Rabu, 26 Oktober 2011

Lingkaran Setan Pungli di Lintas Sumatera

Nasib pengemudi truk di Jalan Lintas Trans Sumatera (Jalinsum) sepanjang perjalanannya tak pernah lepas dari pungutan liar (pungli). Pungli biasa dilakukan oknum-oknum aparat Negara baik atas nama pribadi maupun instusi. Ada yang melakukannya perorangan, ada pula bersama-sama. Para sopir truk-lah korbannya.

Pungli di jalanan sudah ada sejak dulu, bahkan sebelum jalan trans sumatera dibuat. Setelah ruas jalan yang membelah Pulau Sumatera dari Lampung sampai Aceh itu ada, pungli makin menjadi-jadi. Ini bukan rahasia lagi. Dari dulu sampai sekarang korbannya selalu para sopir truk.

Para sopir truk tak kuasa lepas dari ulah oknum nakal dijalanan, karena mereka memang tak punya daya. Apa pun alasan yang diutarakan para sopir truk kepada petugas di jalanan agar tidak kena pungli, tetap saja mereka diperas. Berbagai alasan memojokkan para sopir jadi senjata ampuh aparat untuk melumpuhkan perlawanan mereka. Muatan berlebih, spion rusak, lampu sein tak berfungsi, sampai pentil ban pun dipersoalkan untuk melemahkan posisi sopir.

Asdison, pengemudi truk asal Kota Padang, Kamis (6/10/01), mengungkapkan, perjalanan dari Lampung ke Padang bisa menghabiskan uang Rp.2 juta hanya untuk ‘mel’ kepada aparat di jalanan. Yang paling besar, katanya, setor di jembatan timbang rata-rata Rp.350 ribu per jembatan timbang. 

Dari Lampung ke Padang dia bisa melewati empat jembatan timbang, diantaranya di Pematang Panggang (perbatasan Lampung-Sumsel) dan perbatasan Sumsel – Jambi. Ada dua jembatan timbang lagi yang harus dilewati dari Jambi ke Padang. Hanya untuk jembatan timbang saja dia harus merogoh kocek sebesar Rp.1,4 juta. Jumlah itu bisa lebih besar bila para petugas jembatan timbang “rewel” mempersoalkan muatan berlebih.

Yang tidak bisa diabaikan adalah para oknum polisi lalulintas dan PJR (Patroli Jalan Raya). “Asal truk ada muatan, sudah pasti mereka minta uang,” ungkap Ijal, sopir truk lainnya kepada penulis. “Sepuluh ribu sampai duapuluh ribu kita lempar di jalan untuk mereka,” tambahnya.

Menurut Ijal, tak jarang mereka harus tawar-menawar dengan petugas. “Kalau ketemu petugas yang “ganas” mereka bisa minta Rp.50 ribu. Kita tawar Rp.10 ribu atau Rp.20 ribu,” ungkap Ijal. Ada juga petugas yang marah karena ditawar dan mengancam akan mengkandangkan mobil.

“Kalau sudah begitu kita menyerah sajalah, ujung-ujungnya duit juga. Dari pada kita kehilangan waktu berurusan dengan mereka kita kasih saja uang yang mereka minta,” papar Ijal. 

Lantas, uang siapa yang mereka berikan kepada petugas tersebut? “Itu uang kami sendiri. Uang jalan dari boss. Kami hanya kebagian sisa-sisanya saja,” tutur Asdison. Polisi mana mau tau hal itu. Mereka mengatakan, “Itu resiko kamu”, kata Asdison tentang duka di jalan lintas Sumatera.

“Para polisi itu hanya bisa menyalahkan kami para sopir, padahal kami ini hanya menjalankan perintah boss. Boss memerintahkan bawa muatan 30 ton, ya kami bawa. Kami tahu itu melebihi kapasitas angkut, tapi mau apa? Kami khan hanya anakbuah yang digaji. Kalau menolak kami bisa dipecat. Sementara resiko di jalan kami sendiri yang menanggung,” papar Asdison dengan dialek minangnya.

Pungli di Jalan Lintas Sumatera ini sulit diberantas karena sulit menemukan ujung dan pangkalnya. Perkara ini seperti lingkaran setan. Di sini terlibat para cukong pemilik armada truk yang ingin untung besar dengan muatan sebanyak-banyaknya, para sopir yang butuh pekerjaan, oknum petugas butuh uang tambahan. Semua saling membutuhkan. 

Memutus mata rantai pungli di jalan raya tidak semudah membalik telapak tangan. Upaya pemerintah, khususnya Mabes Polri tidak kurang-kurang, tetapi oknum di lapangan tidak ada yang mengontrol. Semuanya mengatasnamakan undang-undang dan peraturan, padahal tindakan mereka justru melanggar undang-undang dan peraturan itu sendiri.

Jalur Maut Lintas Sumatera

Berita tentang korban kecelakaan lalulintas di jalur lintas Trans Sumatera bukan lagi hal aneh. Hampir tiap hari kecelakaan lalulintas yang menelan korban jiwa terjadi di ruas jalan yang membentang dari Bakauheni Lampung hingga ke Aceh itu.

Korban kecelakaan pada umumnya para pengendara sepeda motor, warung atau rumah di tepi jalan, bahkan pejalan kaki. Jumlah tertinggi adalah pengendara sepeda motor.

Yang menyedihkan adalah kejadian tabrak lari. Pelakunya biasanya pengendara kendaraan roda empat, dan korbannya pengendara sepeda motor. Korbannya ditinggalkan tergeletak begitu saja di jalan, sementara pelaku tancap gas.

Beberapa pekan lalu, seorang pelajar SMKN I Terusan Nunyai, Lampung Tengah, menjadi korban tabrak lari di ruas Jalan Lintas Timur Bandarjaya - Menggala. Peristiwa itu terjadi tengah hari ketika korban pulang sekolah mengendarai sepeda motor dari Kampung Gunungbatin Udik ke Kampung Gunungagung, Kecamatan Terusan Nunyai, Lampung Tengah.

Korban memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi dan berusaha mendahului sebuah truk fuso di depannya. Dalam waktu bersamaan dari arah berlawanan meluncur sebuah kijang - juga dengan kecepatan tinggi. Pengendara sepeda motor bernama Hasan itu tak dapat menghindar, dia diserempet kijang, lalu terpental bergulingan di jalan. Akibatnya cukup tragis, jari telunjuk kanannya putus dan luka memenuhi sekujur tubuh dan lengan kiri-kanan.

Tanpa mempedulikan korban yang terkapar di jalan pengendara kijang langsung tancap gas menuju arah Menggala, Kabupaten Tulangbawang. Untung ada orang berbaik hati menolong Hasan dan membawanya ke Puskesmas Bandaragung untuk menerima pertolongan pertama.

Keesokan harinya ayah si Hasan bernama Pak Udin mengalami hal serupa, tetapi di tempat beda meskipun sama-sama di jalan lintas sumatera. Ketika hendak pulang ke rumah setelah mengurus anaknya di Rumah Sakit Umum Abdoel Moeloek Bandar Lampung, Pak Udin diserempet orang tak dikenal di Hajimena, Natar, Kabupaten Lampung Selatan.

Akibat peristiwa itu, sepeda motor dinas pelat merah yang dikendarainya rusak parah, sementara Pak Udin luka-luka di kaki. Dia mengaku diserempet mobil dari belakang. Mobil yang menyerempet pun melarikan diri.

“Yang saya sedihkan warga sekitar yang melihat kejadian itu, tidak tergerak membantu,” kata Pak Udin. Warga hanya melihat dari rumah masing-masing, tambahnya.

“Terdapat 29 titik rawan kecelakaan di Lampung yang juga merupakan jalan lintas Sumatera,” kata Kepala Biro Operasi Polda Lampung, Kombes Rahyono di Bandarlampung, Jumat (5/8).

Titik-titik rawan kecelakan lalu lintas itu, yakni wilayah Kabupaten Waykanan di Desa Negeri Baru, tepatnya kilometer 198-199, kemudian di Kabupaten Lampung Utara kilometer 140-142 Abung Barat, Abung Selatan (Km 122-124), Blambangan Pasir (Km 94-95) dan Gunung Panggung (Km 54-56).
Kemudian, Kabupaten Lampung Barat di kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) kilometer 86, Marang Pesisir (Km 23) dan Bengkunat (Km 87).

Selanjutnya, Kabupaten Tanggamus sekitar Gisting (Km 77-78), Tanjung Pugung (Km 62-64), Gading Rejo (Km 33-35) dan Pagelaran (Km 44-51), di Bandarlampung Jl Antasari, Jl Sultan Agung, Jl Yos Sudarso dan Jl Soekarno-Hatta.

Untuk Kabupaten Tulangbawang, kawasan rawan kecelakaan terdapat di Simpang Mesuji (Km 180), Menggala Timur (Km 128-132), sedangkan daerah rawan kecelakaan di Kabupaten Lampung Timur, yakni Way Bungur (Km 95), Mataram Baru (Km 105) dan Labuhan Ratu (Km 135).

Kabupaten Lampung Tengah, yakni Gunung Sugih (Km 88-89), Terbanggi Besar (Km 57-59) dan Panggungan (Km 54-56).

Sementara itu, di Kabupaten Lampung Selatan, titik rawan kecelakaan, yakni di Jl A Yani Gedung Tataan, Rangai Tarahan (Km 16-17), Wayharong Kalianda (Km 50-51) dan Bakauheni (Km 81-81).

Di Lampung terdapat empat ruas jalur lintas Trans Sumatera, yakni: Lintas Timur (menghubungakan Terbanggibesar Lampung Tengah - Palembang - Jambi dst), Lintas Tengah (Terbanggibesar Lampung Tengah - Martapura Sumsel - Baturaja - Muaraenim - Lahat), Lintas Barat (kabupaten Tanggamus Lampung - Krui Lampung Barat - Bengkulu) melintasi Pantai Barat Pulau Sumatera, terakhir Lintas Pantai Timur (Bakauheni - Menggala).

KPK Mau Dibubarkan? Nanti Dulu

Wacana yang dilontarkan anggota DPR-RI dari Fraksi PKS, Fachri Hamzah, yang menginginkan KPK dibubarkan,tidak perlu digubris. Itu adalah wacana tidak masuk akal.

Pada saat negara kita tengah dilanda demam korupsi, dan pengganyangan korupsi tengah gencar dilakukan KPK, Fahri Hamzah malah melontarkan pemikiran yang berlawanan dengan keinginan rakyat. Pernyataan itu tidak pantas dilontarkan oleh seorang anggota Dewan yang terhormat, apalagi dari PKS, yang terkenal menjunjung tinggi moral.

Yang lebih mengejutkan lagi, Partai PKS justru mendukung pernyataan kadernya itu.

Timbul pertanyaan mengapa Fahri Hamzah dan PKS menginginkan KPK dibubarkan? Apa karena kadernya ada yang terlibat korupsi? Atau mungkin partai tsb ikut menikmati uang-uang kotor dari para koruptor?

Koordinator Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi), Sebastian Salang kepada Detik.com, Selasa (4/9/01), mengatakan  pernyataan Fahri itu tidak akan mendapat perhatian dan dukungan dari publik.

Menurut Salang, saat ini publik masih percaya pada KPK dalam hal pemberantasan korupsi ketimbang Polri dan Kejaksaan Agung. Keberadaan KPK dinilai penting, untuk membersihkan negeri ini dari para koruptor.
Publik mendukung KPK. Dengan catatan KPK bekerja profesional, tidak tebang pilih dan serius membongkar mafia anggaran, kata Sebastian Salang.

Salang menilai, pernyataan Fahri terkesan emosional. Dia juga melihat itu sebagai pendapat pribadi bukan mengatasnamakan partai.

Mungkin saja pernyataan Fahri itu didorong oleh kekecewaannya, karena menilai KPK terlalu lamban menjalankan tugasnya dan terkesan tebang-pilih.

Adanya wacana semacam itu hendaknya tidak membuat KPK terganggu. Sebagai benteng terakhir pemberantasan korupsi, masyarakat menaruh harapan besar terhadap KPK.
Ada-ada saja.

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Foto-Foto