Rabu, 02 November 2011

Menu Istimewa Guest House GMP

Ingin tahu seberapa penting tamu yang datang ke PT. Gunung Madu Plantations? Silahkan lihat di Guest House. Jika karyawan di Guest House sibuk menyiapkan santapan istimewa berarti yang datang adalah orang penting. Menu istimewa guest house Gunung Madu adalah sop buntut sapi. Menu ini hanya disajikan jika ada permintaan khusus atau saat Perusahaan kedatangan tamu penting.

“Sop buntut itu kesukaan Pak Guna (Ir. Gunamarwan – Kepala Departemen Services, Bisnis & Finance). Kalau ada acara perusahaan di Guest House beliau sering minta dibuatkan,” kata Irwanda, mandor Guest House. Selain disuguhkan bila ada tamu VIP, menu andalan Guest House ini hanya dibuat berdasarkan pesanan.

Bagi yang pernah mencicipi sop buntut Guest House ini bisa membedakan dengan sop buntut di tempat lain. Sop buntut Guest House terasa lebih nikmat, kuahnya pekat dan agak kental. Kuah itu bila menyentuh lidah akan terasa perpaduan bumbu-bumbunya, yang membuat kita ingin menghirup sampai habis.

Selain sop buntut sapi, guest house punya sajian istimewa lainnya, tetapi yang ini tersedia setiap saat, yakni kopi hitam. Racikan kopi hitam guest house Gunung Madu ini sudah terkenal nikmat, sekali mencoba dijamin ketagihan. Kopinya kental tetapi tidak pahit, parpaduan rasa kopi dan gulanya serasi. Aroma kopi pun cukup menyengat. Kopinya terasa lebih nikmat bila diminum hangat-hangat.

Lebih istimewa lagi kopi seduhan Guest House ini tidak membuat perut menjadi kembung. Sebenarnya kopi yang disajikan dari bubuk kopi biasa yang banyak dijual di warung. Tetapi yang membuat rasanya lebih nikmat adalah cara menyeduhnya.

“Ada cara khusus meramu kopi supaya nikmat,” kata Ngadino, karyawan guest house. Cara menyeduh di sini tidak seperti pada umumnya orang menyeduh kopi. Biasanya orang menyeduh kopi dengan cara menyiramkan air mendidih ke bubuk kopi dan gula kemudian diaduk rata.

“Di Guest House tidak seperti itu. Cara menyeduh kopi agar nikmat kami dapat dari orang Malaysia,” kata Maryanto, yang pernah tugas di guest house. Rahasia menyeduh kopi ini tidak mereka buka kepada umum. “Biarlah ini menjadi ciri khas Guest House,” tambah Maryanto.

Tidak banyak orang Gunung Madu yang pernah mencicipi makanan di Guest House. Tempat ini tersedia hanya untuk acara-acara khusus perusahaan dan tamu-tamu penting perusahaan. Dan, hanya sedikit pula orang yang tahu aktivitas di balik dinding dapur Guest House. Di sini dari pagi hingga petang tak sepi dari aktivitas memasak dan meracik bumbu.

Ada empat perempuan dan 8 laki-laki termasuk seorang mandor yang sehari-hari mengisi kegiatan di guest house. Mereka inilah yang mengurusi makanan tamu-tamu penting atau orang penting Perusahaan yang beracara di Guest House. Tugas pengendalian ditangani mandor, yakni Irwanda dibantu admin Bu Tutik.

Tugas menyusun menu dan masak ditangani Bu Aisyah, Ismiyati, dan Kasmini; Pramusaji oleh Ngadino dan Hartoyo; tugas-tugas diluar pramusaji dan memasak ditangani Ngadiran, Tholib, Rudini, Iman, dan Ali Ramli.

Di dapur para wanita bekerja dengan kompak. Tidak ada pembagian tugas secara khusus soal siapa memasak apa. Semua dikerjakan bersama-sama mulai mengiris bumbu sampai mencicipi makanan. Meskipun demikian ada seorang yang menjadi andalan, yakni Bu Aisyah. Dia karyawati yang paling lama bertugas di Guest House dan sudah mahir menentukan rasa masakan.

Walaupun Guest Houes diberi kebebasan menentukan menu untuk para tamu, kalau ada acara atau tamu tertentu mereka tetap berkonsultasi kepada Kabag C&F Iwan Kurniawan. “Pak Iwan kemudian menentukan menu apa yang harus disajikan,” kata Irwanda.

Lantas bagaimana jika ada tamu orang asing? Menurut Irwanda orang asing yang jadi tamu di sini biasanya menyesuaikan saja menu yang ada. Tidak ada permintaan khusus. Kalau seandainya ada permintaan menu khusus mereka tentu saja siap melayani.

Pelayanan kepada tamu dilakukan sebaik mungkin mulai dari tata menu sampai “toto dhahar”. Meja makan misalnya, ditata sedemikian rupa dengan standar resturan terkemuka. Tisu terlipat dengan rapi di tempatnya, letak sendok dan garpu, gelas dan piring mengikuti standar hotel.

Selain makanan dan minumannya yang enak, keramah-tamahan petugasnya pun membuat nyaman kita yang bertamu di Gues House. Mereka senantiasa sopan dan menampakkan wajah cerah ketika berhadapan dengan tamu.

Tampaknya itulah standar baku yang diterapkan meskipun diantara mereka tidak ada yang lulusan sekolah perhotelan. Sistem belajar di Guest Houes ini, kata Maryanto, dilakukan dengan cara “ketok tular”. Yang senior mengajari yunior baik dengan contoh maupun dengan tuntunan.

Tangis Haru Iringi Calon Haji

Rombongan calon haji Gunung Madu berangkat meninggalkan Perumahan II PT. Gunung Madu Plantations, setelah dilepas di Masjid Al Ikhlas oleh pimpinan PT GMP. Acara ini dihadiri Presiden Direktur Indra Rukmana dan General Manager H.M. Jimmy Mahsyun.

Ada keluarga yang penuh senyum mengiringi keberangkatan calon haji. Ada pula yang berurai air mata melepas orangtuanya. Ada juga yang menampakkan wajah penuh haru. Pemberangkatan calon haji GMP berlangsung Jumat pagi (14/10), diawali pembacaan ayat-ayat suci Alquran, lalu sambutan wakil calon jemaah haji yang disampaikan Pak Mulyono, kemudian sambutan pimpinan perusahaan yang disampaikan Kadep SBF Ir.H. Gunamarwan.

Jemaah Masjid Al Ikhlas, pengurus Yayasan Muslim GMP Pusat dan Rayon, dan ibu-ibu anggota majelis taklim ikut menghadiri pemberangkatan jemaah calon haji GMP ini. Jemaah calon haji GMP seluruhnya 17 orang, tetapi yang diberangkatkan pada hari itu 8 orang (empat pasang). Jemaah yang lain ada yang sudah berangkat lebih dulu, ada yang belakangan karena ikut ONH Plus.

Setelah mendengarkan sambutan, acara ditutup dengan pembacaan doa. Setelah itu para calon haji menunaikan shalat sunat. Pemberangkatan jemaah calon haji ini ditandai dengan jabat tangan dari para pengantar yang berbaris memanjang dari depan teras masjid menuju ke pintu pagar halaman. Mereka kemudian dilepas menuju bis untuk berangkat ke Gunungsugih dan bergabung dengan jemaah Lampung Tengah lainnya dari Kloter 20.

Rombongan calon haji menaiki bis RU yang full AC beserta panitia dari Yayasan Muslim Gunung Madu (YMGM). Sedangkan rombongan pengantar menaiki bis lain dan beberapa kendaraan pribadi. Rombongan ini dikawal kendaraan patroli Satpam PT. GMP sampai ke Gunungsugih, Lampung Tengah.

Sepanjang jalan mulai dari Masjid Al Ikhlas Perumahan II sampai ke Pos Maingate ustad H. Muksin Sugito tak henti melantunkan lafal-lafal doa dan puji-pujian kebesaran Allah Swt. Para calon haji dan panitia di Bus RU ikut hanyut menghayati lantunan doa tersebut. 

Setiba di Pos Maingate panitia membagikan nasi kotak kepada seluruh rombongan haji dan pengantar untuk disantap di perjalanan menuju Gunungsugih. 

Di Gunungsugih jemaah calon haji GMP bergabung dengan jemaah calon haji lain dari seluruh Lampung Tengah. Mereka kemudian dilepas secara seremonial oleh Bupati Lampung Tengah Pairin. Acara yang dijadwalkan berlangsung jam 09.00 baru terlaksana jam 10 lewat. 

Rombongan jamaah asal Lamteng bersama tim pendamping haji berangkat dari Lampung menuju Jakarta dan Madinah dalam keadaan sehat. Mereka sempat bermalam di Asrama Haji Bandarlampung. 

Di asrama haji tersebut, mereka penerima pembagian gelang identitas dan juga uang saku untuk dipergunakan di tanah suci. Gelang yang dibagikan, terbuat dari bahan yang tahan dingin dan panas, sehingga nyaman digunakan selama di tanah suci. Begitu juga dengan uang saku, sudah dalam bentuk uang Real. 

Setelah bermalam di asrama haji Bandarlampung, besok paginya jamaah haji diterbangkan ke Jakarta tepat pukul 09.00 WIB. Mereka mendarat di Soekarno Hatta tepat pukul 09.22 WIB.

Rahmat Itu Akhirnya Datang Juga

Kemarau berlangsung kurang lebih tiga bulan. Tidak lama. Tetapi panasnya sangat menyengat, cukup membuat kulit bagai disayat.

Kemarau. Ada yang menanti. Ada yang menghendaki dia segera pergi. Bagi para pengepul onggok (limbah pabrik tapioka untuk pakan ternak), terik matahari merupakan berkah. Onggok cepat kering, dan segera ditukar dengan uang. Makin singkat masa menjemur, makin besar ungung yang diperoleh.

Pada musim kemarau, merupakan paceklik bagi buruh cabut singkong. Pemilik kebun enggan memanen tanamannya khawatir umbi singkong kecil karena kekurangan air. Sementara pabrik demi merangsang pasokan singkong, saat kemarau berlomba menaikkan harga. Tetapi upaya itu tidak banyak menolong karena para pemilik kebun bertahan tidak panen, kecuali petani yang kepepet butuh uang segera.

Kemarau bagi sebagian orang merupakan petaka. Tetapi, bagi yang memiliki kesadaran akan hukum alam, pergantian musim dianggap hal biasa. Toh itu merupakan hukum yang telah ditetapkan oleah Sang Maha Pencipta. Tak dapat ditolak, juga tidak bisa diminta segera berganti sekehendak kita.

Tetapi, kemarau yang singkat tahun ini, cukup membuat sebagian warga masyarakat mengeluh lantaran kekuarangan air bersih. Seperti di kampung tempat tinggal saya, Gunungagung, Kecamatan Terusan Nunyai, Kabupaten Lampung Tengah, air menjadi begitu sulit didapat. Sumur-sumur kering. Tetangga yang satu minta pada tetangga yang lain, yang pada akhirnya sumurnya pun kering juga.

Masih beruntung penduduk yang bertempat tinggal di desa-desa (kampung) yang bertetangga dengan PT. Gunung Madu Plantations dan PT. Great Giant Pineaple (GGP). Kedua perusahaan PMA itu memiliki kepedulian tinggi kepada warga desa tetangganya.

Kampung saya, Gunungagung, mendapat suplai dari PT. Gunung Madu Plantations. Begitu juga kampung tetangga, seperti Gunungbatin Udik, Gunungbatin Ilir, Gunungbatin Baru, Bandaragung, Tanjunganom, dan Bandarsakti. Sementara Kampung Lempuyangbandar, mendapat suplai dari PT. GGP.

Setiap hari PT. Gunung Madu Plantations mengirimkan truk tanki pengangkut air ke desa-desa terdekat. Satu desa mendapat jatah 1 tanki setiap hari.

Meskipun suplai air datang terus, tak urung kebutuhan air tetap saja tidak mencukupi. Suplai dari perusahaan hanya cukup untuk memasak dan mencuci piring. Sedangkan untuk mandi dan mencuci pakaian air harus dihemat.

Selama kemarau yang singkat itu kebanyakan warga mandi 2 hari sekali, selebihnya hanya membasahi badan dengan lap basah.

Maka, pada Jumat (7/10/11) malam Sabtu, hujan untuk pertama kalinya tercurah di kampung kami. Ucapan syukur tak terkira segera dipersembahkan kepada Ilahi. Sang Maha Pemberi telah menurunkan Rahmatnya malam itu. Semua warga bersyukur. Sumur-sumur mulai terisi meskipun masih keruh.

Dan, pada Minggu (9/10/11) petang, hujan lebat kembali turun. Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah atas segala rahmat-Nya. Sumur kami sudah penuh. Begitu juga sumur-sumur tetangga. Perusahaan pun menghentikan bantuan airnya.

Rahmat yang dinanti itu pun akhirnya datang juga.

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Foto-Foto