Kamis, 21 Februari 2008

Cuaca Buruk Akibatkan Kerugian Nelayan Lampung

BANDAR LAMPUNG (Berita Nasional): Cuaca buruk yang melanda perairan Lampung sepekan terakhir membuat ribuan nelayan tidak melaut. Kondisi ini berpotensi menghilangkan Rp50-an miliar pendapatan nelayan per hari.
Dalam catatan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung, potensi kehilangan pendapatan nelayan di Lampung rata-rata Rp50-an miliar per hari jika mereka tidak melaut. Hitung-hitungan ini didapat dari hasil tangkapan nelayan per hari rata-rata 367,94 ton dengan harga rata-rata Rp20 ribu per kilogram.

Menurut Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung Untung Sugiatno, kemarin (19-2), produksi tangkapan laut nelayan di Lampung 134,5 ribu ton per tahun. Ini termasuk tangkapan bagan. Sedangkan hasil tangkapan perairan umum nonlaut 11,3 ribu ton per tahun.
Dinas Kelautan tidak bisa memastikan penurunan produksi sepekan terakhir karena laporan hasil tangkapan dari seluruh pelabuhan perikanan belum masuk.

Ribuan nelayan di Lempasing dan Ujung Bom, Telukbetung, menghentikan aktivitas sejak sepekan lalu karena cuaca buruk. Ratusan kapal nelayan sandar di kedua tempat pendaratan ikan itu.

Wardani (30), nelayan kapal Jati Ayu, saat ditemui di TPI Lempasing, mengatakan ombak besar dan angin kencang terjadi 200-an mil dari bibir pantai Teluk Lampung. Perubahan gelombang dan angin kencang itu biasanya terjadi sewaktu akan turun hujan.

Biasanya itu terjadi di laut lepas Labuhan Maringgai, Selat Sunda, sekitar Kalianda sampai Merak, dan sekitar Laut Tabuan sampai Laut Krui, Lampung Barat.

"Untungnya, nelayan Lempasing dan sekitar Teluk Lampung bisa membaca perubahan kondisi laut dan cuaca. Jadinya kami bisa memperkirakan kapal waktu melaut dan kapan masa-masa tidak aman," kata nakhoda kapal nelayan, Zainal Abidin (50).

Menurut Zainal, kalaupun nelayan tetap melaut, itu sudah diperhitungkan bahaya atau apesnya. "Tinggal yang dipikirkan untung ruginya," ujar nelayan yang memiliki anak buah 15 orang ini.
Hasil tangkapan kini berkurang karena kapal tidak bisa menjangkau laut lepas. "Biasanya kami yang punya kapal besar seperti ini melaut hingga beberapa hari. Hasil tangkapan bisa enam sampai delapan ton sekali bongkar. Tetapi, sekarang enggak bisa," kata Zainal.

Ombak dan gelombang tinggi juga membuat jadwal kedatangan kapal di Pelabuhan Panjang terlambat satu hingga dua hari. Manajer Pelayanan dan Jasa PT Pelindo Cabang Panjang, Abdul Muis, mengatakan kebanyakan kapal memilih berlindung di sekitar Pulau Karimun Jawa.

"Kalau kapal besar tidak pengaruh karena masih berani mengarungi laut dengan ketinggian ombak empat hingga lima meter. Artinya, arus ekspor impor dengan kapal besar tidak berpengaruh," kata Muis.(lampungpost)

Jumat, 01 Februari 2008

PLN Tanjungkarang Rugi 12,1%

BANDAR LAMPUNG (Berita Nasional): Selama 2007, Perusahaan Listrik Negara (PLN) Cabang Tanjungkarang mengalami kerugian energi listrik 12,1 persen atau setara dengan Rp120 miliar.

Di sisi lain, kerugian yang berhasil ditekan melalui penertiban pemakaian tenaga listrik (P2TL) baru 3,4 juta kwh atau senilai Rp1,9 miliar.

Asisten Manajer Teknis PLN Cabang Tanjung Karang, Saleh Siswanto, mengemukakan hal tersebut usai menjadi pembicara dalam Forum Dialog Konsumen Listrik-PLN Wilayah Lampung yang digelar Pussbik Lampung di Hotel Marcopolo, Rabu (30-1).

Dia mengatakan angka kerugian tahun 2007 naik 10,2--11 persen dibandingkan tahun 2006."Kenaikan angka susut listrik ini dikarenakan persoalan teknis yang memang tidak bisa dihindari dari pusat pembangkit untuk kemudian dialirkan kepada masyarakat.

Adapun susut idealnya di seluruh Indonesia bila diratakan hanya berkisar 9--10 persen saja," kata Saleh.Sedangkan kerugian yang berhasil ditekan selama 2006 sebanyak 3,5 juta kwh atau sebesar Rp2,2 miliar.

"Untuk itu, pada tahun 2008 ini, P2TL Cabang Tanjungkarang menargetkan menyelamatkan energi listrik sebesar 5 juta kwh atau bila diuangkan sebesar Rp2,7--Rp3 miliar.

"Saleh mengakui keberhasilan pemenuhan target tersebut sangat bergantung pada kedisiplinan petugas PLN serta partisipasi masyarakat.

"Selama ini memang untuk P2TL mengalami kesulitan karena dari 295 ribu pelanggan PLN Cabang Tanjungkarang, petugas P2TL hanya berjumlah 12--15 personel," ujarnya.

Pada 2008 ini, pihaknya menjalin kerja sama dengan pihak ketiga guna merekrut pekerja outsourching. "Tentunya kami juga mengedepankan kompetensinya pada bidang kelistikan.

Selain itu, tenaga yang terekrut itu mesti memiliki kemampuan komunikasi yang baik karena bisa jadi konsumen yang didatangi tidak melakukan pelanggaan. Sehingga memang dibutuhkan kemampuan pendekatan persuasif dari petugas.

"Selain itu, PLN Cabang Tanjungkarang akan melakukan rehabilitasi sirkuit sebanyak 20 persen dari total 2500 kilometer sirkuit yang dimiliki selama tahun 2008 ini.

"Karena itu kami meminta kepada masyarakat juga memperhatikan petugas P2TL yang melakukan pengecekan untuk diketahui surat tugas dan tanda pengenalnya. Sehingga pihak PLN bisa menindak petugas yang nakal atau melanggar aturan," tambah Saleh lagi.(sumber: Lampung Post)

Selasa, 29 Januari 2008

Selamat Jalan Jusuf Ronodipuro

Oleh Iwan Piliang

Senin, 28 Januari 2008. Pukul 10.20. Di pagar rumah nomor 20 di Jalan Teluk Betung, Menteng, Jakarta Pusat itu tampak coretan graffiti bertuliskan iwank. Pagar putihnya sudah lusuh mendekati abu-abu. Di depan rumah, yang menutup bahu jalan Teluk Betung itu, seratus kursi, dijejerkan empat-empat, lima ke belakang, di bawah sebuah tenda putih.

Ada lima deret kursi ke belakang, belum terisi penuh. Jasad almarhum Jusuf Ronodipuro, pahlawan yang menyiarkan ulang teks proklamasi di RRI di saat Indonesia Merdeka, 17 Agustus 1945,yang juga menggugah Ibu Sud menciptakan lagu Berkibarlah Benderaku itu. Ia meninggal pada 27 Januari 2008, pukul 23.00 WIB, dan Senin (28 Januari 2008) siang ini pada pukul 11.30 diberangkatkan ke Makam Pahlawan, Kalibata, Jakarta Selatan.

Di kanan pintu pagar mencolok sebuah karangan bunga, dari Walikota Jakarta Pusat. Sosok Muhayat, sang walikota, memang tampak duduk di salah satu kursi. Di sebelah kirinya, sebuah karangan bunga kecil dari Perpustakaan Nasional. Karangan bunga lain bisa dihitung dengan jari, antara lain, dari LP3ES, Sekjen Dephan, Ikatan Sarjana Kedokteran UI.

Media pun tak banyak merubung. Saya melihat hanya ada wartawan SCTV, MetroTV dan RRI. Sehingga ketika Fauzi Bowo, Gubernur DKI, yang tampak melayat, berjalan keluar pagar tanpa halangan. Ada mantan Gubernur Soeprapto, yang datang dengan jalan sudah agak pincang. Ada Sri Edi Swasono, disusul Awaludin Jamin, mantan Kapolri. Tak berselang lama sebuah mobil Camry menteri B 18, yang ditumpangi Juwono Sudarsono, Menhamkam, pun muncul. Ia pemimpin satu-satunya yang memperhatikan Jusuf Ronodipuro, sejak saat dirawat di rumah sakit MMC, Jakarta Selatan, hingga dipindahkan ke RSPAD.

Di ruang dalam rumah, jasad Jusuf dibaringkan di atas karpet yang juga sudah lusuh. Saya, Alif Hesrudin Gaffar dari GNM3 (Gerakan nasional menuju Masyarakat Madani), Soeprapto, mantan Gubernur DKI, dan sekitar enam orang tamu lain berdoa dipandu seorang ustad.

Di dinding ruang tamu itu, saya tak melihat lagi koleksi lukisan Jusuf, yang menurut saya langka, dan luar biasa. Termasuk lukisan diri Jusuf yang dibuat oleh Basuki Abdullah di tahun 1960-an sudah tak ada lagi di dinding. Saya pernah membaca di sebuah majalah pada medio 2007 lalu, bahwa koleksi lukisan bersejarah tentang Chairil Anwar, yang sedang menggubah sajak Aku yang fenomenal itu, sudah dijual dan dikoleksi seorang pengusaha di Jogja.

Saya tak tahu, apakah lenyapnya lukisan bagus-bagus dan bersejarah di ruang tamu Jusuf, menjadi pertanda bertukarnya dengan sejumlah besar uang yang dihabiskan untuk merawat penyakit Jusuf yang memang sudah parah sejak September 2007 lalu. Entahlah!

Kepada saya Irawan Ronodipuro, puteranya, pernah mengeluh akan beban yang harus dipikul oleh keluarga mereka.

Keadaan memang menjadi berbanding terbalik antara bumi dan langit jika melihat liputan almarhum Soeharto , juga jika melihat licin-licinnya mobil yang datang dan harumnya tamu yang muncul mengantar jenazahnya, mulai dari Cendana, ke halim hingga ke Solo dan pemakaman.

Rumah almarhun Jusuf di Jalan Teluk Betung, itu tetap saja bersahaja. Dan jasad Jusuf ada di sana.

Saya menduga, jika pun almarhum Jusuf dimakamkan di Makam Pahlawan Kalibata, siang ini pukul 12.00, terlebih karena keadaan dan keinginan keluarga yang ditinggal, bukan karena keinginan hati kecil Jusuf, sosok yang saya kenal, sosok yang mengedepankan pentingnya integritas dan hatinura ni. Toh ketika kita menghadap sangkhalik tidak membawa apa-apa***

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Foto-Foto