Senin, 22 Oktober 2007

Rantis Brimob Tidak Sesuai Standar Keamanan

JAKARTA (Berita Nasional) : Ketua Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane mengungkapkan, 44 kendaraan taktis (rantis) lapis baja buatan Korea Selatan yang akan dipakai Korps Brimob Polri tidak dibuat oleh perusahaan yang berpengalaman dalam pembuatan kendaraan semi militer tapi oleh perusahaaan pembuat truk sampah.

Puluhan rantis yang dibiayai dengan kredit ekspor senilai Rp200 miliar itu tak memiliki standar keamanan yang maksimal sehingga bisa membahayakan keselamatan anggota Brimob saat bertugas di daerah konflik, kata Pane.

Ia mengatakan, Polri seharusnya mengacu kepada standar yang dipakai oleh Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dalam pengadaan kendaraan semi militer dan militer.
"Standar NATO adalah jika rantis terkena bom bermaterikan TNT seberat enam kilogram maka personil yang ada di dalamnya bisa selamat. Hanya roda kendaraan yang hancur," katanya.

Sebanyak 44 rantis yang direncanakan untuk daerah konflik itu dibuat tak sesuai dengan standar NATO dan tak memiliki sertifikat darti NATO.

Rantis-rantis seharusnya mampu bertahan di segala medan dan memberikan jaminan keamaan saat terkena ledakan bom. Kendaraan ini tak menjamin keamanan penumpangnya karena terbuat dari lempeng baja tipis, ujarnya.

"Ada kawan saya di militer yang menyebut, rantis ini sebagai kaleng 'rombeng' (bekas) karena terbuat dari baja tipis," katanya menegaskan.

Polri seharusnya berkaca pada proyek yang sama tahun 2001 ketika membeli 20 rantis dari perusahaan sama.

"Dari 20 rantis itu, 19 unit di antaranya rusak karena tidak ada suku cadang dan susah dalam pemeliharaan. Selain itu, ada kelebihan pembayaran 161 ribu dolar saat pembelian di tahun 2001," ujarnya.

Ia mengaku khawatir jika 44 kendaraan itu nantinya dipakai untuk Brimob di daerah konflik karena bisa jadi banyak angota pasukan elit Polri itu menjadi korban tewas atau luka.

IPW juga menyakini bahwa kondisi rantis lapis baja buatan Korea Selatan itu adalah jelek dibandingkan dengan produk dalam negeri sebagaimana yang dipakai Polri saat ini yakni sekitar 100 unit rantis lapis baja.

Untuk itu, Kapolri Jenderal Pol Sutanto harus membatalkan proyek ini karena banyak terjadi kejanggalan dan harus berkaca pada proyek yang sama di tahun 2001.

"Kapolri perlu mengkaji ulang proyek ini agar korps Brimob dan anggotanya yang akan memakai kendaraan lapis baja ini tidak dirugikan saat bertugas di medan konflik," katanya. (Ant)

Jumat, 12 Oktober 2007

Aplikasi ZPK Tingkatkan Rendemen Gula PT GMP


GUNUNG BATIN (Berita Nasional) : Syukuran atas rampungnya rippener (aplikasi Zat Perangsang Kemasakan) masa tebang giling tahun 2007 berlangsung di hanggar Landasan Gumak PT Gunung Madu Plantations, 4 September lalu. Luas areal yang berhasil diaplikasi zat pemacu kemasakan (ZPK) tahun ini mencapai 22.350 hektare. Sementara tahun depan masih belum bisa dipastikan karena kemampuan pesawat masih jadi tanda tanya.

Acara yang berlangsung dengan suasana santai ini dihadiri General Manager PT GMP M. Moh. Jimmy Mahshun, Kadep R&D Ir.H. Koko Widyatmoko, Kadep Plantations Ir.H Sutarto, Kadep Factory Alex Kesaulya, Kadep SBF Ir.H. Gunamarwan, para staf PT Gunung Madu Plantations, sesepuh Satuan Udara Pertanian (Satudtani) Letkol (Pnb) Yudanardi, serta Tim Satudtani dibawah Komando Letkol. (Pnb) Paminto Bambang Pamungkas.

General Manager PT Gunung Madu Plantations H.M. Jimmy Mahshun dalam sambutannya mengatakan, penyemprotan udara zat pemacu kemasakan tebu (cane ripener) berlang­sung da­ri 5 Maret hingga 3 September ini ber­hasil mengaplikasi ZPK se­luas 22.350 ha atau 90 persen dari seluruh luas areal PT GMP.

Dalam enam bulan ini telah dila­kukan 944 sortie penyemprotan.. Artinya Pilot pesawat Pi­latus Poter melakukan landing-tak off sebanyak 944 kali dan ber­jalan de­ngan selamat.

Cuaca musim ini kebetulan sangat membantu, se­hingga kondisi tanaman tebu kita ma­sih layak untuk disemprot sekalipun bulan Agustus sudah berakhir. Pada musim-musim lalu biasanya mengakhiri penyemprotan lebih awal, karena hujan sudah sangat mi­nim dan mengakibatkan tanamannya kering, tidak layak lagi dilakukan pe­nyemprotan.

“Atas prestasi ini kami secara khusus menyampai­kan penghargaan yang setinggi-ting­gi­nya kepada seluruh tim aplikasi, baik para penerbang maupun tim apli­kasi pendukung mulai dari Landasan Gumak, Divisi 4 dan Landasan Divisi 6, juga para petugas flagmen yang me­nuntun lintasan terbang di la­pangan,” tambahnya.

General Manager PT GMP H.M. Jimmy Mahshun mengatakan dengan aplikasi ZPK PT GMP berhasil meningkatkan rendemen tebu rata-rata 10 persen. “Langkah maju ini harus diper­ta­hankan dan ditingkatkan agar pro­duksi gula bisa lebih baik lagi,” harap Pak Jimmy.

Lebih lanjut General Manager GMP mengungkapkan, bahwa kita se­dang menghadapi situasi sulit ter­kait dengan kelanjutan program kerja­sa­ma aplikasi dengan SUP di musim-mu­sim mendatang.

“Departemen Pertanian dan TNI-AU yang membawahi Satudtani se­dang menghadapi pilihan-pilihan yang dilematis untuk melanjutkan misi ini, karena kondisi kelaikan pesawat yang ada sudah semakin me­nurun,” kata Pak Jimmy.
Namun dengan upaya-upa­ya yang kita lakukan bersama se­te­lah program aplikasi 2007 ini selesai, tambahnya.

“Kita harus terus menjalin komu­nikasi yang intensif dan bekerja sama me­ngatasai masalah ini. Kami juga meng­ucapkan beribu-ribu terima ka­sih karena Pak Yudha seorang yang di­tua­kan Tim Satudtani mem­ban­tu dan mendukung kita,” kata Pak Jimmy.

Menurutnya, musim tebang-giling 2008 nanti, PT GMP akan me­manen varietas-varietas baru yang lebih banyak. Ini berarti perusahaan masih me­merlukan bantuan ZPK untuk meng­hasilkan rendemen yang lebih baik.

“Mudah-mudahan aplikasi di musim mendatang tetap terlaksana me­lalui kerjasama dengan Tim Satudtani. Ka­rena hasil gula yang kita peroleh sa­ngat besar artinya bagi pemerintah dalam mengejar sasaran swasemba­da gula di tahun 2009 nanti,” harap­nya.

Sebelum mengakhiri sambutan, Pak Jimmy memohon maaf bila pelayanan Peruashaan terhadap Tim Satudtani selama 6 bulan di GMP kurang memuaskan. ”Ka­mi juga mengucapkan selamat jalan, dan kembali ke pangkalan serta bertu­gas di kantornya masing-masing,” ucapnya.

Ia juga mengatakan, GMP masih akan terus mengandalkan Tim SUP untuk melaksanakan aplikasi ZPK pa­da musim-musim mendatang. Diharapkan komunikasi GMP dan Satudtani masih terjalin dengan manis, ma­sing-masing mempersiapkan se­cara lebih terperinci, termasuk kondisi pesawat dan perlengkapannya, pe­nyem­purnaan teknologi dan SDM di kedua belah pihak.

Lancar dan Aman

Sementara Letkol (P) Paminto me­­ra­sa bersyukur karena operasio­nal pekerjaan berat dan berisiko seki­tar 6 bulan itu berjalan dengan aman, selamat, dan lancar.
”Alhamdulillah, semua pekerjaan itu bisa berjalan de­ngan lancar dan selamat (zerro accident). Hal ini dapat terwujud berkat ker­jasama yang baik dari semua pihak baik secara langsung maupun tak lang­sung, serta disiplin dalam melak­sa­nakan standar operasional dan pro­sedur yang ketatm,” katanya.

Dari hasil evaluasi dan diskusi yang intensif selama penyemprotan berlangsung, masing-masing pihak telah merencanakan apa yang perlu dilakukan dan ditingkatkan untuk men­capai hasil yang lebih baik pada masa mendatang.

Dalam kesempatan ini Letkol (Pnb) Paminto menginformasikan kondisi pesawat. Menurut dia, kesiapan jam ter­bang engine pesawat Satudtani saat ini sudah sangat terbatas, bahkan da­pat dikatakan sudah mendekati tak layak pakai (critical point), sehingga ke­mungkinan hanya dapat melaksa­na­kan program penyemprotan hanya tahun depan saja.

“Kami selaku ope­rator pesawat di lapangan masih me­nunggu kebijakan pimpinan baik dari TNI AU maupun Departemen Perta­ni­an,” kata Letkol (Pnb) Paminto.

Letnan kolonel penerbangan yang biasa menjelajahi areal GMP de­ngan menyemprotkan ZPK itu meng­ungkapkan, perawatan overhoul engine, merupakan programnya sejak 2005.

Dan hal itu telah disepakati dan disetui pihak Gunung Madu. Namun hingga kini belum dapat terlaksana. Hal ini terkait dengan kebijakan antar­­pimpinan departemen pertanian yang berbeda yang mengakibatkan pelak­sanaan overhoul tertunda agak lama.

Pada syukuran ini, Pak Paminto juga mengungkapkan kebanggaan-nya sekaligus kepuasannya karena dapat menjalin kerjasama dengan se­luruh warga GMP.

Dari pengalaman Tim Satudtani bekerjasama dengan GMP mulai tahun 2003 hingga 2007 ini, telah ter­bangun suatu kerjasama tim yang se­makin solid dalam situasi yang sangat kondusif, sehingga dapat melaksanakan ope­rasi pener­bang­an dengan aman dan selamat ser­ta mampu mencapai zerro acci­den.

“Dari sisi penerbang-an tahun ini te­lah tercapai hasil produksi jam ter­bang tak kurang dari 395 jam, terdiri dari 944 kali pener-bangan dengan me­nyemprotkan 673.090 liter ZPK ser­ta luasan yang teraplikasi seluas 22.350 hektar,” ujar Letkol (Pnb) Panimto.

Pada kesempatan itu juga Tim Sa­tudtani akan fuul out kembali ke Home Base di Lanud Suryadarma Ka­lijati. “Untuk itu kami mohon pamit dan doa restu agar dapat tiba di tem­pat tujuan kami dengan aman, lancar dan selamat. Semoga... (sutanto)

Rabu, 10 Oktober 2007

Oknum Polisi Serang Pos Pol PP

KOTABUMI (Berita Nasional) : Berita anggota TNI menyerang markas polisi,itu sudah biasa. Tapi, kalau belasan oknum anggota polisi menyerang pos polisi pamong praja, ini jarang terjadi. Kasus ini terjadi di Kotabumi, Lampung Utara, Senin malam (8/10) sekitar pukul 23.00 WIB.
Belasan oknum anggota penegak hukum menyerbu pos Pol PP di Pemkab Lampung Utara. Akibatnya seorang polisi berpangkat bripda kena tusuk sangkur, dan satu anggota Pol PP babak belur.

Anggota polisi yang terluka dalam peristiwa memalukan itu adalah Bripda Reza. Ia kena tusuk sangkur di perut bagian kiri. Sampai hari Selasa (9/10), Resa masih terbaring di RSUAM Bandar Lampung. Sedangkan anggota Pol PP yang babak belur adalah Devi. Ia dirawat di RSU Ryacudu Kotabumi.

Peristiwa itu diduga dipicu keributan antara beberapa anggota polisi dan Satpol PP siang hari sebelumnya di Pemkab setempat. Keributan itu terjadi karena kesalahpahaman saat mereka mengatur antrean pemberian tali asih dari Pemkab kepada sejumlah elemen masyarakat.

Hari itu Pemkab Lampung Utara memberikan tali kasih kepada sejumlah elemen masyarakat setempat di aula Pemkab. Kegiatan itu dikawal aparat Satpol PP dan Polres Lampura. Saat itulah terjadi kesalahpahaman antar oknum berseragam itu. Dua anggota Polres Bripda Mark David dan Bripda Edo Miko A mengaku kena pukul sekelompok anggota Pol PP.

Sejumlah rekan Mark dan Edo yang berada di lokasi tidak terima atas perlakuan sejumlah oknum Satpol PP itu, sehingga terjadi cekcok mulut antaraparat. Mengatahui hal itu, pimpinan kedua belah pihak langsung mendamaikan, sehingga masalah tersebut dianggap selesai.

Diduga karena masih kecewa dan tidak terima atas kejadian siang itu, malam harinya, sekitar pukul 23.00, puluhan oknum anggota Polres Lampung Utara yang rata-rata berpangkat bripda berpakaian preman langsung mendatangi pos jaga Satpol PP di gerbang Pemkab Lampura. Saat itu terdapat 10-an anggota Pol. PP sedang piket.

Para oknum polisi berpakaian preman ini langsung menyerang dengan tangan kosong. Baku hantam pun tidak terhindari lagi. Akibatnya, Bripda Reza menderita luka tusuk dan Devi memar di kepala serta lecet di sejumlah tubuh pada peristiwa baku hantam massal yang terjadi sekitar setengah jam itu.

Setelah mengetahui rekan mereka di kedua belah pihak luka-luka, para oknum aparat ini secara mendadak mengakhiri perkelahian. Mereka kemudian membawa rekan masing-masing ke RSU Ryacudu Kotabumi.

Peristiwa itu sontak langsung membuat geger pimpinan kedua pihak. Polres Lampung Utara kemudian langsung mengamankan 29 orang oknum anggota yang diduga berasal dari satuan Samapta dan tiga di antaranya anggota Sat Intelkam Polres Lampura.

Mereka semuanya telah dibawa anggota Satuan Provos Polda Lampung guna menjalani proses pemeriksaan lebih lanjut atas kejadian tersebut, ujar Kanit Pelayanan Penegak Disiplin (P3D) Polres Lampura Iptu Trisnadi, ketika dikonfirmasi di Mapolres setempat, kemarin.

Sementara itu, Kapolres Lampung Utara AKBP Asby Mahyuza, ketika ditanya soal upaya menyelesaikan persoalan tersebut, menjelaskan pihaknya sudah berkoordinasi dengan jajaran Pemkab Lampung Utara. "Permasalahan ini bukan antarinstitusi, melainkan pribadi. Semua biaya pengobatan korban luka-luka ditanggung Pemkab. Kemudian para pelaku peristiwa itu akan diproses. Namun, sekali lagi tidak ada masalah lagi dalam ini. Anggota saya yang terlibat juga sedang diproses Provos Polda Lampung," ujar dia.

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Foto-Foto