Minggu, 11 Desember 2011

Politik Pangan, Indonesia Harus Berdaulat

Judul di atas merupakan judul berita Harian Kompas edisi Jumat (14 Oktober 2011) di halaman 36. Membaca berita tentang pangan negara kita hati jadi sedih dan kecewa, karena ternyata penjajah ekonomi telah sampai ke dapur dan tempat tidur kita. Kedaulatan ekonomi kita telah dirampas orang asing.

Hampir semua produk pangan utama kita adalah hasil impor. Harga=harga komoditas impor ini dibawah harga produk petani kita. Hal ini mengakibatkan petani menjerit karena harga komoditas hasil panennya jatuh dan biaya produksi tidak tertutupi.

Dituliskan di berita tersebut bahwa politik pangan yang ditegaskan pada koridor ketahanan pangan berbasiskan impor telah menyebabkan Indonesia salah berkiblat. Di dunia, orang sudah berbicara kedaulatan pangan yang jauh lebih paripurna ketimbang ketahanan pangan.

Dengan kedaulatan pangan, Indonesia tidak akan terpuaskan hanya dengan ketersediaan, keterjangkauan, kemerataan, dan keamanan pangan. Kedaulatan juga mengandung urusan demokrasi, partisipasi, hak menentukan, dan tata niaga.

Ironisnya, meskipun ketahanan pangan sudah ditegaskan sebagai tujuan utama di sektor pertanian, krisis pangan justru terus terjadi pada empat komoditas penting, yakni gula, kedelai, terigu, dan beras. Importasi gula sudah mendekati 40 persen dari produksi gula nasional. Masalah muncul ketika gula petani tidak terserap pasar dan ditekan penurunan harga akibat bocornya gula rafinasi impor ke pasar gula konsumsi.

Guru Besar Sosial-Ekonomi Agroindustri Universitas Gadjah Mada Mochammad Maksum Machfoedz, dalam diskusi terbatas Kompas dan Oxfam, menuturkan, setelah krisis gula, krisis kedelai juga muncul pada 2008, yakni ketika impor kedelai dibuka lebar. Produksi nasional yang sempat memuncak tahun 1995 sebesar 1,5 juta ton terus melorot ke level 808.000 ton pada 2005, lalu 748.000 ton (2006), dan 608.000 ton pada tahun 2007.

“Kedelai 2009 ternyata produksinya hanya 780.000 ton. Yang lebih mengejutkan, angka ramalan 11 Badan Pusat Statistik menyebutkan, produksi kedelai 2010 drop hanya 454.850 ton. Hebatnya Indonesia optimis dengan swasembada kedelai tahun 2014.” Tutur Prof. Maksum.

Mengenai terigu, kebijakan pemerintah justru membahayakan program pengalihan konsumsi dari beras ke tepung ubi. Kemudahan importasi tepung terigu telah menyebabkan industry berbasis penepungan ubi kayu (modified cassava flour/mocaf) menjadi selalu merugi karena terigu terlampau murah.

Ketika harga terigu semakin mahal menjelang eskalasi harga pangan dunia, secara ekonomis tepung ubi kayu sangat laik diproduksi tahun 2007. Kelayakan itu sempat mendorong beberapa daerah, seperti Kabupaten Trenggalek, berusaha melakukan investasi dengan menambah nilai tambah dan kesejahteraan petani singkong. Tadinya, dengan mengembangkan Mocaf Indonesia bisa mensubstitusi sebagian dari konsumsi tepung terigu yang membebani neraca pangan.

“Sayangnya, Kabinet Indonesia Bersatu jilid II melihatnya berbeda. Pada Februari 2008, terigu dinilai terlalu mahal sehingga bea masuknya dihapus. Karena belum cukup menurunkan harga, PPN (Pajak Pertambahan Nilai) pun dihapuskan. Maka, sempurnalah pembunuhan atas Mocaf itu,” kata Prof. Maksum.

Bernafsu Ekspor

Ketidak-konsistenan juga terjadi pada perberasan. Ketika harga beras di pasar dunia melonjak ke level 700 dolar AS per-ton bahkan sempat menyentuh 1.000 dolar AS per-ton pada Maret-Mei 2008, pihak-pihak yang mendorong impor beras tiba-tiba saja sangat bernafsu untuk mengekspor.

“Mereka yang pada bulan Februari 2008 membuat kebijakan untuk memudahkan impor beras dan membangun legitimasi bahwa Indonesia defisit berat dan butuh mengimpor beras tiba-tiba digantikan kampanye ekspor,” papar Machfoedz.

Lalu pada Maret 2010, Pemerintah mencanangkan swasembada pada 5 produk pangan utama, yakni beras, gula, kedelai, jagung, dan daging sapi. Ini terasa sangat politis karena daging sapi misalnya, sudah tiga tahun tertunda pencapaian swasembadanya, yakni 2000, 2005, 2010, dan nanti ditetapkan lagi 2014.

Pengamat pangan dari Ecosoc Right, Sri Palupi, mengatakan, kunci sukses yang harus dilakukan pemerintah agar tidak keliru membuat kebijakan di bidang pangan adalah turun sendiri ke lapangan, yakni dengan mengunjungi petani dan mendengar keluhannya.

“Data harus berpijak situasi riil dan masalah riil di lapangan. Dengan situasi petani dan lahan sangat ini, semua factor menunjukkan kita harus waspada karena situasinya sangat negatif,” tuturnya.

Rabu, 07 Desember 2011

Soto Betawi dan Sambal Tumpang di Dapur LSTC


Udara pagi masih terasa dingin menyentuh kulit, Lampung Sugar Training Centre (LSTC) sudah ramai. Puluhan lelaki muda berbaris di halaman di pusat pelatihan milik PT. Gunung Madu Plantations itu. PT. Gunung Madu Plantations adalah perusahaan perkebunan tebu dan pabrik gula tertua dan terbesar di Lampung, lokasinya di Km 90 Lintas Sumatera, Lampung Tengah.

Syafei Gumai, Kepala Unit Patroli Satpam GMP tampak mengomando barisan lelaki-lelaki muda tersebut. Hari itu ada acara pembekalan calon satpam. Para lelaki muda itu adalah calon satpam yang akan menerima pembekalan.

LSTC sudah sering menjadi tempat kegiatan berskala besar maupun kecil. Kesiapan tempat maupun para karyawan di sini melayani tamu-tamunya membuat tempat ini menjadi pilihan tepat untuk kegiatan perusahaan dengan peserta puluhan sampai ratusan orang.

Keramah-tamahan karyawan di sini sudah terkenal. Sikap mereka yang santun, murah senyum dan penuh hormat membuat kita serasa berada di rumah sendiri. Keakraban cepat sekali terjalin dengan para karyawan LSTC.

Pak Broto Cahyono, kepala LSCT, mengajarkan tatakrama yang apik kepada para bawahannya. Meskipun sebagai seorang pimpinan, Pak Broto tak segan-tegan memegang pekerjaan membantu anakbuahnya.
Hal itu menjadi contoh yang baik bagi para karyawan di sini untuk sigap membantu pekerjaan teman yang sedang repot.

Saya sudah lama berencana melakukan liputan tentang pelayanan di LSTC, namun baru kali ini berkesempatan melaksanakannya. Faktor waktu dan momentumnya yang membuat rencana itu tidak segera terlaksana.
Pagi itu, Kamis 3 November 2011, di sela-sela waktu luang acara pembekalan Satpam, Saya menyempatkan diri mengunjungi dapur LSTC. Dapur tempat para karyawan setempat meracik dan mengolah menu makanan dan minuman untuk para tamu yang sedang berhajat di sana.

Dengan langkah hati-hati tanpa bersuara, Saya melangkahkan kaki mendekati dapur. Dari jarak kurang dari tiga langkah dari dapur terdengar suara canda tawa. Sedang apa mereka? pikir saya. Selintas terbayang bahwa mereka sedang duduk bersantai.

Ketika tiba di ambang pintu, mata pun ditebar ke dalam dapur. Oh, ternyata mereka tengah bekerja. Ada yang menggiling cabe, ada yang mengaduk sesuatu di panci besar. Yang lainnya tengah memilah-milah sayur.
Ngobrol, bercanda, dan tertawa sambil bekerja memasak. Itulah keseharian para pekerja di LSCT. Mandor dapur, M. Sarpani, tidak diam berpangku tangan. Dia ikut ambil bagian dalam pekerjaan itu. Dalam bekerja memasak tidak terlihat lagi perbedaan mana mandor mana anakbuah.

“Di sini kami bekerja sama-sama. Tidak ada lagi mandor kalau sedang bekerja,” kata Pak Sarpani.
Menurut Sarpani, dia bisa melakukan pekerjaan apa saja, tidak pilih-pilih. Tergantung pekerjaan mana yang perlu ditangani atau siapa yang perlu dibantu.

“Selesai di dapur ini saya pindah ke ruang makan bersama Rahman. Kami menyiapkan makan para tamu sekaligus melayani mereka,” kata Sarpani. Bahkan, tambahnya, dia tidak segan-segan mencuci piring.
Di dapur LSTC ini, kata Sarpani, semua dikerjakan bersama-sama. Tidak ada yang spesialis memegang pekerjaan tertentu. Semua bisa mengerjakan. 

Istimewanya di LSTC ini, mandor tidak perlu memerintah anakbuah untuk mengerjakan pekerjaan tertentu, karena semua sudah berjalan otomatis. Tiap pekerja sudah mengerti apa yang harus dikerjakannya.
Di dapur LSTC ini ada enam pekerja termasuk mandor. Mereka adalah: M. Sarpani (mandor), Dede Sudana, Abdur Rahman, Emiyati, Sumiyati, dan Erliyana.

Kedatangan Saya ke dapur LSTC ingin tahu lebih “rahasia” di balik sedapnya sajian makanan di sini dan trik-trik penyajiannya sehingga tidak membosankan.

Soal menu, kata M. Sarpani, penyajiannya tergantung siapa yang akan dilayani. Ada fleksibilitas penyajian menu. Biasanya Pak Broto turun langsung mengontrolnya. Tak jarang kepala LSTC itu sendiri yang menentukan apa-apa saja yang harus disajikan kepada tamu.

“Pak Broto sangat memperhatian selera para tamu,” kata Sarpani. Yang disuguhkan kepada tamu adalah menu-menu yang jarang ditemui para tamu sehari-hari.
“Kalau tamunya kelas-kelas manager, maka menu yang kami berikan sayur asam, bayam bening, sambal terasi. Makanan ringannya pisang dan ubi rebus,” kata Pak Broto.
“Kalau menu seperti daging, ayam dan yang mewah-mewah sudah biasa mereka makan di rumah,” tambah Pak Broto.
Sebaliknya, kalau untuk karyawan atau calon karyawan menu yang disuguhkan yang berat-berat, seperti rendang daging, sate dan ikan bakar.

Dengan pola seperti itu, kata Pak Broto, menu yang disajikan pasti habis. “Kita puas jika makanan yang kita berikan dimakan habis,” ujar Pak Broto.

Tentang menu unggulan, Dapur LSCT pun memilikinya. Jika di Guest House ada sup buntut dan kopi hitam. Di sini ada menu yang jadi andalan dan dijamin mengundang selera, yakni soto betawi dan sambalnya. Sambal di sini ada beragam, semuanya enak dan membuat ketagihan. Ada sambal terasi mentah, sambal goreng, dan sambal tumpah.

Soto betawi dan sambal buatan dapur LSTC ini sudah diakui kelezatannya oleh para tamu, kata Mandor LSTC, M. Sarpani. Mereka sering mendapat pujian karena kelezatan soto betawi dan sambalnya. 

Rasa soto betawi racikan dapur LSTC tidak kalah sedapnya dengan soto betawi di Jln. Raden Intan Bandar Lampung. Kuahnya kental bersantan dengan taburan kerupuk emping dan irisan tomat di atasnya.

“Yang sering dicari para manager bila menghadiri acara di sini adalah sambal tumpah,” kata Pak Broto.
Tentang etos kerja di LSTC, Pak Broto telah membina anakbuahnya memiliki standar kerja yang elegan dengan azas kesetaraan, namun tetap menjunjung tinggi tatakrama dan etika kesopanan terhadap tamu.

“Karyawan di sini menghargai tamu setinggi-tingginya. Tapi jangan sekali-kali mengkacungkan mereka. Semua tamu dihormati, tapi jangan meremehkan mereka kalau tidak mau rasa hormat itu hilang,” tegas Pak Broto sambil memberi contoh kasus anakbuahnya diremehkan tamu, yang kemudian membuat si tamu malu sendiri atas ulahnya.

Selasa, 29 November 2011

Dari Baris-berbaris sampai Pengetahuan Intelijen



Satuan pengamanan (Satpam) PT. Gunung Madu Plantations mendapat tambahan tenaga baru, muda, dan segar sejumlah 54 orang. Saat ini mereka masih berstatus calon anggota satpam, karena harus melalui beberapa tahap lagi baru bisa menjadi satpam Gunung Madu.

Mereka sudah melewati tahapan-tahapan seleksi yang ketat. Mereka merupakan hasil saringan dari 600 lebih pelamar. Tes-tes fisik, kesehatan (2 tahap), pengetahuan umum, dan psychotes sudah mereka lalui. Saat ini mereka tengah menjalani pra-pendidikan di SPN Kemiling.

Pada awal November lalu, selama tiga hari penuh (dari 3 s/d 5 November), para calon satpam itu mendapat pembekalan dari pimpinan satpam GMP. Acaranya berlangsung di gedung LSTC (Lampung Sugar Training Centre).

Acara yang sedianya akan dibuka oleh Kadep SBF Ir.H. Gunamarwan atau Kadiv HRGS Ir.H. Dwi Witrianto, akhirnya dibuka oleh Kepala Satpam Kombes Pol.(Pur) Almer Hutajulu. “Pak Guna dan Pak Wiwit berhalangan hadir karena ada tugas lain,” kata Wakil Ka.Satpam AKBP (Pur) Prayitno kepada penulis.

Ka. Satpam Almer Hutajulu berpesan kepada para calon satpam agar mereka mengikuti setiap materi pembelajaran dengan serius, tekun dan penuh disiplin. Ia menekankan pentingnya disiplin bagi anggota satpam. Pembekalan dari kepala satpam itu berlangsung kurang lebih setengah jam, kemudian istirahat coffee break.

Pada hari pertama pembekalan itu yang tampil sebagai pemateri adalah Waka Satpam Prayitno. Pak Prayit menyampaikan pembekalan tentang eksistensi satpam di PT. Gunung Madu Plantations. “Kalian harus mengerti tugas dan kewajiban sebagai anggota satpam. Kalian bertugas menjaga keamanan asset perusahaan dan keselamatan pimpinan perusahaan,” kata Pak Prayit.

Pak Prayit menekankan lagi kepada calon-calon anakbuahnya itu agar tahu dan mengenal siapa-siapa yang harus dihormati di perusahaan ini. Sebelumnya Pak Almer juga telah memperkenalkan nama-nama pimpinan perusahaan, mulai dari Indra Rukmana hingga para kepala divisi.

Ditekankan lagi oleh Pak Prayit bahwa mereka para calon anggota satpam adalah calon karyawan dengan tingkatan paling rendah di perusahaan ini. “Ini perlu ditekankan agar mereka tidak sok-sokan,” kata Pak Prayit.

Setelah sesi Pak Prayit selanjutnya pembekalan disampaikan oleh Mugiyanto (Kanit Satpam Divisi I). Mugiyanto menyampaikan materi tentang olah TKP. TKP adalah, tempat suatu perkara dilakukan/terjadi/akibat yang ditimbulkan, tempat lain ditemukan barang bukti/korban yang berhubungan dengan TP (tempat perkara).

Penanganan pertama: ketika terjadi sebuah peristiwa yang diduga adalah tindak pidana, maka penyelidik atau penyidik melakukan tindakan berupa: tindakan pertama di TKP, crime scene processing.

Usai penyampaian materi tentang TKP oleh Pak Mugiyanto acara bergeser ke sesi istirahat (Ishoma). Siang itu, jajaran karyawan dapur LSTC menyiapkan menu istimewa bagi para calon satpam. Sop ayam dan rendang daging.

Pada sesi berikutnya setelah jam istirahat adalah penyampaian materi tentang penyelidikan dan penyidikan. Materi ini disampaikan oleh Kanit Resintel Satpam PT GMP, Suyitno.
Pengertian penyelidikan, kata Suyitno, adalah suatu tindakan untuk mencari tahu apakah suatu peristiwa/kasus akibat suatu tindak pidana atau bukan.

Beberapa jalur diketahuinya suatu tindak pidana, atas dasar laporan dari masyarakat atau dari seseorang bahwa semua anggota masyarakat dapat melakukan laporan kepada aparat penegak hukum. 

Pada hari kedua Agus Putu mendapat kesempatan menyampaikan materi tentang pengetahuan dasar intelijen. Teori-teori tentang intelijen disampaikan secara lisan oleh Agus Putu kepada para calon satpam GMP. “Anggota satpam harus mengerti ilmu intelijen, karena tugas satpam berkaitan dengan keamanan,” kata Agus Putu.

Sepanjang pembekalan di LSTC tersebut, Kanit Ops Satpam, Harsono menjadi pembimbing utama para calon satpam. Pak Harsono memimpin mereka berolahraga setiap pagi dan petang. Sedangkan Pak Syafei Gumai (Kanit Patrol) dan Edi Dharma (Provoost) memimpin apel pagi dan membina disiplin.

Jumat, 25 November 2011

Tumpeng untuk Karyawan Paling Senior

Acara syukuran tutup tebang dan giling ke-34 PT. Gunung Madu Plantations di Departemen SBF seperti biasa berlangsung di Public Centre, dihadiri seluruh staf dan karyawan SBF, YPGMP, dan KGM. Karyawan paling senior di Departemen SBF, Wasiman, NIP 0211, mendapat kehormatan menerima potongan nasi tumpeng dari Kadep SBF Ir.H. Gunamarwan.
“Saya berikan potongan tumpeng ini kepada senior kami, Bapak Wasiman. Beliau ini masuk ke PT. Gunung Madu Plantations tahun 1976,” kata Pak Guna seraya memanggil yang bersangkutan agar maju ke depan untuk menerima tumpeng.
Dulu, ketika PT. Gunung Madu Plantations baru berdiri, ada ungkapan bahwa siapa yang bisa bertahan 10 tahun bekerja di sini, dia dikatakan orang gila. Tapi kalau sudah duapuluh tahun berarti sudah waras kembali.
“Pak Wasiman ini sudah 36 tahun menjadi karyawan Gunung Madu, berarti beliau sudah sangat waras,” kata Pak Guna yang disambut tepuk tangan dan tawa meriah para hadirin. Meskipun tutup giling tahun ini dalam suasana prihatin karena produksi tidak mencapai target, namun para karyawan SBF masih bisa tertawa terbawa oleh kelakar Pak Guna.
Seperti biasa syukuran di SBF selalu dihadiri General Manager PT. GMP H.M. Jimmy Mahshun. Petinggi SBF yang hadir Kadiv HRGS Ir.H. Dwi Witrianto, Kasubdiv Health Centre dr. Evi Maiselma, Kasubdiv Accounting Haryono Indra, SE., dan Kabag Personel Ir.H. Poniasih.
Kepada para karyawan Pak Guna mengatakan, meskipun produksi gula dalam tiga tahun terakhir tidak mencapai target, semangat kerja harus tetap tinggi. Pak Guna mengajak seluruh staf dan karyawan untuk berpegang pada Nilai Inti Perusahaan.
Pak Guna juga menyampaikan kepada para karyawan yang mengambil kredit perumahan di Tanjungsenang dan Seputihjaya bahwa cicilan yang diambil dari jasa produksi setinggi-tingginya sebesar jasa produksi yang diterima tahun ini. Pengumuman Pak Guna tersebut spontan mendapat sambutan tepuk tangan dari staf dan karyawan. Dengan ketentuan tersebut mereka yang mengambil kredit perumahan tidak menombok.
H. Muksin Sugito, yang mengambil rumah di Seputihjaya, usai membaca doa, secara khusus menyampaikan terimakasih kepada pimpinan perusahaan yang telah memberikan kebijakasanaannya.
Divisi II Peringkat IV
Syukuran tutup tebang dan giling ke-34 Divisi II berlangsung sederhana namun penuh makna. Syukuran dihadiri Kadep Plantations Sutarto, Kadiv II Kridoyono, jajaran staf dan karyawan.
Dalam sambutan, Kadiv II Kridoyono memaparkan hasil tanam yang telah dilakukan. Pada musim tebang dan giling 34, Divisi II hanya mampu menghasilkan produksi tebu sebesar 73,46 ton per hektare, meleset dari target yang ditentukan sebesar 86,09 ton per hektare.
Dari tujuh divisi, Divisi II berada pada peringkat IV, di bawah Divisi V yang berhasil bertengger di peringkat I. Kemudian menyusul Divisi IV di peringkat II, Divisi I di peringkat III, Divisi VII di peringkat V, Divisi VI di peringkat VI dan Divisi III di peringkat VII.
Lebih lanjut Pak Krido menguraikan, TCH (Ton Cane per-Hektar – Ton Tebu –per hektar) Divisi II tahun 2011 mengalami penurunan dari 84,98 ton pada 2010, menjadi 73,46 ton pada 2011. “Terjadi penurunan sebesar 11,52 ton,” katanya. Melihat kenyataan ini, orang nomor satu Divisi II tersebut meminta para staf dan karyawan mencari solusi atas masalah tersebut untuk memerbaiki TCH dan kualitas pada musim tebang tahun depan.
Sementara dalam sambutan, Kadep Plantations Sutarto menandaskan para karyawan jangan larut dalam duka karena ke depan masih banyak kesempatan untuk berhasil. Dia mengharap para karyawan meningkatkan irama kerja pada musim giling tahun depan.
Peningkatan etos kerja untuk meningkatkan hasil tanam dan mempertahankan kualitas gula produksi GMP di level nasional. “Di mata nasional, kualitas gula kita nomor satu. Ini harus dipertahankan pada tahun-tahun mendatang.”
Syukuran Divisi II juga diisi santap tumpeng nasi kuning berjemaah. Diawali pemotongan tumpeng oleh Pak Sutarto untuk diberikan kepada Sunardi (purnakaryawan). Selanjutnya, delapan gunungan tumpeng disantap bersama

Rabu, 02 November 2011

Menu Istimewa Guest House GMP

Ingin tahu seberapa penting tamu yang datang ke PT. Gunung Madu Plantations? Silahkan lihat di Guest House. Jika karyawan di Guest House sibuk menyiapkan santapan istimewa berarti yang datang adalah orang penting. Menu istimewa guest house Gunung Madu adalah sop buntut sapi. Menu ini hanya disajikan jika ada permintaan khusus atau saat Perusahaan kedatangan tamu penting.

“Sop buntut itu kesukaan Pak Guna (Ir. Gunamarwan – Kepala Departemen Services, Bisnis & Finance). Kalau ada acara perusahaan di Guest House beliau sering minta dibuatkan,” kata Irwanda, mandor Guest House. Selain disuguhkan bila ada tamu VIP, menu andalan Guest House ini hanya dibuat berdasarkan pesanan.

Bagi yang pernah mencicipi sop buntut Guest House ini bisa membedakan dengan sop buntut di tempat lain. Sop buntut Guest House terasa lebih nikmat, kuahnya pekat dan agak kental. Kuah itu bila menyentuh lidah akan terasa perpaduan bumbu-bumbunya, yang membuat kita ingin menghirup sampai habis.

Selain sop buntut sapi, guest house punya sajian istimewa lainnya, tetapi yang ini tersedia setiap saat, yakni kopi hitam. Racikan kopi hitam guest house Gunung Madu ini sudah terkenal nikmat, sekali mencoba dijamin ketagihan. Kopinya kental tetapi tidak pahit, parpaduan rasa kopi dan gulanya serasi. Aroma kopi pun cukup menyengat. Kopinya terasa lebih nikmat bila diminum hangat-hangat.

Lebih istimewa lagi kopi seduhan Guest House ini tidak membuat perut menjadi kembung. Sebenarnya kopi yang disajikan dari bubuk kopi biasa yang banyak dijual di warung. Tetapi yang membuat rasanya lebih nikmat adalah cara menyeduhnya.

“Ada cara khusus meramu kopi supaya nikmat,” kata Ngadino, karyawan guest house. Cara menyeduh di sini tidak seperti pada umumnya orang menyeduh kopi. Biasanya orang menyeduh kopi dengan cara menyiramkan air mendidih ke bubuk kopi dan gula kemudian diaduk rata.

“Di Guest House tidak seperti itu. Cara menyeduh kopi agar nikmat kami dapat dari orang Malaysia,” kata Maryanto, yang pernah tugas di guest house. Rahasia menyeduh kopi ini tidak mereka buka kepada umum. “Biarlah ini menjadi ciri khas Guest House,” tambah Maryanto.

Tidak banyak orang Gunung Madu yang pernah mencicipi makanan di Guest House. Tempat ini tersedia hanya untuk acara-acara khusus perusahaan dan tamu-tamu penting perusahaan. Dan, hanya sedikit pula orang yang tahu aktivitas di balik dinding dapur Guest House. Di sini dari pagi hingga petang tak sepi dari aktivitas memasak dan meracik bumbu.

Ada empat perempuan dan 8 laki-laki termasuk seorang mandor yang sehari-hari mengisi kegiatan di guest house. Mereka inilah yang mengurusi makanan tamu-tamu penting atau orang penting Perusahaan yang beracara di Guest House. Tugas pengendalian ditangani mandor, yakni Irwanda dibantu admin Bu Tutik.

Tugas menyusun menu dan masak ditangani Bu Aisyah, Ismiyati, dan Kasmini; Pramusaji oleh Ngadino dan Hartoyo; tugas-tugas diluar pramusaji dan memasak ditangani Ngadiran, Tholib, Rudini, Iman, dan Ali Ramli.

Di dapur para wanita bekerja dengan kompak. Tidak ada pembagian tugas secara khusus soal siapa memasak apa. Semua dikerjakan bersama-sama mulai mengiris bumbu sampai mencicipi makanan. Meskipun demikian ada seorang yang menjadi andalan, yakni Bu Aisyah. Dia karyawati yang paling lama bertugas di Guest House dan sudah mahir menentukan rasa masakan.

Walaupun Guest Houes diberi kebebasan menentukan menu untuk para tamu, kalau ada acara atau tamu tertentu mereka tetap berkonsultasi kepada Kabag C&F Iwan Kurniawan. “Pak Iwan kemudian menentukan menu apa yang harus disajikan,” kata Irwanda.

Lantas bagaimana jika ada tamu orang asing? Menurut Irwanda orang asing yang jadi tamu di sini biasanya menyesuaikan saja menu yang ada. Tidak ada permintaan khusus. Kalau seandainya ada permintaan menu khusus mereka tentu saja siap melayani.

Pelayanan kepada tamu dilakukan sebaik mungkin mulai dari tata menu sampai “toto dhahar”. Meja makan misalnya, ditata sedemikian rupa dengan standar resturan terkemuka. Tisu terlipat dengan rapi di tempatnya, letak sendok dan garpu, gelas dan piring mengikuti standar hotel.

Selain makanan dan minumannya yang enak, keramah-tamahan petugasnya pun membuat nyaman kita yang bertamu di Gues House. Mereka senantiasa sopan dan menampakkan wajah cerah ketika berhadapan dengan tamu.

Tampaknya itulah standar baku yang diterapkan meskipun diantara mereka tidak ada yang lulusan sekolah perhotelan. Sistem belajar di Guest Houes ini, kata Maryanto, dilakukan dengan cara “ketok tular”. Yang senior mengajari yunior baik dengan contoh maupun dengan tuntunan.

Tangis Haru Iringi Calon Haji

Rombongan calon haji Gunung Madu berangkat meninggalkan Perumahan II PT. Gunung Madu Plantations, setelah dilepas di Masjid Al Ikhlas oleh pimpinan PT GMP. Acara ini dihadiri Presiden Direktur Indra Rukmana dan General Manager H.M. Jimmy Mahsyun.

Ada keluarga yang penuh senyum mengiringi keberangkatan calon haji. Ada pula yang berurai air mata melepas orangtuanya. Ada juga yang menampakkan wajah penuh haru. Pemberangkatan calon haji GMP berlangsung Jumat pagi (14/10), diawali pembacaan ayat-ayat suci Alquran, lalu sambutan wakil calon jemaah haji yang disampaikan Pak Mulyono, kemudian sambutan pimpinan perusahaan yang disampaikan Kadep SBF Ir.H. Gunamarwan.

Jemaah Masjid Al Ikhlas, pengurus Yayasan Muslim GMP Pusat dan Rayon, dan ibu-ibu anggota majelis taklim ikut menghadiri pemberangkatan jemaah calon haji GMP ini. Jemaah calon haji GMP seluruhnya 17 orang, tetapi yang diberangkatkan pada hari itu 8 orang (empat pasang). Jemaah yang lain ada yang sudah berangkat lebih dulu, ada yang belakangan karena ikut ONH Plus.

Setelah mendengarkan sambutan, acara ditutup dengan pembacaan doa. Setelah itu para calon haji menunaikan shalat sunat. Pemberangkatan jemaah calon haji ini ditandai dengan jabat tangan dari para pengantar yang berbaris memanjang dari depan teras masjid menuju ke pintu pagar halaman. Mereka kemudian dilepas menuju bis untuk berangkat ke Gunungsugih dan bergabung dengan jemaah Lampung Tengah lainnya dari Kloter 20.

Rombongan calon haji menaiki bis RU yang full AC beserta panitia dari Yayasan Muslim Gunung Madu (YMGM). Sedangkan rombongan pengantar menaiki bis lain dan beberapa kendaraan pribadi. Rombongan ini dikawal kendaraan patroli Satpam PT. GMP sampai ke Gunungsugih, Lampung Tengah.

Sepanjang jalan mulai dari Masjid Al Ikhlas Perumahan II sampai ke Pos Maingate ustad H. Muksin Sugito tak henti melantunkan lafal-lafal doa dan puji-pujian kebesaran Allah Swt. Para calon haji dan panitia di Bus RU ikut hanyut menghayati lantunan doa tersebut. 

Setiba di Pos Maingate panitia membagikan nasi kotak kepada seluruh rombongan haji dan pengantar untuk disantap di perjalanan menuju Gunungsugih. 

Di Gunungsugih jemaah calon haji GMP bergabung dengan jemaah calon haji lain dari seluruh Lampung Tengah. Mereka kemudian dilepas secara seremonial oleh Bupati Lampung Tengah Pairin. Acara yang dijadwalkan berlangsung jam 09.00 baru terlaksana jam 10 lewat. 

Rombongan jamaah asal Lamteng bersama tim pendamping haji berangkat dari Lampung menuju Jakarta dan Madinah dalam keadaan sehat. Mereka sempat bermalam di Asrama Haji Bandarlampung. 

Di asrama haji tersebut, mereka penerima pembagian gelang identitas dan juga uang saku untuk dipergunakan di tanah suci. Gelang yang dibagikan, terbuat dari bahan yang tahan dingin dan panas, sehingga nyaman digunakan selama di tanah suci. Begitu juga dengan uang saku, sudah dalam bentuk uang Real. 

Setelah bermalam di asrama haji Bandarlampung, besok paginya jamaah haji diterbangkan ke Jakarta tepat pukul 09.00 WIB. Mereka mendarat di Soekarno Hatta tepat pukul 09.22 WIB.

Rahmat Itu Akhirnya Datang Juga

Kemarau berlangsung kurang lebih tiga bulan. Tidak lama. Tetapi panasnya sangat menyengat, cukup membuat kulit bagai disayat.

Kemarau. Ada yang menanti. Ada yang menghendaki dia segera pergi. Bagi para pengepul onggok (limbah pabrik tapioka untuk pakan ternak), terik matahari merupakan berkah. Onggok cepat kering, dan segera ditukar dengan uang. Makin singkat masa menjemur, makin besar ungung yang diperoleh.

Pada musim kemarau, merupakan paceklik bagi buruh cabut singkong. Pemilik kebun enggan memanen tanamannya khawatir umbi singkong kecil karena kekurangan air. Sementara pabrik demi merangsang pasokan singkong, saat kemarau berlomba menaikkan harga. Tetapi upaya itu tidak banyak menolong karena para pemilik kebun bertahan tidak panen, kecuali petani yang kepepet butuh uang segera.

Kemarau bagi sebagian orang merupakan petaka. Tetapi, bagi yang memiliki kesadaran akan hukum alam, pergantian musim dianggap hal biasa. Toh itu merupakan hukum yang telah ditetapkan oleah Sang Maha Pencipta. Tak dapat ditolak, juga tidak bisa diminta segera berganti sekehendak kita.

Tetapi, kemarau yang singkat tahun ini, cukup membuat sebagian warga masyarakat mengeluh lantaran kekuarangan air bersih. Seperti di kampung tempat tinggal saya, Gunungagung, Kecamatan Terusan Nunyai, Kabupaten Lampung Tengah, air menjadi begitu sulit didapat. Sumur-sumur kering. Tetangga yang satu minta pada tetangga yang lain, yang pada akhirnya sumurnya pun kering juga.

Masih beruntung penduduk yang bertempat tinggal di desa-desa (kampung) yang bertetangga dengan PT. Gunung Madu Plantations dan PT. Great Giant Pineaple (GGP). Kedua perusahaan PMA itu memiliki kepedulian tinggi kepada warga desa tetangganya.

Kampung saya, Gunungagung, mendapat suplai dari PT. Gunung Madu Plantations. Begitu juga kampung tetangga, seperti Gunungbatin Udik, Gunungbatin Ilir, Gunungbatin Baru, Bandaragung, Tanjunganom, dan Bandarsakti. Sementara Kampung Lempuyangbandar, mendapat suplai dari PT. GGP.

Setiap hari PT. Gunung Madu Plantations mengirimkan truk tanki pengangkut air ke desa-desa terdekat. Satu desa mendapat jatah 1 tanki setiap hari.

Meskipun suplai air datang terus, tak urung kebutuhan air tetap saja tidak mencukupi. Suplai dari perusahaan hanya cukup untuk memasak dan mencuci piring. Sedangkan untuk mandi dan mencuci pakaian air harus dihemat.

Selama kemarau yang singkat itu kebanyakan warga mandi 2 hari sekali, selebihnya hanya membasahi badan dengan lap basah.

Maka, pada Jumat (7/10/11) malam Sabtu, hujan untuk pertama kalinya tercurah di kampung kami. Ucapan syukur tak terkira segera dipersembahkan kepada Ilahi. Sang Maha Pemberi telah menurunkan Rahmatnya malam itu. Semua warga bersyukur. Sumur-sumur mulai terisi meskipun masih keruh.

Dan, pada Minggu (9/10/11) petang, hujan lebat kembali turun. Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah atas segala rahmat-Nya. Sumur kami sudah penuh. Begitu juga sumur-sumur tetangga. Perusahaan pun menghentikan bantuan airnya.

Rahmat yang dinanti itu pun akhirnya datang juga.

Cara Terbunuhnya Khaddafy, Langgar Hukum Humaniter?

Tindakan tentara perlawanan Dewan Transisi Nasional Libya (NTC) terhadap Khaddafy tidak dapat diterima oleh Hukum Humaniter Internasional (HHI) atau International Humanitarian Law, karena secara terbuka mempertontonkan pelanggaran hak seseorang saat berperang dalam konvensi Jenewa dan hukum perang Den Haag.

Hukum humaniter hendak menjaminkan penegakan kemanusiaan saat situasi perang. Tidak ada satu pun alasan dapat membenarkan bahwa mereka menembaknya dari jarak amat dekat, pada saat Khaddafy tidak lagi bersenjata, berlumuran darah, dan berteriak meminta tolong.

Hukum humaniter berhaluan Jenewa maupun Den Haag tidak membenarkan penyerangan terhadap seseorang yang sedang tidak bersenjata. Dan, bahwa mustahil ia melakukan perlawanan. Kemarahan tentara perlawanan harus diberitahu dengan nada sedih dan kecaman, bahwa dendam kesumat terhadap pribadi Khaddafy telah melanggar azas-azas yang lain dalam konvensi dan hukum internasional.

Perlakuan terhadap Khaddafy memang tidak sepenuhnya dibebankan ke pundak tentara perlawanan NTC. Amerika dan NATO, serta Pemimpin Dunia harus meminta maaf, dan menyatakan penyesalan atas perlakuan terhadap manusia Khaddafy. Setiap orang punya alasan pribadi untuk melakukan tindakannya sendiri, tetapi pelanggaran atas azas-azas HHI yang harus diterima dan ditegakkan bersama,  tidak dapat dihapus atau dianggap tidak ada, hanya karena dia seorang Moammar Khaddafy.

Minimum tiga prinsip HHI ini telah dilanggar dalam tewasnya Moammar Khaddafy, pertama, “Korban luka dan korban sakit dirawat dan dilindungi oleh peserta konflik yang menguasai mereka. Lambang “Palang Merah” atau “Bulan Sabit Merah” harus dihormati sebagai tanda perlindungan.” Kedua, “Kombatan dan orang sipil yang tertangkap harus dilindungi terhadap tindakan kekerasan dan pembalasan.” Ketiga, “Tak seorang pun boleh dikenai penyiksaan, hukuman badan, ataupun perlakuan yang kejam atau merendahkan martabat.”

Tanpa permohonan maaf atas perlakuan yang tidak adil itu, dunia internasional mempertontonkan ketidak-mampuannya untuk menegakkan hukum internasional di samping pembelaan terhadap nasib suatu bangsa dan negara Libya. Mahkamah Kejahatan Internasional tidak boleh membiarkan tindakan tidak adil terhadap Khaddafy, karena akan menjadi preseden buruk bagi penegakkan pelanggaran hukum humaniter lainnya.

Berita pelbagai media menunjukkan, bahwa Khaddafy berhak atas perlakuan sebagai seorang tawanan perang, dan bahwa tontonan vulgar menyeret Khaddafy tidak patut menjadi berita kemenangan yang menyedihkan.   

Masyarakat Libya boleh memasuki era baru tanpa Khaddafy, tetapi lebih dari itu, mereka harus mengakhiri dendam, seperti diserukan  Perdana Menteri Mahmoud Jibril di ibukota Tripoli. “Saya ingin menyerukan seluruh warga Libya agar menyingkirkan rasa dendam dan hanya menyimpan satu kata di hati, yaitu Libya.”

Singkatnya, siapa pun tidak dapat melakukan suatu tindak kejahatan, atas suatu (dugaan) tindak kejahatan sekalipun. Karena, terhadap kedua tindak kejahatan, hukum harus ditegakkan. Tim independen untuk penyelidikan tragedi tewasnya Khaddafy, harus dibentuk sebagai pra-syarat penegakan HHI atau International Humanitarian Law.

Provokasi Barat

Pemberitaan media yang ikut memvonis Khaddafy sebagai sosok yang sadis pun menggiring opini publik untuk bersepakat dan mendukung pemberontakan oposisi plus serangan bertubi-tubi NATO. Semua sisi positif Khaddafy pun tertutupi oleh pemberitaan yang tidak seimbang. Berapa banyak publik Islam yang tahu bahwa Khaddafy adalah sosok pemimpin negara sekaligus imam sholat? seorang da’i yang menyerukan untuk menyelamatkan Palestina,Afghanistan, Irak dan negara-negara muslim lainnya?, sumbangsihnya terhadap dunia Islam sedemikian besarnya hingga hampir semua negara muslim terutama saudara-saudara kita di Afrika pernah dan selalu merasakan uluran tangannya.

Tapi inilah realitas sekarang, perang pemikiran yang demikian gencar dilakukan oleh Dunia Barat dibantu dengan manajemen media yang canggih akhirnya menutup mata kita. Dengan alasan demokrasi maka Khaddafy pun diserang, negara yang selama ini tergolong sejahtera dan maju pun membara, pembantaian dimana-mana dan semakin parah karena provokasi yang gencar dilakukan oleh Dunia Barat.

NATO telah menghalalkan pertumpahan darah atas nama demokrasi, mayat yang bergelimpangan harus dianggap wajar demi demokrasi, ribuan anak menjadi yatim piatu dinafikan atas nama demokrasi, duda dan janda bertebaran semua demi demokrasi, demokrasi dan demokrasi. Terakhir Khaddafy ditangkap, diseret, ditendang, diinjak dalam keadaan tidak berdaya, manusia tidak lagi diperlakukan selayaknya manusia, videonya disebarkan kemana-mana agar semua orang tahu betapa berbahayanya jika harus
melawan keinginan Barat (demokrasi).

Inikah Demokrasi yang kita inginkan? Demokrasi yang berdiri kokoh diatas tumpukan jenasah? Demokrasi yang akarnya kuat oleh siraman darah segar manusia? Daunnya yang menghijau karena tumpahan airmata kepedihan? Haruskah demokrasi membunuh kemanusiaan? Mengapa kita tidak mencoba memahami cara berfikir Khaddafy yang berbeda dengan pemahaman sebagian orang yang mengaku sebagai penegak demokrasi, bukankah memahami cara pandang orang lain bagian dari demokrasi itu sendiri.

Hakekat demokrasi menurut cara pandang saya seharusnya memanusiakan manusia meskipun perbedaan kita sangat tajam. Demokrasi juga seharusnya diterapkan sesuai dengan kultur, adat-istiadat, norma dan agama yang berlaku di negara tersebut. Sebagai contoh tidak mungkin demokrasi ala Amerika Serikat atau negara Barat lainnya yang menghalalkan aborsi bisa diterapkan di Indonesia karena kita memiliki norma dan adat yang berbeda.

Pelajaran Berharga 

Kita tahu bahwa selama empat dekade Khaddafi berkuasa sebagai diktator telah banyak melakukan tindakan kejam dan tidak berperikemanusiaan pada rakyatnya sendiri yang dianggap sebagai lawan politiknya. Singkatnya, nasib tragis kematian Khaddafi dianggap sebagai karma yang sepadan atas perbuatannya sendiri.

Benarkah demikian? Entahlah, nalar dan nurani ini tetap saja tidak bisa membenarkan aksi-aksi biadab seperti itu. Amat mungkin, karena kita telah berada di suatu zaman modern, dimana cara-cara penyelesaian konflik tidak lagi berpatokan pada era zaman dahulu. Kekuasaan harus direbut melalui cara-cara kekerasan, pertumpahan darah dan bumi hangus atas mereka yang dianggap musuh.

Tentu saja, masyarakat Indonesia pernah mengalami masa-masa seperti itu. Ambillah contoh, pada masa-masa zaman Kerajaan dahulu, dimana perebutan tahta kerajaan harus melalui aksi peperangan hingga tetes darah penghabisan. Selanjutnya, pertengahan tahun 60-an, adalah proses peralihan kekuasaan dari Orla ke Orba yang cukup membawa korban di masa Indonesia modern, pada masa seperempat tahun Indonesia merdeka. Meski terbatas, jelang kejatuhan penguasa Orde Baru pun sempat diwarnai oleh jatuhnya korban di kalangan rakyat.

Pelajaran apa yang dapat dipetik dari catatan itu semua? Pelembagaan proses peralihan kekuasaan yang tertib dan damai merupakan kata kuncinya. Inilah salah satu esensi demokrasi, dimana kekuasaan negara merupakan hak bagi siapapun jua, bukan hak eksklusif suatu golongan atau kalangan tertentu saja. Prinsip adil dan jujur perlu menjadi landasan atas proses peralihan kekuasaan tersebut melalui mekanisme dan sarana demokrasi yang telah disepakati, antara lain melalui pemilu secara periodik.

Kepercayaan rakyat menjadi sangat mutlak, agar kekuasaan menjadi efektif dan tidak kontraproduktif. Kekuasaan yang tidak berakar pada kepercayaan rakyat hanya akan menimbulkan apatisme politik rakyat, hingga dalam suatu masa tertentu akan berkembang menjadi bentuk perlawanan rakyat terhadap penguasa. Dalam kondisi yang demikian, sistem kelembagaan politik demokrasi menjadi tidak berarti lagi, segera akan digantikan oleh sebuah revolusi sosial, dimana anarkisme yang bercirikan kekerasan dan pertumpahan darah menjadi sesuatu yang dianggap absah dan lumrah.

Haruskah kita akan mengalami pengulangan sejarah, atau bahkan kisah tragis seperti yang terjadi baru-baru ini di Libya? Tentu saja tidak, dan semoga jangan pernah terjadi! Kesadaran dari semua pihak, terutama dari para penguasa dan elit politik menjadi keharusan, agar negeri ini masih bisa terawat menjadi bangsa yang benar-benar beradab.

Hari ini, kita masih sempat bersyukur karena tidak mengalami nasib tragis seperti bangsa Libya. Namun demikian, waktulah yang akan berbicara nanti. Apakah Indonesia akan benar-benar mampu terhindar dari anarkisme total yang akan menimbulkan pertumpahan darah antar sesama warga bangsa sendiri?

Bersyukur, bahwa di tengah banyak kekurangan, reformasi tahun 1998 telah memberikan fondasi yang sangat berharga bagi terbentuknya sistem politik demokrasi di Indonesia. Sebuah kondisi yang amat efektif dalam memberikan landasan yang kuat bagi proses peralihan kekuasaan secara tertib dan damai. Setidaknya, di negeri ini akan sulit terjadi dimana seseorang yang sama akan terus berkuasa dalam waktu yang sangat lama, hingga dilakukan cara-cara kekerasan untuk menjatuhkannya.

Faktor Asing

Namun demikian, faktor kepentingan dari luar pun perlu untuk diwaspadai. Fakta tak terbantahkan bahwa dibalik kejatuhan Khaddafi terdapat kepentingan politik atas penguasaan bisnis energi, khususnya minyak oleh pihak asing, dalam hal ini AS dan sejumlah negara Eropa. Sebuah kondisi yang hampir sama terjadi di sejumlah negara lain, seperti di Afghanistan, Irak, kemudian Tunisia, Mesir, terus Suriah, Yaman dan Iran.

Marshall Douglas Smith (2005), seorang profesional dan praktisi bisnis minyak, bahkan menyatakan bahwa faktor minyak merupakan variabel penting bagi pemicu Perang Dunia I dan II, termasuk pula jelang kemerdekaan Indonesia, hingga runtuhnya Uni Soviet dan Yugoslavia. Lebih jauh lagi, ia berani menyimpulkan bahwa perang Vietnam (Utara-Selatan) yang melibatkan AS secara berkepanjangan hanyalah merupakan “perang mainan” belaka yang sengaja diciptakan dalam rangka penguasaan sumber minyak di sekitar Laut Cina Selatan. Selama perang Vietnam berlangsung, perusahaan minyak AS, Standar Oil melakukan survei, kemudian mengeksplorasinya usai perang berakhir.

Lepasnya Timtim dari kekuasaan Indonesia tak lepas pula dari kepentingan bisnis minyak di celah Timor. Begitu pun, sengketa perbatasan antara Indonesia dan Malaysia atas Pulau Sipadan dan Ligitan, hingga Blok Ambalat, tak terlepas dari rebutan kandungan minyak dan gas di lepas pantai. Tak tertutup kemungkinan, tanah Papua yang kaya raya akan sumber bahan tambang akan menjadi pemicu keterlibatan pihak asing atas Indonesia.

Jadi, pelajaran apakah yang dapat dipetik lagi dari peristiwa Libya? Kemampuan untuk mengatasi intervensi asing yang akan mengganggu kedaulatan negara menjadi sangat penting. Tentu saja, harus meliputi kemampuan mempertahankan diri dari intervensi asing dalam bentuk agresi militer, dan terutama non militer. Proses penyusupan agenda kepentingan asing yang akan merugikan bangsa dan negara kita harus selalu menjadi kewaspadaan bersama.

Semoga, Indonesia akan mampu mengatasinya. Sehingga, tragedi kemanusiaan yang terjadi di negeri sana tidak akan berimbas pada Indonesia. Kemanusiaan yang adil dan beradab, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, semoga masih menjadi pilar yang efektif bagi tetap tegaknya persatuan Indonesia yang sama-sama kita cintai.

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Foto-Foto