayan juga menjadi malas untuk mencari ikan di sana. Bahkan Dahlan, awak kapal yang disewa untuk membantu penyisiran, terus saja menolak untuk mendekati pantai. ”Susah Mas, masuk ke situ. Sudah dangkal, banyak sampah pula,” katanya. Hutan BakauMangrove-mangrove yang tersisa di cagar alam tersebut memang sepertinya tertutup oleh sampah dan air hitam saja. Hingga kelayakan fungsi mangrove, sebagai kawasan nursery (pemijahan dan perkembangbiakan anakan ikan), menjadi pertanyaan. Sebenarnya kawasan mangrove di area ini tergolong lebih baik dibandingkan wilayah lainnya. Karena bila melihat dari arah lautan, hanya wilayah ini yang memiliki ekosistem mangrove terbaik di pesisir Jakarta. Bahkan, deretan hutan mangrove itu masih rimbun hingga batas wilayah Penjaringan. Sayangnya, di titik keluar muara Cengkareng drain, terlihat hutan mangrove mulai habis terbabat. Reklamasi pantai yang dilakukan para pengembang properti di wilayah tersebut tampak meratakan tanah di area ini. Hingga areal kehijauan mangrove, terlihat terpotong oleh warna coklat. Di Kamal Muara, masalah pengendapan menjadi tantangan baru yang harus dihadapi. Selain juga masih buruknya sanitasi di sekitarnya. Pada wilayah titik tambat perahu nelayan, tampak masalah pengendapan membuat kapal tak bisa masuk ke dermaga dengan mudah. Bahkan sebuah kapal pencari ikan yang kebetulan singgah, harus dibantu empat orang untuk menarik kapal masuk ke dermaga. Kata seorang nelayan yang sempat diwawancarai, kondisi tersebut sudah menjadi makanan sehari-hari sekarang. ”Padahal dermaga kapal sudah dipindah menjadi dekat laut lepas. Tapi masih saja terasa dangkal dasar muara sungai di sini,” tutur nelayan tersebut. Sementara itu, menurut Suhana, peneliti dari Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Laut yang mengikuti proses kegiatan tim ekspedisi dari hari pertama, menyatakan kalau kondisi kelautan di pesisir Jakarta sekarang memang sudah tak mendukung untuk kehidupan nelayan. Keadaan tersebut, menurutnya, tak hanya disebabkan oleh kapal-kapal milik nelayan yang membuang limbah, namun merupakan akumulasi dari ketidakpedulian masyarakat dari hulu hingga hilir sungai. Seperti di Muara Angke yang menghitam hingga satu kilometer jauhnya, tak mungkin hanya disebabkan oleh pembuangan minyak dan oli oleh para nelayan di pesisir. Tapi mungkin juga karena sulitnya kontrol terhadap perusahaan-perusahaan yang membuang limbah di kali tersebut. ”Dari radiusnya yang mencapai satu kilometer dari bibir sungai dan melebar hingga menutupi keseluruhan Cagar Alam Muara Angke, jelas menunjukkan kalau polusi tersebut bukan hanya kerjaan komunitas nelayan yang hanya beberapa jumlahnya,” tutur Suhana. Penyisiran kemudian dihentikan di wilayah Kamal Muara, karena disepakati area ini merupakan batas terakhir sungai di barat Jakarta. (Sinar Harapan)

Dikaji, Dampak Operasi Pembalakan Liar

JAKARTA (Berita Nasional) : Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Erman Suparno akan berkordinasi dengan Kapolri Jend Sutanto dan Menteri Kehutanan MS Kaban soal pemberantasan illegal logging (pembalakan liar-red). Kordinasi ketiga pihak ini selain mempertegas langkah hukum, juga mengantisipasi kemungkinan maraknya pemutusan hubungan kerja akibat banyaknya pabrik kertas dan kayu yang tutup atau ditutup aparat.“Saya akan mengomunikasikannya dengan Kapolri dan Menteri Kehutanan,” kata Menakertrans Erman Suparno, Senin (27/8) .Erman menegaskan pihaknya menghormati pelaksanaan operasi pemberantasan pembalakan liar, apalagi ada Instruksi Presiden No. 4/2005 tentang Pemberantasan Penebangan secara Ilegal di Kawasan Hutan dan Peredarannya di seluruh Indonesia. Namun, ia meyakini pula, melindungi kepentingan pekerja juga tak kalah penting. Solusi atas hal ini lah yang bakal dibahasnya.Sementara itu, Wapres Jusuf Kalla juga mengimbau agar Polri dan Dephut mampu menciptakan suasana kondusif bagi pelaksanaan penegakan hukum dan keperluan industri. Kalla meminta Kapolri dan Menhut segera menyamakan persepsi dan menegaskan mana hutan produksi dan hutan tanaman industri.“Pemerintah tak menoleransi pembabatan hutan secara ilegal. Namun pemerintah juga tak akan membiarkan kebijakan yang menyebabkan banyak orang menganggur. Keduanya (pembalakan liar dan pengangguran) tak boleh ada di negeri ini,” katanyaPernyataan Erman dan Wapres Jusuf Kalla juga menanggapi pernyataan manajemen PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) dan Indah Kiat Pulp and Paper (IKPP), perusahaan bubur kertas terbesar di Indonesia di Riau yang kemungkinan bakal melakukan PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) massal terhadap ratusan ribu karyawannya. Operasi pemberantasan pembalakan liar di Riau berdampak ragunya kedua perusahaan ini untuk beroperasi. Sebelumnya, aparat kepolisian Riau menyegel lahan bahan baku dan alat-alat berat kedua perusaahaan tersebut. Polisi menuding, manajemen dua perusahaan itu menggunakan kayu illegal untuk berproduksi.

Realisasi Bagi Hasil Migas Baru 31%

PRABUMULIH (Berita Nasional) : Realisasi bagi hasil migas dan PBB migas hingga Juli 2007 baru 31 persen atau sekitar Rp25,8 miliar, dari target 82,1 miliar. Angka itu khusus kontribusi PT Pertamina EP Region Sumatera, Prabumulih. "Kami akan jemput bola menyampaikan hal itu ke pusat. Rencananya, besok (hari ini, red) saya akan berangkat ke Jakarta ikut rapat lipting (perhitungan) di Departemen Keuangan dan Departemen ESDM (Energi Dan Sumber Daya Manusia)," kata Kepala Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Prabumulih Drs H Chozali Hanan MM, kemarin Dijelaskannya, kewenangan pembagian atas hasil migas serta PBB bukan kewenangan daerah, melainkan pemerintah pusat. Makanya, pihaknya siap membeberkan data realisasi pajak yang sudah masuk di depan rapat lipting Departemen Keuangan (Depkeu) dan Departemen ESDM yang akan berlangsung selama tiga hari di Jakarta. Sebenarnya ada tiga sumber penerimaan daerah yang akan masuk dalam APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah). Yakni, dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana perimbangan, dan pendapatan lain-lain yang sah. "PAD 2007 ditarget Rp12.093.380.000, hingga Juli sudah terealisasi Rp8.717.514.474 atau sekitar 72,09 persen," terang dia. Lalu, dana perimbangan, target Rp89 miliar, yakni dari bagi hasil pajak dan bukan pajak. Namun, khusus SDA (sumber daya alam) dari migas dan PBB migas ditarget Rp82,1 miliar, hingga Juli baru terealisasi Rp25,8 miliar atau sekitar 31 persen. Kemudian, untuk pendapatan lain-lain yang sah ditarget Rp4,4 miliar, namun baru terealisasi Rp130 juta. "Total target APBD 2007 sebesar Rp299.973.864.919 atau sekitar Rp300 miliar," ujar Chozali. Soal keinginan DPRD agar audit terhadap pajak perimbangan atas migas dan PBB migas dari PT Pertamina EP Region Sumatera, Chozali welcome. "Silakan saja, jika DPRD ingin audit dana perimbangan pajak migas dan PBB migas Pertamina. Itu kewenangan DPRD ke PT Pertamina. Nanti, yang akan menjelaskan pihak Pertamina, mereka (Pertamina) yang punya data keseluruhan, termasuk data produksi," tegasnya.(*)

Senin, 27 Agustus 2007

Rendah Kesadaran Memberikan ASI di Indonesia

JAKARTA (Berita Nasional/ANTARA) - Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta mengatakan bahwa meskipun usaha untuk meningkatkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sangat gencar dilakukan, tapi kesadaran masyarakat untuk pemberian ASI di Indonesia masih memprihatinkan."Cakupan ASI eksklusif 6 bulan hanya 39,5 persen dari keseluruhan bayi dan hal yang sangat menyedihkan adalah peningkatan pemakaian susu formula sampai tiga kali lipat antara 1997-2002," kata Meutia Hatta pada acara puncak peringatan pekan ASI sedunia 2007 di Istana Negara, Senin.Menurut dia, berdasarkan data yang ada pada 2002-2003 bayi dibawah usia 4 bulan yang diberikan ASI eksklusif hanya 55 persen sementara itu pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 2 bulan hanya 64 persen, 46 persen pada bayi berumur 2-3 bulan dan 14 persen pada bayi berumur 4-5 bulan.Dikatakan bahwa permasalahan yang mengakibatkan masih rendahnya penggunaan ASI di Indonesia adalah faktor sosial budaya, kurangnya pengetahuan akan pentingnya ASI, jajaran kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung program pemberian ASI, gencarnya promosi susu formula dan kurangnya dukungan dari masyarakat termasuk institusi yang mempekerjakan perempuan untuk ibu menyusui.Oleh karena itu, lanjut dia, keberhasilan ibu menyusui juga ditentukan oleh dukungan yang terus menerus dari suami, keluarga, petugas kesehatan dan masyarakat untuk terus menyusui bayinya."Salah satu alasan ibu tidak berhasil memberikan ASI eksklusif adalah ketidakmampuan bayi menghisap ASI dengan benar karena penolong persalinan yang memisahkan bayi dari ibunya begitu dilahirkan menghambat naluri bayi," ujarnya.Sejalan dengan itu, lanjut dia, Tema Pekan ASI sedunia 2007 adalah mengangkat inisiasi menyusu dini, setelah dilahirkan bayi langsung diletakkan di perut ibu sehingga bayi secara alamiah akan mencari puting susu ibunya dan menghisap ASI."Keberhasilan inisiasi menyusu dini akan membantu keberhasilan menyusui secara eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai anak berusia 2 tahun," katanya.Mengacu pada Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs), kata Meneg PP, inisiasi menyusu dini yang dilanjutkan hingga 6 bulan dan 2 tahun dapat membantu mempercepat pencapaian menghapus kemiskinan dan kelaparan."Hilangnya kesempatan memperoleh ASI menyebabkan lebih dari lima juta anak balita, termasuk bayi kurang dari 1 tahun, menderita kurang gizi dan sekitar 1,7 juta balita mengalami gizi buruk," katanya.Tindakan inisiasi menyusu dini juga akan sangat membantu tercapainya tujuan MDGs nomor emat yaitu mengurangi angka kematian anak karena menyusu dini dalam satu jan pertama setelah melahirkan akan mengurangi kematian bayi baru lahir, ujarnya."Setiap ibu harus dibantu agar mendapat kesempatan untuk dapat menyusui mulai satu jam pertama," katanya.Tema peringatan pekan ASI Sedunia 2007 adalah "Menyusu Satu Jam Pertama Kehidupan Dilanjutkan dengan Menyusui Eksklusif 6 bulan, Menyelamatkan Lebih Dari 1 juta Bayi".(*)

Sabtu, 25 Agustus 2007

Lampung Expo Ajang Promosi Usaha

BANDAR LAMPUNG (Berita Nasional) : Seratus lebih instansi pemerintah dan swasta mengikuti Lampung Expo 2007 yang akan dibuka Gubernur Sjachroedin Z.P., hari ini (25/8). Sasaran Lampung Expo keenam tahun ini membuka peluang ekspor produk unggulan Lampung ke mancanegara.

Ajang promosi produk dan jasa yang digelar di Graha Wangsa, Bandar Lampung ini belangsung sampai tanggal 30 Agustus, diikuti 100 peserta dari berbagai daerah di Indonesia. Selain instansi pemerintah daerah se-Lampung, ajang promosi tahunan ini juga diikuti insatansi swasta lokal, nasional, dan multinasional. DAerah luar Lampung ikut antara lain Bengkulu, Sumatera Selatan, Siak, Jatim, dan Jakarta.

Sebagai penyelenggara, Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Koperindag) Provinsi Lampung tidak menargetkan transaksi penjualan. “Yang terpenting langkah ke depan, membuka peluang ekspor produk unggulan Lampung,” kata Kadis Koperindag Lampung, Suparmo, Jumat (24/8-07).

Lampung menampilkan berbagai produk unggulan seperti kopi, udang, nanas kaleng, cokelat, dan karet. Suparmo berharap ajang ini tidak sebatas membuka kesepakatan transaksi ekspor seperti tahun lalu dengan Malaysia, tapi bisa sampai realisasi transaksi.

“Transaksi dengan Malaysia tahun lalu meleset. Mereka tidak mau mengikuti aturan ekspor-impor. Mereka inta barang dikirim, baru dibayar. Pengusaha Lampung tidak mau,” ujar Suparmo.

Selain membuka peluang ekspor dan investasi, Lampung Expo diharapkan merangsang pengusaha industri, perdagangan, koperasi, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dari seluruh Indonesia meningkatkan mutu produk.(*)

Jumat, 24 Agustus 2007

Sultan Ternate akan Jelaskan Kasus Aksi Massa

TERNATE (Berita Nasional/ANTARA News) - Sultan Ternate, Mudhafar Syah, akan menghadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk menjelaskan kasus aksi massa di Ternate, Maluku Utara (Malut), Rabu (22/8), yang dilakukan masyarakat adat Kesultanan Ternate."Presiden Yudhoyono telah menyatakan kesediaannya menerima Sultan Ternate di Cikeas, Bogor, Jawa Barat. Saya sudah diberitahu Jurubicara kepresidenan, Andi Malarangeng, mengenai kesedian Presiden menerima Sultan Ternate itu," kata permaisuri Sultan Ternate, Boni Nitha Susanti, di Ternate, Jumat.Namun Boni Nitha Susanti yang juga anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) itu, belum menyebutkan kapan Sultan Ternate akan diterima Presiden Yudhoyono di Cikeas, Bogor. Alasannya masih harus disesuaikan dengan jadwal acara Presiden Yudhoyono.Menurut dia, Sultan Ternate perlu menjelaskan langsung kasus aksi massa di Ternate tersebut kepada Presiden Yudhoyono, agar Kepala Negara mengetahui secara jelas dan lengkap mengenai latar belakang dan kronologis terjadinya aksi yang melibatkan masyarakat adat Kesultanan Ternate itu."Kalau Presiden hanya mendapatkan laporan dari pihak lain, dikhawatirkan tidak lengkap dan tidak sesuai dengan fakta yang sebenarnya," kata Boni Nitha Susanti yang mengaku juga akan menyertai Sultan dalam pertemuan dengan Presiden Yudhoyono nanti itu.Sebelumnya, Sultan Ternate, Mudhafar Syah, menjelaskan bahwa latar belakang terjadinya aksi massa bermula dari kekecewaan masyarakat adat Kesultanan Ternate terhadap keputusan KPUD Malut, terkait hasil verifikasi bakal calon (balon) gubenur/wakil gubernur Malut.KPUD Malut, kata Sultan, memutuskan bahwa dari lima pasangan balon gub/wagub Malut yang mendaftar di KPUD, hanya empat pasangan balon yang lolos, satunya yakni pasangan Mudhafar Syah/Rusdi Hanafi tidak lolos karena dianggap tidak mencukupi kuota suara 15 persen."Keputusan KPUD itu tidak diterima masyarakat adat Kesultanan Ternate karena mereka mengetahui bahwa parpol yang mendukung saya dan Rusdi Hanafi, suaranya mencapai 15,8 persen. Inilah yang membuat mereka spontanitas melakukan aksi," katanya.Sultan yang anggota DPR itu mengemukakan aksi tersebut berakhir dengan bentrok antara massa dari masyarakat adat Kesultanan Ternate dan polisi, karena dalam menangani aksi polisi tidak menggunakan cara persuasif, tapi cara represif. Wakil Ketua KPUD Malut, Muklis T, sebelumnya menjelaskan bahwa keputusan KPUD mengenai hasil verifikasi balon gub/wagub Malut tersebut sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Oleh karena itu, KPUD Malut siap mempertanggung-jawabkan keputusannya tersebut.KPUD Malut tidak meloloskan pasangan Mudhafar Syah/Rusdi Hanafi yang diusung koalisi PPP dan sejumlah parpol kecil itu, karena salah satu parpol yang mengusungnya, yakni PKPI, juga mengusung pasangan balon lainnya, sehingga jumlah suaranya tidak cukup lagi 15 persen. (*)

Amuk Massa di Lampung, 5 Tewas

PAKUONRATU (Berita Nasional) : Amuk massa kembali memakan korban jiwa. Kali ini terjadi di Kabupaten Way Kanan, Lampung dengan tiga korban jiwa. Ditambah kasus serupa di Kabupaten Lampung Selatan, dalam kurun waktu lima hari sudah lima orang tewas akibat aksi main hakim sendiri.

Peristiwa pertama hari Rabu (22/8-07) menimpa Saleh dan anaknya, Adman, warga Kampung Baru, Kecamatan Negarabatin, Kab. Way Kanan. Rasutan massa dari kampong lain mengeroyok, menembak, lalu membakar keduanya. Saat ditemukan pukul 17.00 WIB, mayat mereka tinggal tulang belulang.

Sehari sebelumnya, sekitar pukul 22.00, seorang pencuri bernama Rudianto juga tewas diamuk massa. Korban adalah warga Kampung Bumiagung, Kecamatan Bumiagung, Kab. Way Kanan.

Pada Sabtu (18/8-07) lalu, dua pencuri sapi di Desa Margoagung, Jatimulyo, Kab. Lampung Selatan, juga tewas diamuk massa. Mereka adalah Suharno (32), warga Desa Jatimulyo dan Tuhono (30), warga Dusun Negeria, Desa Waygalih, Tanjungbintang, Kab. Lampung Selatan.

Kapolsek Pakuonratu Iptu M.N. Yuliansyah, SH., mengatakan pihaknya masih menyelidiki motif di balik amuk massa yang menewaskan bapak dan anak di Kampung Baru, Negarabatin.

“Kejadiannya baru kami ketahui pukul 15.30. Ketika sampai di lokasi pukul 17.00, kedua korban sudah gosong, tinggal tulang belulang saja,” ujar Kapolsek yang wilayahnya meliputi tiga kecamatan: Pakuonratu, Negarabatin, dan Bumiagung.

Informasi sementara yagn ia peroleh, massa yang mengamuk berasal dari kampung lain. “Namun, apa motifnya dan kenapa sampai ada yang memegang senjata, masih kita selidiki,” paparnya.

Untuk peristiwa kedua, Kapolsek mengatakan, korban adalah pencuri di rumah Boiman bin Sunar, warga Kampung Pakuonratu, Kecamatan Pakuonratu, Kab. Way Kanan. Korban Rudianto dan tiga kawannya dipergoki warga. Mereka lari sampai ke perkebunan sawit yang terletak tak jauh dari kampong itu. Rudianto tertangkap massa, sementara tiga kawannya berhasil lolos.

Massa mengamuk dan menghajar Rudianto tanpa ampun. Berdasar catatan medis Puskesmas Pakuonratu, korban menderita patah kaki, luka bacok di kepala dan lengan kanan atas, serta memar di sekujur tubuh.

“Awalnya, warga melihat empat orang yang mencurigakan dengan dua sepeda motor. Yakni Yamaha L2 Super dan Suzuki TRS warna hitam. Mereka hanya berputar-putar di kampung itu,” papar Yuliansyah.

Pencurian yang kerap terjadi belakangan ini membuat warga waspada. Mereka mengintai gerak-gerik keempat orang tersebut. Kecurigaan mereka ternyata beralasan, karena melihat empat orang tadi hendak mendongkel jendela rumah Boiman. Warga pun menyerbu keempat orang mencurigakan tadi. Terjadilah amuk massa(*)

Kamis, 23 Agustus 2007

Gajah Mati, 2 Saksi Diperiksa

BANDARLAMPUNG (Berita Nasional) : Tim gabungan yang mengusut dugaan peracunan mengakibatkan kematian dua ekor gajah liar, dari enam ekor kawanan "Davit Chang" pada pertengahan Juli 2007 lalu, di Kabupaten Tanggamus, Lampung, telah minta keterangan sedikitnya 10 orang saksi warga masyarakat yang dianggap mengetahui matinya gajah itu.Kepala Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Lampung, Ir Agus Harianta MSc, di Bandarlampung, Rabu petang, membenarkan tim gabungan melalui kepolisian dari Polres Kabupaten Tanggamus, dibantu penyidik PPNS Polhut, telah mendalami keterangan dari puluhan saksi itu."Mereka sudah diperiksa dan dimintai keterangan yang diperlukan," ujar Agus pula.Namun dia belum bersedia membeberkan hasil pengusutan dan keterangan dari para saksi itu, apakah telah mengarah kepada siapa saja pelaku peracunan yang mengakibatkan dua ekor gajah liar tersebut sampai mati dan ditemukan telah menjadi bangkai.Dua dari enam ekor gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) liar itu, kedapatan oleh warga setempat telah menjadi bangkai di Ulu Semong, Kecamatan Ulu Belu, Kabupaten Tanggamus pada pertengahan Juli 2007 lalu.Hasil otopsi menunjukkan, seekor diantaranya dipastikan mati akibat racun yang masuk ke tubuhnya. Seekor lainnya tidak diketahui persis penyebab kematiannya.Guna mengusut dugaan peracunan dilakukan oknum warga secara sengaja --diduga karena kesal karena kawanan gajah liar itu sering mengganggu mereka-- dibentuk tim gabungan dari unsur Polres Tanggamus, BKSDA Lampung, dan Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS).Kepala BKSDA Lampung, Agus Harianta menyatakan, informasi dari tim gabungan melalui Polres Tanggamus hingga kini belum diketahui adanya tersangka yang terindikasi terlibat dalam peracunan gajah itu."Belum ada, tapi pengusutan terus berlanjut, mudah-mudahan dapat segera diketahui siapa pelakunya," ujar Agus lagi.Kematian dua ekor gajah liar itu menimbulkan keprihatinan kalangan LSM lingkungan dan pencinta satwa di Lampung yang mengecam tindakan sepihak sampai membunuh satwa liar yang dilindungi dimaksud.Diduga, warga sekitar hutan TNBBS yang kerap diusik oleh kawanan gajah liar "Davit Chang", meluapkan kekesalan mereka dengan cara meracuni gajah-gajah itu.Apalagi sejak tahun 2006 hingga saat ini, kawanan "Davit Chang" telah mengakibatkan enam warga di Tanggamus tewas yang dipastikan akibat serangan gajah liar yang dikenali oleh warga sebagai kawanan gajah liar yang "beringas" dan setiap saat akan mengancam jiwa mereka.Rencana untuk memindahkan (relokasi) kakwanan gajah liar "Davit Chang" itu belum dapat direalisasikan, karena masih menunggu dukungan pendanaan serta pilihan alternatif terbaik untuk menanganinya.Gajah Sumatera merupakan satwa liar terancam punah sehingga harus dilindungi, dengan populasi di hutan di Lampung dalam beberapa tahun terakhir diperkirakan semakin berkurang, antara lain akibat tekanan pada habitat dan perburuan liar maupun perdagangan gading serta bagian tubuh satwa itu.Khusus di hutan TNBBS diperkirakan populasi gajah liar masih mencapai 500 hingga 600-an ekor, dan di hutan Taman Nasional Way Kambas (TNWK) di Lampung Timur populasi gajah liar itu diperkirakan masih 250-an ekor.Kawanan gajah liar yang tinggal empat ekor itu, salah satunya telah dipasangan "satellite-collar" di tubuhnya, sehingga dapat terlacak dan terdeteksi gerakan dan aktivitasnya setiap saat oleh petugas yang memonitornya.Dipastikan dua ekor gajah liar yang mati bukanlah yang dipasangi alat pelacak itu dan bukan pula gajah liar pincang yang dijuluki "Davit Chang".

Fachrul Ruzam Makin Populer di Kab. Empat Lawang

PENDOPO LINTANG (Berita Nasional) : Kandidat Calon Bupati Kabupaten Empat Lawang Fachrul Ruzam makin gencar beranjangsana ke masyarakat pedesaan. Hari-harinya saat ini diisi dengan kunjungan atau memenuhi undangan warga masyarakat, yang ingin mendengar langsung pemaparannya tentang masa depan Kabupaten Empat Lawang dari Sang Tokoh.

Ruzam – demikian panggilan akrab anggota DPRD Kabupaten Lahat dari Partai Keadilan Sejahtera itu, menurut laporan koresponden Berita Nasional Bestari Suud dari Pendopo Lintang, tidak banyak mengumbar janji. Namun, tokoh muda putera asli Lintang ini, memberikan wawasan politik, pembangunan, dan ekonomi kepada calon audiennya.

Menurut laporan Bestari Suud, masyarakat sangat antusias mendengarkan ceramah dan pengarahan dari Fachrul Ruzam yang penuh dedikasi. Dalam pendekatan kepada masyarakat, putera mantan Pasirah kepala Marga KM Lintang, Zaini Yassin, itu memang berbeda dari para kandidat lainnya yang cenderung menghambur-hamburkan uang.

“Tampaknya Ruzam bebicara memang dari hati nurani. Bukan hanya menyajikan sandiwara politik belaka,” kata seorang warga Desa Babatan, ketika menghadiri acara silaturrahmi dengan bakal calon bupatinya itu di masjid setempat.

Ruzam tidak rela kalau rakyatnya dibodohi atau diperbodohi dengan harapan-harapan dan iming-iming yang tak ada ujung pangkalnya dari orang-orang yang ingin mencari kekuasaan.

Pada setiap kesempatan di hadapan masyarakat, Ruzam menunjukkan sportivitas yang tinggi dan jiwa ksatria. Ia mengatakan tidak terlalu berambisi ingin menjadi bupati Kabupaten Empat Lawang. Soal kalah atau menang dalam Pilkada nanti, dia siap menerima hasilnya.

Diatas semua itu, yang lebih diinginkannya adalah bangkitnya semangat dan kesadaran masyarakat untuk bersatu dan bersama dalam membangun persaudaraan di Kabupaten Empat Lawang.

Dalam anjangsana ke desa-desa, ia telah mendatangi banyak pelosok kampong di Kecamatan Muara Pindang, Pendopo Lintang, Pasemah Airkeruh, Ulumusi, dan Tebingtinggi.

Bahkan, hari ini (Kamis, 23 Agustus-07), menurut Heri, asistennya, Ruzam menghadiri pertemuan dengan masyarakat di Kecamatan Tebingtinggi.(*)

Selasa, 21 Agustus 2007

Dua Pol PP Duel Maut

MENGGALA (Berita Nasional) : Dua anggota polisi pamong praja (Pol. PP) Kabupaten Tulangbawang berduel di ruang seksi ketertiban umum (Kasi Tibum) Pemda setempat, Senin (20/8-07), pukul 09.00. Hermansyah Ali (45) tewas ditikam sangkur Ria Santosa (24).

Menurut Nasiah, anggaota Pol. PP yagn saat kejadian berada di dekat lokasi, tidak ada yang melihat insiden berdarah itu. Tiba-tiba saja, pagi itu dari dalam ruangan Kasi Tibum terdengar jeritan minta tolong. “Setelah itu pintu terbuka, keduanya sedang berangkulan. Setelah ada yagn datan gmenolong, Ria terlepas lalu korban terjatuh dengan bersimbah darah,” kata Nasiah.

Ria lalu diamankan di ruang kepala kantor, sedangkan korban langsung dilarikan ke RSUD Menggala. Nasiah dan Hendrawan melaporkan kejadian itu ke Polsek Menggala.

Keterangan yang dihimpun dari rekan-rekan korban di rumah duka, sebelum kejadian tepatnya tanggal 16 malam 17 Agustus menjelang rengan suci, keduanya sempat cekcok di kantor Pol. PP sebelum menuju makam pahlawan.

Perang mulut berawal dari perkataan, tersangka kepada komandan regu. Korban menegur tersangka dan mengingatkannya agar berlaku sopan pada komandan.

Sampai di makam pahlawan, keduanya kembali terlibat cekcok. Korban kembali menegur tersangka karena memain-mainkan gas motornya. Keduanya nyaris berkelahi, tapi sempat dilerai.(*)

Minggu, 19 Agustus 2007

Pencari Berita Mulai Memburu Internet

Washington (Berita Nasional) - Masyarakat yang menginginkan berita mulai meninggalkan televisi dan koran karena memilih Internet sebagai sumber utama informasi.
Kecenderungan ini bisa dipandang sebagai akhir zaman koran lokal, ungkap suatu penelitian baru, kemarin.
"Penggunaan `online` makin meningkat, dan seiring itu, audiens media lama menurun," kata profesor Thomas Patterson dari Shorenstein Center on the Press, Politics and Public Policy, Harvard University.
Dalam laporan yang merupakan hasil penelitian selama setahun, Patterson menerangkan :"Dalam tahun terakhir saja...oplah koran turun tiga persen sedangkan siaran berita kehilangan sejuta pemirsanya."
Di lain pihak, jumlah orang yang menggunakan Internet untuk sumber berita telah meningkat, bahkan dalam beberapa kasus, terlihat jelas.
Kunjungan ke situs web yang memasang berita dari pihak ketiga, misalnya situs mesin pencari dan penyedia jasa Internet (provider) atau pengumpul berita seperti topix.net dan digg.com, semuanya meningkat dalam kurun waktu April 2006 hingga April 2007. Hal sama terjadi pada blog.
Digg.com, yang membebaskan pengunjungnya memilih isi situs, pada April 2006 dibuka dua juta pengunjung, namun setahun kemudian, April 2007, jumlah pengunjungnya mencapai 15 juta.
Berita online lainnya rata-rata mengalami pertumbuhan pengunjung sebanyak 14 persen sedangkan pengunjung blog rata-rata bertambah enam persen.
Situs Google, Yahoo, AOL dan MSN, setiap bulan dibuka 100 juta pengunjung, jauh di atas pengunjung situs web jaringan televisi besar yang hanya 7,4 juta per bulan.
Situs web harian kondang seperti New York Times dan Washington Post, rata-rata dikunjungi 8,5 juta pengunjung setiap bulannya.
Namun, situs koran lokal mengalami penurunan atau tidak bertambah pengunjungnya, padahal mereka tadinya adalah pembaca edisi cetak.
Penyusun laporan penelitan tersebut memperkirakan banyak koran kecil akan mengalami kesulitan menjaga jumlah pelanggannya bahkan sulit mempertahankan pengunjung situs web mereka.
Para peneliti menyarankan agar koran lokal "memasukkan juga berita nasional dan internasional," demikian AFP.(*)

Kamis, 16 Agustus 2007

Lestarikan Tari Lewat Sekolah

"AKU suka menari karena gerakannya bisa mengekspresikan perasaan sekaligus menghibur orang," kata Rian (16), siswa kelas II SMAN I Lintang Kanan, Kabupaten Lahat, Kamis (21/9) siang.
Rian adalah salah seorang anggota tim tari ngarak SMAN I Lintang Kanan yang meraih peringkat kedua pada lomba ngarak se-Kabupaten Lahat tahun 2006. Tari itu juga kerap ditampilkan dalam berbagai kesempatan hajatan atau kegiatan sekolah. Dalam pertunjukan, dia kebagian membawakan 13 gerakan dasar tari yang mirip silat, biasa disebut kuntaw.
"Aku senang membuat penonton tertawa. Kalau dapat respons baik, rasanya jadi tambah semangat melucu," kata Marlin (17), siswa kelas III yang memainkan tokoh lelucon dengan topeng dalam tim tari ngarak.
Kedua siswa itu aktif mengikuti ekstrakurikuler tari ngarak bersama 20-an siswa lain. Menurut Kepala SMAN I Lintang Kanan, Imron, didampingi guru seni Jajang R Kawentar, kegiatan seni dimaksudkan untuk mengembangkan bakat dan sarana untuk menghaluskan budi pekerti siswa.
"Meski gerakan tarinya sudah digubah, tetapi tari ngarak berasal dari tradisi lama masyarakat Lintang. Kami melatih siswa menari seminggu sekali," kata Imron.
Kepala Sekolah SMPN I Muara Pinang, Masayu Mardiana, mengatakan pula, kegiatan seni di sekolah dapat diarahkan untuk mengurangi kenakalan siswa yang kerap tersulut perkelahian di jalan. Namun, sayangnya, tidak semua sekolah memiliki guru yang mengerti seni dan bisa melatih siswa.
Menurut tokoh budaya Empat Lawang, Syamsu Indra Usman, tari ngarak adalah modifikasi dari tari silek harimau, yang termasuk tari tradisional Empat Lawang. Dalam pertunjukan klasik yang sebenarnya, para penari membawakan gerakan silat dalam keadaan kesurupan roh leluhur. Saat ini tarian itu telah digubah sehingga gerakan silatnya lebih menonjolkan keindahan dan dibawakan penari secara sadar.
Budaya Empat Lawang berawal dari kepemimpinan empat pendekar yang disebut lawang. Mereka tinggal di Tebing Tinggi, Ulu Musi, Pendopo, dan Muara Pinang. Keempat lawang membuat kesepakatan saling menghormati dan menjaga wilayah masing-masing pada abad ke-17 Masehi. Kawasan itu dihuni Suku Ulu Musi, Suku Lintang, dan Suku Pasemah Air Keruh, yang masing-masing tinggal di pinggir aliran Sungai Musi, Sungai Lintang, dan Sungai Keruh.
Pendidikan sekolah, lanjut Indra, bisa menjadi sarana efektif untuk memperkenalkan seni tradisi bagi siswa, yang saat ini kurang mengenal tradisinya sendiri.
Rian dan Marlin, misalnya, mengaku tidak mengenal beberapa tari tradisional Empat Lawang meski mereka telah belajar tari ngarak. "Aku tidak tahu, apa itu tari gegerit? Kalau ada guru yang mengajari, aku mau belajar," kata Rian. Sayangnya, para empu penari Empat Lawang sudah tiada. Yang tersisa saat ini hanyalah cerita dari mulut ke mulut tentang keindahan tarian itu. Keindahan gerakan meliuk-liuk dari tujuh gadis saat menyambut tamu di depan gerbang, dengan iringan gong kulintang dan rebab. (sumber: Kompas.com)

Tari Tradisional Daerah Empat Lawang

SEBAGIAN besar tarian tradisional dalam masyarakat Kabupaten Empat Lawang, Sumatera Selatan, sudah punah akibat kehilangan penerus dan terdesak budaya modern yang lebih atraktif. Akibatnya, generasi muda kehilangan identitas dan sarana untuk menggali sejarah budaya lama.
Tokoh budaya Empat Lawang, Syamsu Indra Usman, di Desa Lubuk Puding, Kecamatan Ulu Musi, Kabupaten Empat Lawang, mengungkapkan, dari delapan jenis tarian tradisional masyarakat setempat, sudah lima tarian yang punah. Tiga tarian lainnya masih lestari meski hanya ditampilkan sesekali dalam upacara adat atau pesta hajatan masyarakat.
Kelima jenis tarian yang punah itu adalah tari gegerit, sanggam sirih, kekok, ngelsambai, dan tari selendang. Masing-masing tari memiliki keunikan gerakan dan fungsi tersendiri, antara lain untuk menyambut tamu, menghibur orang, atau untuk berpantun. "Gerakan tari umumnya diambil dari kehidupan sehari-hari masyarakat, seperti memetik kopi," kata Syamsu.
Tari kekok, misalnya, merupakan tari komedi yang dibawakan penari dengan memakai dua tempurung kelapa, yang masing-masing diletakkan di telapak tangan kiri dan kanan. Tari gegerit dimainkan tujuh gadis di depan gerbang saat menyambut tamu dengan upacara adat, yang diiringi tabuhan gong kulintang dan rebab. Tari ngelsambai dibawakan pasangan muda-mudi yang menari sambil melantunkan pantun bersahut.
Jenis tari yang masih kerap ditampilkan adalah tari ngarak pengantin, melami menda, dan tari pereng. Tari-tarian tersebut masih lestari gerakannya, lebih mudah, dan sering dipanggungkan saat hajatan. Beberapa tari sudah dimodifikasi dengan gerakan yang lebih modern, ditambah gerakan silat atau komedi.
Sejumlah tarian tradisional punah akibat kehilangan generasi penerus setelah ditinggal empu tari yang lama. Menurut mantan Ketua Pemangku Adat Ulu Musi, Usman Asim (78), sebenarnya Empat Lawang pernah memiliki banyak empu tari tradisional beberapa puluh tahun silam. Akan tetapi, setelah mereka meninggal, tidak ada lagi generasi baru yang tertarik mewarisi kemampuan menari itu.
Tahun 1960-an, lanjut Usman Asim, masih terdapat sekitar 10 penari tradisional Empat Lawang. Jumlah itu terus menyusut menjadi enam penari pada tahun 1970-an, kemudian tinggal satu penari tahun 1980-an, yaitu Cik Inah, yang ahli membawakan sejumlah tari klasik. Setelah empu penari itu meninggal pada pertengahan 1980-an, tak ada lagi penerusnya.
"Dahulu banyak sekali orang bisa menari sambil berpantun. Setiap keluarga yang mengadakan hajatan membuat semacam balai terbuka untuk pertunjukan tari selama tujuh hari-tujuh malam. Sekarang anak-anak muda malas menghafal gerakan tari dan pantun," katanya.
Punahnya lima tarian tradisional merupakan kerugian besar bagi kebudayaan Empat Lawang karena masyarakat kehilangan identitas dan sarana untuk menggali akar sejarah. Pada masa dahulu, tari menjadi sarana penting untuk melestarikan sekaligus menyampaikan nilai tradisi kepada masyarakat umum. (sumber kompas.com)

Oknum Marinir Mengamuk Lagi

BANDAR LAMPUNG (KORAN_ONLINE) : Oknum marinir kembali bertindak brutal. Setelah menggegerkan jagat Indonesia dengan penembakan warga Alastlogo, Pasuruan, Jawa Timur, beberapa bulan lalu, kali ini marinir bikin heboh . Sejumlah anggota pasukan elit TNI-AL menganiaya seorang anggota Polri dan dua orang tukang ojek di Bandar Lampung, Rabu (14/8-07) siang.

Kasus itu terjadi di Pasar Bambu Kuning, Bandar Lampung. Sebelum menganiaya polisi bernama Bripka Meri Erlian dan dua tukang ojek, mereka merusak RM Bundo Kandung dan RM Begadang I. Bahkan, mereka sempat merusak beberapa sepeda motor milik tukang ojek.

Akibat penganiayaan tersebut, wajah Brigadir Kepala (Bripka) Erlian babak belur. Ia mendapat sembilan jahitan di bibir dan tiga di kepala bagian belakang. Dua tukang ojek juga babak belur di wajah.

Informasi yang dihimpun menyebutkan, sekelompok oknum anggota Marinir itu awalnya mendatangi RM Bundo Kandung dengan menumpang dua mobil dan satu sepeda motor. Mereka mencari anggota Reserse Narkoba Polda Lampung, Ajun Inspektur Polisi Satu (Aiptu) Yose Rizal alias Jajak. “Ini “pegangan “ Jajak ya,” kata seorang di antaranya.

Namun, Jajak sudah beranjak dari tempat itu beberapa saat sebelum mereka datang. Karena tidak menemukan orang yagn dicari, rumah makan itu pun dijadikan sasaran. Sebelum memecahkan kaca, mereka melepaskan tembakan tiga kali ke udara.

Dari RM Bundo Kandung, mereka menuju RM Begadang I dan menanyakan keberadaan Jajak kepada orang-orang yang berada di sana. Di tempat itu pun mereka tidak menemukan Jajak.

Mereka pun kembali memecahkan kaca rumah makan. Kelompok itu lalu menuju pos polisi Bambukuning. Bripka Meri yang berjaga di pos dianiaya hingga babak belur.

Mendengar keributan di pos tersebut, sejumlah tukang ojek beramai-ramai datang untuk melihat apa yang terjadi. Nahas, dua di antara tukang ojek tersebut ikut dipukuli dan sepeda motor mereka dirusak. Setelah puas melampiaskan kemarahan, sekelompok oknum anggota mariner itu kemudian berlalu dari tempat itu.

Menurut informasi, kasus itu bermula dari penangkapan Johan, residivis kasus narkoba, di Mall Kartini. Johan berikut sepeda motornya dan barang bukti sabu-sabu lalu dibawa ke Polda.

Ketika diinterogasi, Johan mengaku mendapatkan sabu-sabu itu dari oknum anggota TNI AL, Sersan Kepala Zn. Bahkan, sepeda motor yang dibawanya pun milik Zn. Malam itu juga Zn meminta motornya dikeluarkan, tetapi ditolak.

Petugas lalu menggeledah rumah kontrakan yang biasa disinggahi Zn di Telukbetung Selatan. Dari kamar Zn, petugas menemukan ribuan plastic pembungkus pil ekstasi, pistol FN rakitan, dan lima butir peluru aktif.

Dalam kasus ini, petugas mengamankan oknum anggota TNI AD Koptu AB, anggota Polres Tanggamus Bripda YS, dan tiga warga sipil, yaitu Saf (wanita), Sup, dan Mu. Polisi juga mengamankan dua linting ganja, sabu-sabu, alat pengisap, dan plastic pembungkus.

Untuk mengantisipasi meluasnya keributan, Poltabes telah berkoordinasi dengan jajaran TNI AL, Brigif III Marinir Piabung, dan TNI AD.

Komandan Brigif III Marinir Piabung Kol (Mar) Fredrick Saut Tamba Tua belum bisa menjelaskan kejadian tersebut.

Oknum Marinir Mengamuk Lagi

BANDAR LAMPUNG (KORAN_ONLINE) : Oknum marinir kembali bertindak brutal. Setelah menggegerkan jagat Indonesia dengan penembakan warga Alastlogo, Pasuruan, Jawa Timur, beberapa bulan lalu, kali ini marinir bikin heboh . Sejumlah anggota pasukan elit TNI-AL menganiaya seorang anggota Polri dan dua orang tukang ojek di Bandar Lampung, Rabu (14/8-07) siang.

Kasus itu terjadi di Pasar Bambu Kuning, Bandar Lampung. Sebelum menganiaya polisi bernama Bripka Meri Erlian dan dua tukang ojek, mereka merusak RM Bundo Kandung dan RM Begadang I. Bahkan, mereka sempat merusak beberapa sepeda motor milik tukang ojek.

Akibat penganiayaan tersebut, wajah Brigadir Kepala (Bripka) Erlian babak belur. Ia mendapat sembilan jahitan di bibir dan tiga di kepala bagian belakang. Dua tukang ojek juga babak belur di wajah.

Informasi yang dihimpun menyebutkan, sekelompok oknum anggota Marinir itu awalnya mendatangi RM Bundo Kandung dengan menumpang dua mobil dan satu sepeda motor. Mereka mencari anggota Reserse Narkoba Polda Lampung, Ajun Inspektur Polisi Satu (Aiptu) Yose Rizal alias Jajak. “Ini “pegangan “ Jajak ya,” kata seorang di antaranya.

Namun, Jajak sudah beranjak dari tempat itu beberapa saat sebelum mereka datang. Karena tidak menemukan orang yagn dicari, rumah makan itu pun dijadikan sasaran. Sebelum memecahkan kaca, mereka melepaskan tembakan tiga kali ke udara.

Dari RM Bundo Kandung, mereka menuju RM Begadang I dan menanyakan keberadaan Jajak kepada orang-orang yang berada di sana. Di tempat itu pun mereka tidak menemukan Jajak.

Mereka pun kembali memecahkan kaca rumah makan. Kelompok itu lalu menuju pos polisi Bambukuning. Bripka Meri yang berjaga di pos dianiaya hingga babak belur.

Mendengar keributan di pos tersebut, sejumlah tukang ojek beramai-ramai datang untuk melihat apa yang terjadi. Nahas, dua di antara tukang ojek tersebut ikut dipukuli dan sepeda motor mereka dirusak. Setelah puas melampiaskan kemarahan, sekelompok oknum anggota mariner itu kemudian berlalu dari tempat itu.

Menurut informasi, kasus itu bermula dari penangkapan Johan, residivis kasus narkoba, di Mall Kartini. Johan berikut sepeda motornya dan barang bukti sabu-sabu lalu dibawa ke Polda.

Ketika diinterogasi, Johan mengaku mendapatkan sabu-sabu itu dari oknum anggota TNI AL, Sersan Kepala Zn. Bahkan, sepeda motor yang dibawanya pun milik Zn. Malam itu juga Zn meminta motornya dikeluarkan, tetapi ditolak.

Petugas lalu menggeledah rumah kontrakan yang biasa disinggahi Zn di Telukbetung Selatan. Dari kamar Zn, petugas menemukan ribuan plastic pembungkus pil ekstasi, pistol FN rakitan, dan lima butir peluru aktif.

Dalam kasus ini, petugas mengamankan oknum anggota TNI AD Koptu AB, anggota Polres Tanggamus Bripda YS, dan tiga warga sipil, yaitu Saf (wanita), Sup, dan Mu. Polisi juga mengamankan dua linting ganja, sabu-sabu, alat pengisap, dan plastic pembungkus.

Untuk mengantisipasi meluasnya keributan, Poltabes telah berkoordinasi dengan jajaran TNI AL, Brigif III Marinir Piabung, dan TNI AD.

Komandan Brigif III Marinir Piabung Kol (Mar) Fredrick Saut Tamba Tua belum bisa menjelaskan kejadian tersebut.

Rabu, 15 Agustus 2007

Technorati Profile

Selasa, 14 Agustus 2007

Mengangkat Kembali Akar Budaya Empat Lawang


PENDOPO LINTANG(KORAN_ONLINE) : Berawal dari rasa risau melihat keadaan seni dan budaya daerah Lintang Empat Lawang yang mulai digerus zaman, dilalap postmodernisme, serta ditinggalkan generasi muda, tiga Putera Lintang: Abdul Madjid Abdullah (Lampung), Ismail Majid (Jakarta), dan Bestari Suud (Pendopo Lintang), membentuk Tim penyelamat kebudayaan Lintang Empat Lawang.
Meskipun ketiganya berdomisili di tempat yang berjauhan, namun kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi tetap bisa menyatukan mereka. Mereka berkomunikasi via internet dan sms, lalu terbentuklah tim itu.
Tim yang mereka beri nama Tim Penggali Seni, Budaya, dan Tradisi Kabupaten Empat Lawang itu, bertujuan mengangkat kembali akar budaya setempat agar menjadi tuan rumah di daerah sendiri.
Mereka akan bekerja secara marathon selama 12 bulan untuk mendata ragam kesenian dan tradisi lokal. Mendata orang-orang yang masih menguasai beragam kesenian dan tradisi tersebut. Misalnya, pemain gitar tunggal, orang yang menguasai geguritan, pantun bersahut, tari-tarian, seni beladiri tradisional alias kuntau.
Setelah semua terdata, Tim itu akan mengumpulkan para seniman dan pendekar mereka sesuai keahlian masing-masing, lalu menghimpun mereka untuk membentuk suatu wadah di tiap kecamatan. Misalnya pusat-pusat latihan kuntau, pusat latihan tari-tarian, dan pusat latihan gitar tunggal.
Setelah semuanya terbentuk, Tim akan membubarkan diri. Namun, sebelumnya mereka akan mendirikan satu yayasan yang mewadahi, mengurus dan memfasilitasi pusat-pusat latihan tersebut. Yayasan ini pula yang akan mencari dana untuk membiayai operasional pusat-pusat latihan seni dan beladiri tersebut.
“Tim Penggali Seni, Buda, dan Tradisi Kab. Empat Lawang ini boleh dikata sebagai bidan untuk kelahiran sanggar-sanggar seni dan perguruan beladiri tradisional Empat Lawang,” kata Ketua Tim Abdul Madjid Abdullah.
Tim ini sengaja dibentuk dengan struktur yang ramping agar lincah bergerak dan mengambil keputusan. “Tidak perlu banyak orang yang terlibat. Walaupun sedikit orang tapi banyak menghasilkan karsa, karya, dan kerja,” ungkap pengelola blog berita KORAN_ONLINE itu.
Bulan Oktober
Tim yang diketuai Abdul Madjid Abdullah, seorang wartawan yang berdomisili di Lampung ini, direncanakan akan memulai kegiatannya bulan Oktober 2007 mendatang. “Berjalan tidaknya Tim ini tergantung dana, yang diharapkan datang dari bantuan para donator dan Pemkab. Empat Lawang,” kata Abdul Madjid.
Ismail Majid, yang duduk sebagai sekretaris dalam Tim itu, merupakan salah seorang generasi muda Lintang Empat Lawang, yang memiliki kepedulian tinggi terhadap kelestarian budaya setempat.
Ia memiliki pengetahuan tentang beragam seni dan budaya Lintang yang sudah lama ditinggalkan. Misalnya, ia bisa menuturkan secara detil tentang geguritan, bajidur, tradisi perkawinan adapt Lintang dll.
Sedangkan Bestari Suud, yang duduk sebagai Bendahara Tim Penggali Seni, Budaya, dan Tradisi Lintang Empat Lawang, juga memiliki kepedulian yang sama tentang kelestarian budaya Lintang Empat Lawang. Sebagai orang yang menetap di “Dusun”, ia sangat merasakan kegelisahan budaya tersebut. Ia menjadi saksi hidup melunturnya budaya lokal Lintang Empat Lawang lantaran merasuknya budaya Barat yang tidak mendidik.
“Anak-anak muda di Dusun lebih suka minum-minuman keras ketimbang bekerja. Mereka menggemari musik Barat yang bahasanya tidak dimengerti ketimbang mengembangkan memainkan Gitar Tunggal dan Berejung,” kata Bestari Suud.
Mengharap Dukungan
Dukungan dari semua pihak sangat diharapkan untuk kelancaran kerja Tim ini. Dukungan yang diharapkan adalah support, masukan-masukan ide, dan yang paling penting adalah dana.
“Tanpa dukungan dana, terus terang Tim ini tidak akan bisa berjalan. Oleh karena itu, para tokoh masyarakat Lintang Empat Lawang di perantauan dan Pemkab. Empat Lawang bersedia membantu dana,” kata Abdul Madjid, yang dibenarkan oleh Ismail Majid.

PT BMM Mulai Petik Hasil

SEMASA karyawan hidup sejahtera, pensiun tetap nyaman (setelah meninggal masuk surga). Barangkali sah-sah saja kita bermimpi seperti itu, karena bukan sesuatu hal yang mustahil. Paling tidak itulah hakikat pendirian Koperasi Gunung Madu, Dana Pensiun, dan PT Bumi Madu Mandiri.Kalau kita tengok ke belakang, KGM merupakan lembaga tertua yang ada di Gunung Madu. KGM merupakan hasil amal¬gamasi Koperasi Pertanian dan Kop¬kar Gunung Madu, yang tentu lebih awal berdiri. Pendirian lembaga ini muncul dari bawah, karena karyawan me¬rasa perlu untuk menghadapi berba¬gai kendala, yang intinya mening¬katkan kesejahteraan (bukan semata-mata dapat untung/SHU).Manfaat dari adanya KGM rasa-nya tidak perlu dijelaskan lagi. Mi-salnya kar¬yawan bisa memiliki saham kebun yang setiap tahun mengha-silkan. Kar¬yawan bisa punya rumah dan ta¬nah kavling dengan cara yang relatif ringan. Karyawan bisa berbe-lanja dengan harga yang kompetitif, dan lain-lain, termasuk SHU setiap tahun¬nya.Setelah itu lahir lagi lembaga Da¬na Pensiun, yang bertujuan memper¬siapkan finansial bagi karyawan ke¬tika memasuki masa pensiun. Me¬mang sempat terjadi perubahan sis¬tem, sehingga tahun 1997 dananya dibagikan, kemudian dimulai lagi ta¬hun 1998 dengan jenis iuran pasti.Karena Dana Pensiun fleksibili¬tas¬nya sangat ketat, dan ada pe¬luang, didirikanlah PT Bumi Madu Man¬diri tahun 2005. Dengan membeli sa¬ham, pada saatnya nanti karyawan bi¬sa memperoleh deviden. Saham ini bi¬sa dimiliki hingga karyawan pen¬siun nanti. Hak-haknya pun masih te¬tap sama, seperti karyawan biasa. Sejumlah lahan pun dibeli, lalu di¬garap. Ada yang ditanami sawit, ada pula yang ditanami tebu (termasuk menggarap lahan pihak lain dan mengelola kemitraan mandiri). Sete¬lah bersusah payah selama beberapa tahun dan mendapat hambatan dari sa¬na-sini, sekarang PT BMM boleh ber¬lega hati. Sawit yang ditanam di areal 150 hektare di Desa Lebuhda-lem, Tu¬langbawang, dipanen Agus-tus ini. Otomatis, selanjutnya tiap bulan kita panen sawit. Tahun depan, lahan yang 150 hektar sisanya pun panen juga. “Artinya, pada 2008 PT BMM akan memetik hasil sawit dari lahan seluas 300 hektare,” kata Manager PT BMM Ir. H. Afif Manaf. Kemudian tanaman tebunya se¬luas 200 ha yang tersebar di beberapa areal juga sudah dipanen tahun ini juga. Areal tebu yang sudah mem¬buah¬kan hasil itu berada di Kotanapal seluas 88 ha, Kotanegara 120 ha, dan di Gunungbatin Baru 54 hektare.Kabar gembira lainnya dari per¬usahaan yang saham mayoritasnya dikuasai karyawan PT Gunung Madu Plantations ini, sekarang tengah me¬mulai pengolahan lahan di areal 4.650 ha yang berada di Way Kanan. Lahan ini sekarang sudah ditanami seluas 200 ha. Insya Allah tahun depan bisa dipanen juga.Memang, sebagian besar lahan di areal 4650 (sebutan karyawan PT BMM untuk areal di Pakuanratu, Way Kanan, red), saat ini masih ada yang digarap warga setempat untuk menanam singkong. “Begitu mereka selesai panen singkong, lahannya lang¬sung kita bersihkan dan digarap un¬tuk menanam tebu,” kata Pak Afif.Itu adalah cara ampuh untuk men¬¬ce¬gah warga kembali menggarap lahan tersebut. Jika tidak segera di¬ambil oleh PT BMM saat usai panen, ada kemungkinan warga akan kem¬bali menanaminya dengan singkong.Terus BerjuangBicara PT BMM sekarang tidak ter¬lepas dari perjuangan para penge¬lo¬la¬nya. Berdirinya perusahaan ini bermula dari Ir.H. Gunamarwan, yang mencemaskan kehidupan para pen¬siunan PT Gunung Madu Plantations. “Saya cemas setelah melihat be¬berapa pendahulu kami yang hi¬dup¬nya memprihatinkan setelah pen¬siun,” kata Pak Guna.Pada mulanya BMM diproyeksi¬kan untuk mengembangkan perke¬bun¬an sawit. “Dulu kita berencana mengakuisisi lahan eks ADP yang HGU-nya 3.100 ha dan non-HGU 400 ha (sertifikat hak milik), yang lokasi¬nya di belakang Polres Tulangba¬wang membentang dari Desa Lebuh Dalem sampai Desa Gunung Agung,” ujar Pak Afif.Karena proses lelang lahan terse¬but sampai saat ini belum terlaksana, maka PT BMM baru bisa membeli lahan yang bukan HGU. Pada awal ta¬hun 2005 mulai ditanami sawit seluas 150 hektar.Tanam perdana itulah yang Agus¬tus ini akan dipanen. Selanjut¬nya terus tiap bulan PT BMM meme¬tik buah sawit. Tanaman sawit yang saat ini sudah mulai berbuah pasir dan tahun depan sudah bisa dipa¬nen seluas kurang lebih 320 hektar.Perluasan lahan pun terus berja¬lan. Perusahaan ini sudah membeli lagi lahan seluas 110 ha di Desa Bo¬jongdewa, 260 ha di Cempakajaya, Unit 8. Lahan yang paling luas terda¬pat di Kecamatan Blambangan Um¬pu, Kabupaten Way Kanan, yakni seluas 1.700 ha. Lahan PT BMM di Blam¬bangan Umpu sudah berhasil di¬tanami sawit seluas 650 ha. Sampai saat ini, PT BMM sudah me¬miliki kebun sawit total seluas ku¬rang lebih 1.300 Ha. Lokasinya ada di empat tempat: Lebuhdalem; Bo¬jong¬¬dewa; Cempakajaya, dan; Blam¬bangan Umpu.Selain sawit, BMM ju¬ga menge-lola ratusan hektare kebun te¬bu milik sendiri yang tahun ini juga sudah pa-nen. Di antaranya di Ko¬ta¬napal yang luas tanamannya 89 ha, Ko¬tanegara 134 ha (tahun ini akan di¬ta¬nam lagi 400 ha), Areal 54 Gu¬nungbatin Udik 30 ha (ditanami lagi 9 ha), dan Negeri Besar sekitar 200 hektare.Dari tanaman tebu ini, praktis ta¬hun ini BMM sudah bisa me¬ngantungi duit yang cukup lumayan. Dana ini bisa dipakai lagi untuk per¬luasan tanaman tebu, juga perawatan ta-naman sawit.Sedangkan lahan tebu milik pihak lain yang digarap PT BMM adalah Areal 600 Menggala (yang sudah panen 235 ha) dan Gunungbatin Udik sekitar 150 ha.Selain itu, BMM juga mengelola pe¬tani tebu mandiri, yang areal panen tahun ini mencapai 159 ha dan dalam proses penanaman sekitar 290 ha. Pe¬ta¬ni ini tersebar di Karta (Base Raden), Menggala (Mahyuddin), Banjaratu, Candirejo, Bandarputih, GBU Idialis, Gunung Menanti, Tejo Asri, GBU sarjono, dan Karangjawa.Panen tahun ini total milik masyarakat maupun milik BMM se¬luas 791 ha.Sekarang BMM juga sedang me¬ngembangkan kemitraan sekitar Gu¬nung Madu. Saat ini sudah tanam 250 ha. “Harapan kita untuk panen ta¬hun depan sudah mencapai 1.500 ha,” kata Pak Afif.Melihat perkembangan ini, PT BMM bukan lagi perusahaan kecil. Kar¬yawannya pun kini hampir men¬capai 100, terdiri dari 25 karyawan or¬ga¬nik dan 70 honorer. Hal ini meng¬ha¬pus berbagai stigma buruk ketika awal berdiri, misalnya PT Bumi Mo¬rat-Marit, PT Bumi Maju Mundur, dan lain-lain. Ya, PT BMM adalah PT Bu¬mi Madu Mandiri yang sesung¬guhnya.Selain menambah kesejahteraan karyawan dan pensiunan, PT BMM ju¬ga membuka lapangan kerja bagi nba¬nyak orang. Mudah-mudahan, PT BMM benar-benar membawa ber¬kah, amin.

Penghargaan Khusus untuk KGM

KETIKA didirikan melalui amalgamasi dua koperasi beberapa tahun lalu, belum ada bayangan bahwa Koperasi Gu¬nung Madu bakal sesukses seka¬rang. Pro-kontra tentu saja ada pada waktu itu. Kini ada senyum menghias wajah KGM. Penghargaan demi peng¬hargaan dari pemerintah silih beganti diterima koperasi karyawan PT GMP ini.Baru-baru ini KGM menerima Peng¬hargaan Khusus dari Presiden RI Soesilo Bambang Yudhoyono. Sa¬tu-satunya penghargaan istimewa yang pernah diberikan pemerintah ke¬pada koperasi di Indonesia. Peng¬hargaan ini diberikan lantaran KGM memiliki perhatian dan komitmen terhadap dunia pendidikan dan para pensiunan PT GMP.Penghargaan tersebut diberikan langsung oleh Presiden RI Soesilo Bambang Yudhoyono kepada Ketua Umum Koperasi Gunung Madu Ir.H. Parjono, di hotel Garuda Wisnu Ken¬cana, Denpasar, Bali, 12 Juli lalu.Berita gembira tentang pemberi¬an penghargaan tersebut telah me¬nyebar di site PT GMP ketika peng¬urus KGM masih berada di Bali. Ka¬bar itu tentu saja membuat hati selu¬ruh pengurus, anggota, dan pendiri KGM berbunga-bunga.Tak kurang dari Kepala Departe¬men SBF Ir.H. Gunamarwan, yang juga mantan ketua umum KGM (kini pembina KGM), menyambut gembira pemberian peng¬hargaan dari peme-rintah ter¬sebut. Pak Guna menilai ini suatu sur¬prise bagi KGM dan selu-ruh anggo¬ta¬nya, karena Pengharga-an Khusus ha¬nya diberikan kepada koperasi yang betul-betul memiliki reputasi khu¬sus pula.Penghargaan itu, kata Ketua Umum KGM Ir. Parjono, karena ke¬pedulian KGM terhadap dunia pen¬didikan, seperti memberikan bonus kepada siswa anak anggota yang berprestasi.“Yang menjadi perhatian khusus pemerintah sehingga memberikan Penghargaan Khusus, ini adalah kepedulian KGM terhadap para ca¬lon pensiunan dengan memberikan mereka pendidikan dan wawasan se¬bagai bekal pensiun,” ungkap Pak Par¬jono.Pemberian penghargaan itu pu¬nya arti sangat penting bari keber¬adaan KGM. “Meskipun koperasi ki¬ta berada di kampung atau kebun se¬perti ini, kita masih diperhatikan di tingkat nasional, “ kata Pak Parjono.KGM, yang didirikan tahun 1985, merupakan hasil amalgamasi dua ko¬perasi di Gunung Madu yang sama-sa¬ma punya badan hukum. Dalam per¬kembangannya, KGM tumbuh pe¬sat dan berhasil meraih berbagai penghargaan di tingkat kabupaten, provinsi, maupun nasional. Aset KGM yang awalnya hanya Rp150 juta, pada tahun buku 2005 telah mencapai puluhan miliar saat ini.Bagi karyawan PT GMP, ujar Pak Parjono, adanya koperasi merupakan suatu kebutuhan. Sebab, tempat tinggal sekaligus tempat bekerja karyawan jauh dari kota, pasar, atau took, sehingga untuk mencari kebu¬tuhan sehari-hari cukup sulit. Karena itulah keberadaan KGM sangat membantu karyawan.Bukan hanya itu. KGM juga mem¬bantu anak-anak karyawan da¬lam menempuh pendidikan, yaitu de¬ngan menyediakan transportasi bus sekolah. Selain itu juga membantu beasiswa, mengelola kolam renang, menyelenggarakan berbagai kegiat¬an yang diikuti anak sekolah, dan se¬bagainya.Bahkan, dalam beberapa tahun terakhir, KGM juga membantu per¬siapan karyawan PT GMP memasuki masa purnakarya (pensiun). Di an¬taranya dengan mengadakan pela¬tihan, mengunjungi tempat-tempat yang bisa menambah ilmu untuk be¬kal pensiun, juga membuat peternak¬an ayam dan sapi sebagai tempat ber¬latih calon purnakarya.Kemudian KGM melakukan di¬versifikasi usaha ke komoditas sawit. Untuk itu pada tahun 2005 KGM be¬kerja sama dengan Ya¬yasan Pendidik¬an, dan sebuah per¬usa¬haan mitra, mem¬bentuk per¬usahaan bernama PT Bu¬mi Madu Man¬diri (BMM).Di perusahaan ini, KGM merupa¬kan pemegang saham mayoritas, yai¬tu 75 persen. Saham KGM sendiri ma¬yoritas dimiliki anggota (75 per¬sen), sebagian lagi milik badan dan Ya¬yasan Pendidikan Gunung Madu, se¬¬hingga pemegang saham mayori¬tas PT BMM adalah anggota koperasi.Operasional perusahaan ini telah dimulai dengan membeli lahan sekitar 450 ha di Kabupaten Tulangbawang, 350 ha di antaranya sudah ditanami sekitar 40.000 pohon sawit. Dari jum¬lah itu, 150 ha tanaman sawit akan di¬panen bulan Agustus ini.Penghargaan KGM Koperasi Fungsional Harapan Tk. Nasional, oleh Menteri Koperasi Bustanil Arifin, SH., 12 Juli 1990. Ko¬perasi Fungsional Terbaik II Tk. Na¬sional tahun 1992, oleh Menteri Ko¬perasi Bustanil Arifin, SH., tanggal 12 Juli 1992. Koperasi Fungsional Te¬la¬dan Tk. Nasional tahun 1993, oleh Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Subijakto Tjakra¬wer¬daya, 29 Juli 1993.Koperasi Perkotaan Jenis Konsu¬men Teladan Tahun II Tk. Nasioal 1994, oleh Menteri Koperasi dan Pem¬binaan Pengusaha Kecil, Subi¬jakto Tjakrawerdaya, tanggal 14 Juli 1994.Koperasi Karyawan Mandiri, oleh Menteri Koperasi dan Pembi¬naan Pengusaha Kecil Subijakto Tja¬krawerdaya, 8 Februari 1995. Kopera¬si Perkotaan Jenis Konsumen Teldan Tahun III Tk. Nasional 1995, oleh Men¬teri Koperasi dan Pembinaan Peng¬usaha Kecil Subijakto Tjakra¬werdaya, tanggal 12 Juli 1995.Koperasi Berprestasi Tahun 1999, oleh Menteri Koperasi, Peng¬usa¬ha Kecil dan Menengah RI, Adi Sa¬sono, tanggal 12 Juli 1999. Kope¬ra¬si Berprestasi Tahun 2005, oleh Men¬teri Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah RI Suryadarma Ali, Ban¬dung 12 Juli 2005.

Agar Batang Tebu Bisa "Senam"


TULANGBAWANG (KORAN_ONLINE): Mobil Estrada merah berkabin dua itu merayap pelan menelusuri lorong-lorong kebun tebu. Sesekali berhenti di ujung lorong. Dari mobil itu keluar sosok lelaki tinggi berkulit sawo matang. Ia berjalan memasuki rimbunan rumpun tebu menemui seorang pekerja yang sedang memotong daun-daun kering dari batang tebu. Lelaki itu memberi petunjuk yang langsung diikuti si pekerja.Dia adalah Basaradin, pemilik kebun tebu seluas 58,6 hektar di Kampung Karta, Kecamatan Tulangbawang Udik, Tulangbawang. Setiap hari Ia memeriksa langsung perkebunan yang ia kelola sendiri itu.Basaradin, yang memiliki sapaan akrab Pak Raden, sejak tahun 2005 sudah bertekad menjadi petani tebu. Profesi sebagai juragan singkong di Kabupaten Tulangbawang ia tinggalkan. “Saya tidak mau tanggung-tanggung menekuni tebu,” katanya ketika ditemui Tawon di kebunnya suatu siang pertengahan Mei lalu.Siang itu dia ditemani keponakannya Mahyuddin membawa Tawon dan Waka Satpam Prayitno berkeliling areal kebun tebu miliknya di Kampung Karta, Tulangbawang Udik. Dengan bersemangat Pak Raden menunjukkan tanaman tebu yang tumbuh subur di kebunnya. Di kebun Pak Raden ini terdapat tiga varietas tebu unggul dari PT Gunung Madu Plantations, yakni GM-19, SS-57, dan F5. Tanaman tebu di sini tampak sangat terawat, daun kering tak terlihat menggelantung di batang. Dia mengupah pekerja khusus untuk mengkletek daun kering. “Saya borongkan Rp500 ribu per hektar,” katanya.Tebu sudah menjadi pilihan bagi Basaradin. Ia sudah mantap untuk saat ini tidak akan membiarkan lahannya terlantar. Tiap jengkal lahan miliknya kini Ia ditanami tebu. Tebu sudah menjadi primadona bagi Pak Raden. Dia sudah membayangkan keuntungan yang bakal diraupnya di akhir tebang giling nanti.Memiliki kebun tebu yang luas dan modal kuat tidak membuat Pak Raden berpangku tangan saja menunggu hasil panen. Setiap hari lelaki yang hanya lulusan sekolah dasar ini, memeriksa kebun tebunya. Tanah, batang tebu, dan daun kering ia teliti dengan seksama. Ia tidak segan menegur para pekerja jika ada yang salah mengkletek daun tebu yang kering. Tak jarang ia mengkletek sendiri daun tebu kering yang masih menggantung di batang.Daun-daun tebu kering yang sudah dikletek oleh Pak Raden dibiarkan menutupi tanah di lorong-lorong antara barisan rumpun tebu dengan barisan rumpun yang lain. “Daun kering ini nanti bakal jadi humus yang bermanfaat untuk menyuburkan tanah,” katanya menjelaskan.Dia menanam tebu juga diatur sedemikian rupa, ada jarak yang membuat tiap rumpun tebu lega bernafas dan leluasa mendapatkan siraman sinar matahari. “Dengan cara ini batang tebu saya jadi sehat. Tiap batang bisa bebas “bersenam” dan mendapat sinar matahari yang cukup,” katanya dengan nada seorang ahli pertanian.Hal itu tidak berlebihan bagi Pak Raden. Selain menemukan teknik baru setelah melakukan riset beberapa tahun, Ia juga mendapat bimbingan dari Manager PT Bumi Madu Mandiri Ir.H. Afif Manaf. Dia juga punya seorang asisten sarjana pertanian. Sang asisten dengan setia mendampinginya setiap hari dan memberi beberapa saran.Pak Raden bukan petani biasa. Ia mengontrol kebun tebunya sambil mengendarai mobil Mitsubishi Estrada double kabin, kendaraan mahal yang sedang tren bagi kalangan penjelajah. Hal seperti itu tergolong langka di Lampung.Pak Raden bukan petani berdasi, tetapi petani sejati yang sukses. Dan, batang tebu akan membawanya bertambah sukses. Ia memperkirakan akhir tahun ini bakal mendapat uang Rp3 miliar dari hasil panen tebunya.Dia mengakui tebu memberinya lompatan penghasilan yang tinggi. Pada panen tebu tahun 2006 ia merasakan nikmatnya uang tebu. Ini pertama kali dia menerima uang hasil panen tebu. Padahal pada waktu itu dia tidak berniat menggiling tebu tanamannya. “Itu adalah tanaman ujicoba saya tahun 2005. Bobotnya belum memuaskan walaupun sudah melebihi hasil tahun sebelumnya,” kata Pak Raden. Ia tidak bersedia menyebutkan berapa uang yang diperolehnya waktu itu. Yang jelas hasilnya jauh melebihi tanam singkong. Lelaki asli Lampung dari Kampung Karta, Tulangbawang Udik itu sudah puluhan tahun menekuni profesinya sebagai petani singkong sekaligus juragan singkong. Komoditas ini pula yang melambungkan namanya sebagai pedagang besar, yang menghubungkan petani dengan pabrik. Bagi Pak Raden pendidikan SD sudah cukup asal mampu menekuni bidang yang digeluti dengan serius, maka sukses pun bisa diraih. Dia membuktikannya dengan keberhasilannya saat ini.Kalaupun saat ini Pak Raden beralih dari singkong ke komoditas tebu, hal itu semata karena gejolak jiwanya yang tidak cepat puas. Tebu merupakan hal baru baginya, tetapi hal itu justru menjadi tantangan untuk ia tekuni.Petani sukses dari Kampung Karta ini telah dikaruniai 7 putra dan putrid dari hasil perkawinannya dengan perempuan bernama Lamsiana. Putra sulungnya Suhendra, kini kuliah di Fakultas Hukum Universitas Bandar Lampung (UBL). Anak keduanya diberi nama Putri, calon dokter yang sedang menuntut ilmu di Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati.Kemudian putra ketiga Sofyan, masih di bangku SMAN Dayamurni Tulangbawang, lalu Suryajaya, juga di SMAN Dayamurni. Anak kelima Mira, siswi SMP Karta, yang keenam Sugarman, SD, dan terakhir Resa masih duduk di bangku TK.(amd)

Dulu Juragan Singkong, Kini Bertani Tebu


TULANGBAWANG (KORAN_ONLINE): Mulanya hanya iseng-iseng, lalu jatuh cinta. Begitulah pengalaman Basaradin berkenalan dengan tanaman tebu. Ketika masih menjadi juragan singkong, ia sekaligus pemilik armada angkutan truk yang sering dikontrak PT PSMI, PG Bunga Mayang, dan PT Sweet Indo Lampung untuk mengangkut tebu. Saat itu ia sama sekali tidak tertarik untuk ikut membudidaya tanaman yang mengandung gula itu. Kini Ia menjadi boss tebu di Tulangbawang.Namun, karena penasaran melihat perusahaan-perusahaan dari luar Lampung menanam investasi di bidang perkebunan tebu, lelaki yang sehari-hari disapa Pak Raden itu, diam-diam “mencuri” beberapa batang bibit tebu. Pak Raden menanam bibit tebu itu di kebunnya. Tanaman itu pun tumbuh subur.Ketika tebu itu sudah mencapai usia panen, Pak Raden menebangnya seperti yang dilakukan di perusahaan-perusahaan perkebunan tebu yang ada di Lampung Tengah dan Tulangbawang. Saat itu dia tidak menebang untuk produksi, melainkan hanya ditimbang bobotnya per batang.“Saya hanya menanam sedikit hanya untuk ujicoba,” kata Pak Raden ketika ditemui Tawon di kebun tebunya di Kampung Karta, Kecamatan Tulangbawang Udik, Kabupaten Tulangbawang.Uji coba menanam tebu itu dilakoninya sejak tahun 1996. Untuk itu lelaki berpostur tinggi langsing itu menyediakan lahan seluas kurang lebih seperempat hektar. Tata cara bertanam tebu yang diterapkan di beberapa perkebunan tebu di Lampung dia tiru. Begitu pula jadwal tanam dan tebang Pak Raden mengikuti jadwal di perusahaan-perusahaan di sekelilingnya.Tetapi, ketika itu Pak Raden tidak membawa hasil panen tebunya ke pabrik gula, melainkan langsung ia buang dan sebagian ia jadikan bibit. “Kebun saya bongkar pasang setiap tahun,” katanya kepada Tawon.Ketika ditanya alasannya, mantan juragan ubi kayu itu mengaku belum puas dengan hasil yang didapat dari tanamannya. Bobot per batang tebunya sangat rendah. Ia mencoba berbagai varietas dan bermacam pola tanam. Saking seringnya mencoba berbagai cara itu, ia hafal semua ragam menanam tebu di perusahaan-perusahaan perkebunan di Tulangbawang dan Way Kanan. Begitu pula dengan varietasnya.Dari ujicoba yang dilakukannya bertahun-tahun itu, ia berhasil menemukan cara menanam tebu yang paling baik dan dengan produktivitas yang tinggi pada tahun 2005. Ia lalu mendaftarkan diri ikut kemitraan mandiri di PT Gunung Madu Plantations tahun 2006.Dia menamakan teknik tanamnya itu dengan sebutan “bentuk kotak”. Dalam satu kotak itu tebu yang tumbuh akan membentuk rumpun yang jumlah batangnya mencapai 40 batang lebih.Selain itu, dengan cara tanam Pak Raden ini, satu batang tebu bisa berbobot 3 kg-4 kg per batang dan jumlah ruasnya pun bisa mencapai 35.Pak Raden sudah menghitung perkiraan hasil panen kebun tebunya paling rendah 150 ton per hektar. Jumlah ini jauh melampaui target produksi konvensional di PT Gunung Madu Plantations yang sekitar 80 ton perhektar. Dengan luas lahan 54,8 hektar Pak Raden optimis bisa mengantongi keuntungan Rp3 miliar pada panen tahun ini.“Saya yakin hasil tanam tebu saya bisa mencapai 250 ton perhektar. Kalau 150 ton perkehtar itu bisa sambil tidur saja,” katanya penuh keyakinan.Diikuti PetaniBertani tebu di Lampung, khususnya Kabupaten Tulangbawang belum begitu diminati masyarakat. Padahal, keuntungan berkebun tanaman berbatang manis ini cukup menggiurkan.“Kalau saja petani singkong di Tulangbawang beralih ke tanaman tebu, kehidupannya bakal lebih makmur,” ujar Basaradin.Basaradin mulai bercocok tanam sejak tahun 2005. Sebelumnya, ia pun bertani singkong. Dan, ternyata hasil tebu lebih menguntungkan. Tanaman tebunya di kampong tersebut kini mencapai 54,8 hektar.Karena keberhasilannya, sejumlah petani di Menggala pun mulai mengikuti jejaknya. Salah satunya Mahyuddin, yagn mulai tahun 2006 menyisihkan sebagian lahannya untuk ditanami tebu.Saat ini, tebu milik Mahyuddin yang sudah berumur tujuh bulan mencapai 23,4 ha, sedangkan yagn sedang dalam proses penanaman mencapai 45 ha.Menurut Mahyuddin, menanam tebu ternyata jauh lebih mudah dan menguntungkan. Sebab, dalam satu hektar bisa menghasilkan tebu 150-280 ton atau 20-22 ton gula. Harga gula di pasaran juga tidak pernah turun apalagi sudah dikontrak, sementara pajak langsung dibayar pabrik. Saat ini saja harga gula di pabrik mencapai Rp5.800/kg. “Sangat menguntungkan bagi petani jika mau bertaham tebu,” ujarnya.Keberhasilan Basaradin bertani tebu harus diakui. Bahkan, hasil panen tebunya jauh melebihi produksi kebun tebu perusahaan. Namun, keberhasilan itu tidak datang begitu saja. Pola tanam dan bibit unggul merupakan prioritaqs yagn dipilih Basaradin.Ada beberapa pola tanam dan beberapa varietas tebu yagn terus diuji coba untuk melihat bibit apa dan pola tanam bagaimana yang akan menghasilkan produksi tebu terbaik.Dengan berbagai uji coba tiga varietas bibit tebu: F-5, GM-19, dan SS-57, serta tiga pola tanam – segi empat, lajur lurus dan memotong – kini hasilnya sudah bisa dibuktikan.Produksi tebu yang sudah dipanen tahun lalu mencapai antara 150-280 ton/hectare yang menghasilkan 22 ton gula putih. Karena keberhasilannya, sejumlah perusahaan merasa penasaran dan sebagian melakukan survey ke lapangan seperti PTPN Surabaya sudah dua kali mengirim 30 karyawannya setiap kali melakuan penelitian di kebun tebu milik Basaradin.Kemudian, kata Basaradin, PG Cinta Manis dari Palembang dan PT GMP juga sudah pernah melakuan penelitian di kebunnya. Sementara PT GPM (Gula Putih Mataram) sudah menelepon akan masuk dan melihat kebun Basaradin. “Bahkan ada, ada perusahaan tebu dari Gorontalo yang menelepon mau survey ke sini,” katanya.Menurut dia, mulai tanam tahun 2005 sudah sekali panen dan hasilnya 280 ton tebu (22 ton gula putih) sudah dibuktikan, padahal perusahaan menargetkan 10 ton gula per hectare.Petani sukses itu pun tak ragu-ragu menjelaskan kiat suksesnya. Dengan mobil Estrada merah, ia pun mengajak wartawan berkeliling melihat tanaman tebunya yang berumur 5-8 bulan.Sesekali Basaradin berhenti sambil menunjuk tanaman tebu yang sudah mulai berumur yaitu antara 7-8 bulan, dan kemduian kembali melanjutkan perjalanan ke bagian kebun lainnya.(amd)

Penyair Bumi Empat Lawang

AIR keruh kembali keruh/ banjir sungai menjadi air mata/ gemuruh di hulu menyeret langkah/ menjadi mimpi yang menakutkan/mengikis buih menghanyutkan lumut. Menjelma pekik memilukan/ malam menjadi sangat kelam/ratusan hujan bersahutan/ meluapkan musibah banjir Galang.......... Itulah penggalan puisi berjudul "AIR KERUH KEMBALI KERUH" , yang dibaca SYAMSU INDRA USMAN dengan Hikmat di rumahnya di Desa Lubuk Puding, Kecamatan Ulu Musi, Kabupaten EMPAT LAWANG.Puisi ini ditulis untuk mengenang banjir bandang Sungai BETUNG, anak Sungai Musi, yang menghatam Desa GALANG tahun 1996, Banjir yang menerjang saat warga terlelap, pada dini hari itu menyapu habis perkampungan di tepian sungai serta menewaskan ratusan orang. Melalui tulisan kami coba untuk menampilkan sosok atau bisa dikatakan ASET Kabupaten EMPAT LAWANG, hamper semua warga Empat lawang belum begitu mengenal siapa Syamsu Indra Usman ini, beliau adalah sosok PENYAIR yang dimiliki daerah Lintang Empat Lawang, atau kalau mau jujur mungkin hanya satu satunya Penyair yang dimiliki daerah Lintang. Dilahirkan di Lahat pada Tanggal 12 Oktober 1956, dengan segala kekurangan yang dia miliki, tidak menjadikan dia patah semangat dalam meniti kehidupan ini, tinggal di desa Lubuk Puding ditengah perkampungan lama dekat hulu sungai Musi, menempati sebuah rumah panggung kayu. Untuk menuju kerumahnya, kita harus melewati 80 meter jembatan gantung yang dibuat pada zaman Belanda.Seperti kebanyakan warga dusun Lubuk Puding, Penyair ini menjalani hidup sebagai petani desa,tiap pagi dan petang dia mandi di sungai Musi dan disiang hari dia bergulat mengurus Enam Hektar kebon kopi dan tiga hektar Kebon kemiri, dari hasil kebon inilah dia menafkahi anak istrinya. Terlahir dengan kekurangan FISIK, memiliki tubuh yang mungil , hanya 100 Cm, tidak menjadikan Syamsu Indra mudah berputus asa.Banyak sudah Karya tangan yang dihasilkan, dan boleh dikatakan Syamsu Indra Usman termasuk penyair yang produktif, sudah sekitar 4.500 puisi dibuatnya.Sebagian puisi diterbitkan dalam tujuh antologi, antara lain Tembang Duka(1994), Sesembah Air Mata (2003) dan Mencari Ayat Ayat-MU (2003), disamping itu masih ada 109 Karya Tulis yang sudah dijilidkan dalam bundelan, ada 96 bundel kumpulan Puisi, 5 Novel dan 1 kumpulan Cerpen. Disamping itu juga Indra tekun mendokumentasikan budaya EMPAT LAWANG, yaitu kawasan Pemukiman di tepian Sungai, dan bahkan sempat menulis dua naskah lagu lagu daerah, menyusun satu kumpulan sastra tutur local yang di sebut REJUNG, kumpulan Petatah petitih, resep masakan daerah, adat istiadat, serta Kamus Bahasa Lintang Empat Lawang, yang memuat sekitar 5.000 entri kata.SYAMSU INDRA USMAN, adalah Tokoh Budayawan yang harus kita jaga dan pelihara serta kita Syiarkan ke penjuru Dunia karya karya nya......, dizaman saat ini sangatlah sulit untuk dapat kita menemukan Syamsu syamsu yang lain di BUMI LINTANG EMPAT LAWANG, dan beliau menjadi salah satu Tokoh Rujukan Budaya Empat Lawang. Atas pengabdian dan Prestasinya pada Tahun 2004 Gubernur Sumatra Selatan Menganugrahkan penghargaan SENI SASTRA. Semoga asset daerah kita yang satu ini, menjadi perhatian serius dari para Pejabat terutama Bupati Empat Lawang, dalam mengangkat Seni Budaya Daerah Lintang Empat Lawang. Disamping itu juga keikut sertaan Masyarakat Lintang Empat Lawang, dalam melestarikan Budaya Daerah kita, jangan sampai budaya Lintang hanya tinggal nama........... Semoga tulisan ini jadi cerminan kita dalam membangun daerah EMPAT LAWANG, untuk mengangkat Seni Budaya Lintang sebagai Aset Wisata Nasional.

Otonomi Kabupaten Empat Lawang

Tanggal 20 April 2007 lalu Kabupaten Empat Lawang di Sumatera Selatan resmi terbentuk. Peresmiannya membawa fase baru bagi derap pembangunan kawasan yang selama ini nyaris terabaikan oleh laju pembangunan. Kabupaten Empat Lawang, sekitar 400 kilometer arah barat Kota Palembang, merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Lahat. Kabupaten baru itu mempunyai luas 225.644 hektar atau 34 persen dari luas Kabupaten Lahat sebelum dimekarkan. Secara geografis, bagian utara wilayah Empat Lawang berbatasan dengan Kabupaten Musi Rawas, bagian selatan dengan Kabupaten Lahat dan Kabupaten Bengkulu Selatan, Provinsi Bengkulu. Di bagian timur juga berbatasan dengan Lahat, sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahyang, juga di Provinsi Bengkulu. Wilayah Empat Lawang memiliki tujuh kecamatan, yaitu Muara Pinang, Pendopo, Ulu Musi, Tebing Tinggi, Lintang Kanan, Pasemah Air Keruh, dan Talang Padang. Ibu kota kabupatennya adalah Kecamatan Tebing Tinggi. Tidak banyak jejak pembangunan masa lalu yang tertoreh pada kecamatan-kecamatan itu. Kontur wilayah yang sebagian terdiri atas kawasan perbukitan yang berliku-liku dan terjal membuat daerah ini berpuluh-puluh tahun seperti tak tersentuh pembangunan. Hingga kini, satu-satunya akses penghubung antarkecamatan di wilayah itu hanyalah jalan provinsi, sedangkan akses jalan menuju ke ibu kota kabupaten berupa jalan negara. Itu pun kondisinya sangat memprihatinkan. Akses dari Lahat menuju ke Tebing Tinggi, misalnya, hanya bisa ditempuh melalui jalan lintas tengah (jalinteng) Sumatera. Ruas jalan negara sepanjang 76 kilometer itu sudah bertahun-tahun dibiarkan rusak parah, berlubang-lubang, dan aspalnya terkelupas. Ruas jalan Lahat-Tebing Tinggi itu bahkan tidak bisa dilalui oleh kendaraan bermuatan besar sejak ambruknya Jembatan Sungai Pangi di Desa Ulak Bandung, Kecamatan Kikim Barat, Lahat, Maret 2006. Jembatan darurat yang telah dibangun di samping jembatan yang roboh itu hanya bisa dilewati kendaraan berkapasitas maksimum lima ton. Pembangunan jembatan permanen yang menggantikan Jembatan Sungai Pangi sampai sekarang belum selesai dikerjakan. Akibatnya, truk-truk bermuatan besar dari Lubuk Linggau ke Palembang terpaksa memutar ke jalan lintas timur (jalintim) Sumatera melalui Sarolangun, Muara Bulian, Jambi, dan Bayung Lencir, dengan waktu tempuh jauh lebih lama. Pembangunan infrastruktur dan transportasi di kecamatan-kecamatan lainnya juga nyaris terabaikan. Di Ulu Musi (54 kilometer dari Tebing Tinggi), misalnya, hanya ada satu jalan utama yang juga merupakan akses penghubung ke Kabupaten Kepahyang. Sebagian ruas jalan provinsi itu juga rusak parah. Demikian pula di kawasan Pasemah Air Keruh, yang jaraknya paling jauh dari Tebing Tinggi (67 km), sangat jarang ditemukan angkutan umum. Fasilitas yang minim juga sangat terlihat pada bidang kesehatan. Di Kecamatan Ulu Musi, sebagian puskesmas dibiarkan tanpa dokter atau penjaga. Sarana yang serba terbatas menghambat kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. Sampai kini belum ada investor yang menanamkan modal dan mengolah sumber daya alam di wilayah itu. Padahal, kabupaten baru itu telah menargetkan realisasi pendapatan asli daerah (PAD) Rp 84 miliar per tahun, dengan sumbangan dari sektor ekonomi sebesar Rp 16,8 miliar. Menurut Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kemasyarakatan Pemkab Lahat Marwan Mansyur, yang juga Penjabat Penghubung Persiapan Pembentukan Empat Lawang, kabupaten baru ini memiliki kandungan tambang emas, pasir, dan batu yang potensial mendorong kemajuan pembangunan. Namun, potensi itu belum tergarap. Hampir seluruh wilayah Empat Lawang merupakan daerah berbukit-bukit dan dialiri anak-anak Sungai Musi. Sebanyak 229.552 jiwa penduduknya hanya mengandalkan penghasilan dari pertanian dan perkebunan rakyat. Pertanian yang digarap antara lain berupa sawah seluas 9.172 hektar (ha), ladang (592 ha), kedelai (327 ha), kacang hijau (49 ha), kacang tanah (116 ha), jagung (253 ha), ubi kayu (144 ha), dan ubi jalar (33 ha). Selain itu, perkebunan rakyat di antaranya karet (716.074 ha), kopi (59.760 ha), kemiri (939,5 ha), kelapa (693,75 ha), dan pinang (538,3 ha). Dalam sambutannya saat peresmian Empat Lawang, Direktur Jenderal Otonomi Daerah Departemen Dalam Negeri Kausar AS mengemukakan, pemekaran wilayah Lahat menjadi Empat Lawang diperlukan karena pembangunan di wilayah itu belum optimal. "Sebagian besar wilayah Lahat berupa alur dataran tinggi dan jajaran pegunungan bukit barisan. Hal itu menyebabkan pembangunan belum menjangkau seluruh wilayah. Maka, perlu memperpendek rentang pemerintahan Kabupaten Lahat dengan membentuk Empat Lawang," katanya. Semangat yang ditanamkan oleh para elite pusat dan daerah dalam perjuangan pemekaran wilayah adalah mendorong pembangunan, mendekatkan pelayanan publik, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Janji itu membangkitkan secercah harapan, tetapi juga kekhawatiran bahwa Empat Lawang kelak bernasib sama dengan sejumlah daerah pemekaran lain yang sampai kini masih jalan di tempat. Bercermin pada sejumlah kabupaten/kota pemekaran yang terbentuk lebih dulu, semangat pembangunan daerah akhirnya menjadi jargon politik yang hanya menguntungkan segelintir pihak. Pascapemekaran, potensi daerah tetap tak tergarap, pembangunan diabaikan, dan rakyat kembali ditinggalkan. Orientasi kekuasaan Pengamat politik dari Universitas Sriwijaya, Amzulian Rifai, mengatakan, hambatan terbesar pembangunan daerah adalah kepemimpinan yang hanya berorientasi kekuasaan dan memperkaya diri sendiri, seperti yang terlihat pada beberapa daerah pemekaran yang setelah beberapa tahun berdiri hanya menjadi beban keuangan negara. Karena itu, peran masyarakat untuk memilih kepala daerah sangat penting sebagai landasan awal pembangunan. Daerah pemekaran membutuhkan pemimpin yang memiliki kemampuan untuk merintis pembangunan dengan melakukan langkah-langkah terobosan. Tantangan bagi daerah hasil pemekaran adalah kemampuan untuk mendanai dan mengelola keuangan sendiri. Untuk itu, dalam waktu dua tahun, kabupaten/kota baru harus mampu melepaskan ketergantungan keuangan dari daerah induk dan provinsi. Kepala Pusat Penerangan Departemen Dalam Negeri Saut Situmorang yang hadir saat peresmian Empat Lawang, 20 April lalu, mengakui sebagian daerah pemekaran kinerjanya masih bermasalah. Depdagri sedang mengevaluasi 148 daerah pemekaran. Jika kinerja daerah itu tidak membaik dalam kurun 10 tahun, tidak tertutup kemungkinan daerah pemekaran akan digabung dengan daerah lain. Empat Lawang kini berada di persimpangan jalan yang membawanya menuju kemajuan, kemunduran, atau hanya jalan di tempat. Siapkah Kabupaten Empat Lawang berkembang, atau kelak hanya menjadi beban negara dan masyarakatnya? Hanya kesungguhan tekad pemerintah dan masyarakat yang akan menjawabnya.

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Foto-Foto