Rabu, 07 Desember 2011

Soto Betawi dan Sambal Tumpang di Dapur LSTC


Udara pagi masih terasa dingin menyentuh kulit, Lampung Sugar Training Centre (LSTC) sudah ramai. Puluhan lelaki muda berbaris di halaman di pusat pelatihan milik PT. Gunung Madu Plantations itu. PT. Gunung Madu Plantations adalah perusahaan perkebunan tebu dan pabrik gula tertua dan terbesar di Lampung, lokasinya di Km 90 Lintas Sumatera, Lampung Tengah.

Syafei Gumai, Kepala Unit Patroli Satpam GMP tampak mengomando barisan lelaki-lelaki muda tersebut. Hari itu ada acara pembekalan calon satpam. Para lelaki muda itu adalah calon satpam yang akan menerima pembekalan.

LSTC sudah sering menjadi tempat kegiatan berskala besar maupun kecil. Kesiapan tempat maupun para karyawan di sini melayani tamu-tamunya membuat tempat ini menjadi pilihan tepat untuk kegiatan perusahaan dengan peserta puluhan sampai ratusan orang.

Keramah-tamahan karyawan di sini sudah terkenal. Sikap mereka yang santun, murah senyum dan penuh hormat membuat kita serasa berada di rumah sendiri. Keakraban cepat sekali terjalin dengan para karyawan LSTC.

Pak Broto Cahyono, kepala LSCT, mengajarkan tatakrama yang apik kepada para bawahannya. Meskipun sebagai seorang pimpinan, Pak Broto tak segan-tegan memegang pekerjaan membantu anakbuahnya.
Hal itu menjadi contoh yang baik bagi para karyawan di sini untuk sigap membantu pekerjaan teman yang sedang repot.

Saya sudah lama berencana melakukan liputan tentang pelayanan di LSTC, namun baru kali ini berkesempatan melaksanakannya. Faktor waktu dan momentumnya yang membuat rencana itu tidak segera terlaksana.
Pagi itu, Kamis 3 November 2011, di sela-sela waktu luang acara pembekalan Satpam, Saya menyempatkan diri mengunjungi dapur LSTC. Dapur tempat para karyawan setempat meracik dan mengolah menu makanan dan minuman untuk para tamu yang sedang berhajat di sana.

Dengan langkah hati-hati tanpa bersuara, Saya melangkahkan kaki mendekati dapur. Dari jarak kurang dari tiga langkah dari dapur terdengar suara canda tawa. Sedang apa mereka? pikir saya. Selintas terbayang bahwa mereka sedang duduk bersantai.

Ketika tiba di ambang pintu, mata pun ditebar ke dalam dapur. Oh, ternyata mereka tengah bekerja. Ada yang menggiling cabe, ada yang mengaduk sesuatu di panci besar. Yang lainnya tengah memilah-milah sayur.
Ngobrol, bercanda, dan tertawa sambil bekerja memasak. Itulah keseharian para pekerja di LSCT. Mandor dapur, M. Sarpani, tidak diam berpangku tangan. Dia ikut ambil bagian dalam pekerjaan itu. Dalam bekerja memasak tidak terlihat lagi perbedaan mana mandor mana anakbuah.

“Di sini kami bekerja sama-sama. Tidak ada lagi mandor kalau sedang bekerja,” kata Pak Sarpani.
Menurut Sarpani, dia bisa melakukan pekerjaan apa saja, tidak pilih-pilih. Tergantung pekerjaan mana yang perlu ditangani atau siapa yang perlu dibantu.

“Selesai di dapur ini saya pindah ke ruang makan bersama Rahman. Kami menyiapkan makan para tamu sekaligus melayani mereka,” kata Sarpani. Bahkan, tambahnya, dia tidak segan-segan mencuci piring.
Di dapur LSTC ini, kata Sarpani, semua dikerjakan bersama-sama. Tidak ada yang spesialis memegang pekerjaan tertentu. Semua bisa mengerjakan. 

Istimewanya di LSTC ini, mandor tidak perlu memerintah anakbuah untuk mengerjakan pekerjaan tertentu, karena semua sudah berjalan otomatis. Tiap pekerja sudah mengerti apa yang harus dikerjakannya.
Di dapur LSTC ini ada enam pekerja termasuk mandor. Mereka adalah: M. Sarpani (mandor), Dede Sudana, Abdur Rahman, Emiyati, Sumiyati, dan Erliyana.

Kedatangan Saya ke dapur LSTC ingin tahu lebih “rahasia” di balik sedapnya sajian makanan di sini dan trik-trik penyajiannya sehingga tidak membosankan.

Soal menu, kata M. Sarpani, penyajiannya tergantung siapa yang akan dilayani. Ada fleksibilitas penyajian menu. Biasanya Pak Broto turun langsung mengontrolnya. Tak jarang kepala LSTC itu sendiri yang menentukan apa-apa saja yang harus disajikan kepada tamu.

“Pak Broto sangat memperhatian selera para tamu,” kata Sarpani. Yang disuguhkan kepada tamu adalah menu-menu yang jarang ditemui para tamu sehari-hari.
“Kalau tamunya kelas-kelas manager, maka menu yang kami berikan sayur asam, bayam bening, sambal terasi. Makanan ringannya pisang dan ubi rebus,” kata Pak Broto.
“Kalau menu seperti daging, ayam dan yang mewah-mewah sudah biasa mereka makan di rumah,” tambah Pak Broto.
Sebaliknya, kalau untuk karyawan atau calon karyawan menu yang disuguhkan yang berat-berat, seperti rendang daging, sate dan ikan bakar.

Dengan pola seperti itu, kata Pak Broto, menu yang disajikan pasti habis. “Kita puas jika makanan yang kita berikan dimakan habis,” ujar Pak Broto.

Tentang menu unggulan, Dapur LSCT pun memilikinya. Jika di Guest House ada sup buntut dan kopi hitam. Di sini ada menu yang jadi andalan dan dijamin mengundang selera, yakni soto betawi dan sambalnya. Sambal di sini ada beragam, semuanya enak dan membuat ketagihan. Ada sambal terasi mentah, sambal goreng, dan sambal tumpah.

Soto betawi dan sambal buatan dapur LSTC ini sudah diakui kelezatannya oleh para tamu, kata Mandor LSTC, M. Sarpani. Mereka sering mendapat pujian karena kelezatan soto betawi dan sambalnya. 

Rasa soto betawi racikan dapur LSTC tidak kalah sedapnya dengan soto betawi di Jln. Raden Intan Bandar Lampung. Kuahnya kental bersantan dengan taburan kerupuk emping dan irisan tomat di atasnya.

“Yang sering dicari para manager bila menghadiri acara di sini adalah sambal tumpah,” kata Pak Broto.
Tentang etos kerja di LSTC, Pak Broto telah membina anakbuahnya memiliki standar kerja yang elegan dengan azas kesetaraan, namun tetap menjunjung tinggi tatakrama dan etika kesopanan terhadap tamu.

“Karyawan di sini menghargai tamu setinggi-tingginya. Tapi jangan sekali-kali mengkacungkan mereka. Semua tamu dihormati, tapi jangan meremehkan mereka kalau tidak mau rasa hormat itu hilang,” tegas Pak Broto sambil memberi contoh kasus anakbuahnya diremehkan tamu, yang kemudian membuat si tamu malu sendiri atas ulahnya.

Selasa, 29 November 2011

Dari Baris-berbaris sampai Pengetahuan Intelijen



Satuan pengamanan (Satpam) PT. Gunung Madu Plantations mendapat tambahan tenaga baru, muda, dan segar sejumlah 54 orang. Saat ini mereka masih berstatus calon anggota satpam, karena harus melalui beberapa tahap lagi baru bisa menjadi satpam Gunung Madu.

Mereka sudah melewati tahapan-tahapan seleksi yang ketat. Mereka merupakan hasil saringan dari 600 lebih pelamar. Tes-tes fisik, kesehatan (2 tahap), pengetahuan umum, dan psychotes sudah mereka lalui. Saat ini mereka tengah menjalani pra-pendidikan di SPN Kemiling.

Pada awal November lalu, selama tiga hari penuh (dari 3 s/d 5 November), para calon satpam itu mendapat pembekalan dari pimpinan satpam GMP. Acaranya berlangsung di gedung LSTC (Lampung Sugar Training Centre).

Acara yang sedianya akan dibuka oleh Kadep SBF Ir.H. Gunamarwan atau Kadiv HRGS Ir.H. Dwi Witrianto, akhirnya dibuka oleh Kepala Satpam Kombes Pol.(Pur) Almer Hutajulu. “Pak Guna dan Pak Wiwit berhalangan hadir karena ada tugas lain,” kata Wakil Ka.Satpam AKBP (Pur) Prayitno kepada penulis.

Ka. Satpam Almer Hutajulu berpesan kepada para calon satpam agar mereka mengikuti setiap materi pembelajaran dengan serius, tekun dan penuh disiplin. Ia menekankan pentingnya disiplin bagi anggota satpam. Pembekalan dari kepala satpam itu berlangsung kurang lebih setengah jam, kemudian istirahat coffee break.

Pada hari pertama pembekalan itu yang tampil sebagai pemateri adalah Waka Satpam Prayitno. Pak Prayit menyampaikan pembekalan tentang eksistensi satpam di PT. Gunung Madu Plantations. “Kalian harus mengerti tugas dan kewajiban sebagai anggota satpam. Kalian bertugas menjaga keamanan asset perusahaan dan keselamatan pimpinan perusahaan,” kata Pak Prayit.

Pak Prayit menekankan lagi kepada calon-calon anakbuahnya itu agar tahu dan mengenal siapa-siapa yang harus dihormati di perusahaan ini. Sebelumnya Pak Almer juga telah memperkenalkan nama-nama pimpinan perusahaan, mulai dari Indra Rukmana hingga para kepala divisi.

Ditekankan lagi oleh Pak Prayit bahwa mereka para calon anggota satpam adalah calon karyawan dengan tingkatan paling rendah di perusahaan ini. “Ini perlu ditekankan agar mereka tidak sok-sokan,” kata Pak Prayit.

Setelah sesi Pak Prayit selanjutnya pembekalan disampaikan oleh Mugiyanto (Kanit Satpam Divisi I). Mugiyanto menyampaikan materi tentang olah TKP. TKP adalah, tempat suatu perkara dilakukan/terjadi/akibat yang ditimbulkan, tempat lain ditemukan barang bukti/korban yang berhubungan dengan TP (tempat perkara).

Penanganan pertama: ketika terjadi sebuah peristiwa yang diduga adalah tindak pidana, maka penyelidik atau penyidik melakukan tindakan berupa: tindakan pertama di TKP, crime scene processing.

Usai penyampaian materi tentang TKP oleh Pak Mugiyanto acara bergeser ke sesi istirahat (Ishoma). Siang itu, jajaran karyawan dapur LSTC menyiapkan menu istimewa bagi para calon satpam. Sop ayam dan rendang daging.

Pada sesi berikutnya setelah jam istirahat adalah penyampaian materi tentang penyelidikan dan penyidikan. Materi ini disampaikan oleh Kanit Resintel Satpam PT GMP, Suyitno.
Pengertian penyelidikan, kata Suyitno, adalah suatu tindakan untuk mencari tahu apakah suatu peristiwa/kasus akibat suatu tindak pidana atau bukan.

Beberapa jalur diketahuinya suatu tindak pidana, atas dasar laporan dari masyarakat atau dari seseorang bahwa semua anggota masyarakat dapat melakukan laporan kepada aparat penegak hukum. 

Pada hari kedua Agus Putu mendapat kesempatan menyampaikan materi tentang pengetahuan dasar intelijen. Teori-teori tentang intelijen disampaikan secara lisan oleh Agus Putu kepada para calon satpam GMP. “Anggota satpam harus mengerti ilmu intelijen, karena tugas satpam berkaitan dengan keamanan,” kata Agus Putu.

Sepanjang pembekalan di LSTC tersebut, Kanit Ops Satpam, Harsono menjadi pembimbing utama para calon satpam. Pak Harsono memimpin mereka berolahraga setiap pagi dan petang. Sedangkan Pak Syafei Gumai (Kanit Patrol) dan Edi Dharma (Provoost) memimpin apel pagi dan membina disiplin.

Jumat, 25 November 2011

Tumpeng untuk Karyawan Paling Senior

Acara syukuran tutup tebang dan giling ke-34 PT. Gunung Madu Plantations di Departemen SBF seperti biasa berlangsung di Public Centre, dihadiri seluruh staf dan karyawan SBF, YPGMP, dan KGM. Karyawan paling senior di Departemen SBF, Wasiman, NIP 0211, mendapat kehormatan menerima potongan nasi tumpeng dari Kadep SBF Ir.H. Gunamarwan.
“Saya berikan potongan tumpeng ini kepada senior kami, Bapak Wasiman. Beliau ini masuk ke PT. Gunung Madu Plantations tahun 1976,” kata Pak Guna seraya memanggil yang bersangkutan agar maju ke depan untuk menerima tumpeng.
Dulu, ketika PT. Gunung Madu Plantations baru berdiri, ada ungkapan bahwa siapa yang bisa bertahan 10 tahun bekerja di sini, dia dikatakan orang gila. Tapi kalau sudah duapuluh tahun berarti sudah waras kembali.
“Pak Wasiman ini sudah 36 tahun menjadi karyawan Gunung Madu, berarti beliau sudah sangat waras,” kata Pak Guna yang disambut tepuk tangan dan tawa meriah para hadirin. Meskipun tutup giling tahun ini dalam suasana prihatin karena produksi tidak mencapai target, namun para karyawan SBF masih bisa tertawa terbawa oleh kelakar Pak Guna.
Seperti biasa syukuran di SBF selalu dihadiri General Manager PT. GMP H.M. Jimmy Mahshun. Petinggi SBF yang hadir Kadiv HRGS Ir.H. Dwi Witrianto, Kasubdiv Health Centre dr. Evi Maiselma, Kasubdiv Accounting Haryono Indra, SE., dan Kabag Personel Ir.H. Poniasih.
Kepada para karyawan Pak Guna mengatakan, meskipun produksi gula dalam tiga tahun terakhir tidak mencapai target, semangat kerja harus tetap tinggi. Pak Guna mengajak seluruh staf dan karyawan untuk berpegang pada Nilai Inti Perusahaan.
Pak Guna juga menyampaikan kepada para karyawan yang mengambil kredit perumahan di Tanjungsenang dan Seputihjaya bahwa cicilan yang diambil dari jasa produksi setinggi-tingginya sebesar jasa produksi yang diterima tahun ini. Pengumuman Pak Guna tersebut spontan mendapat sambutan tepuk tangan dari staf dan karyawan. Dengan ketentuan tersebut mereka yang mengambil kredit perumahan tidak menombok.
H. Muksin Sugito, yang mengambil rumah di Seputihjaya, usai membaca doa, secara khusus menyampaikan terimakasih kepada pimpinan perusahaan yang telah memberikan kebijakasanaannya.
Divisi II Peringkat IV
Syukuran tutup tebang dan giling ke-34 Divisi II berlangsung sederhana namun penuh makna. Syukuran dihadiri Kadep Plantations Sutarto, Kadiv II Kridoyono, jajaran staf dan karyawan.
Dalam sambutan, Kadiv II Kridoyono memaparkan hasil tanam yang telah dilakukan. Pada musim tebang dan giling 34, Divisi II hanya mampu menghasilkan produksi tebu sebesar 73,46 ton per hektare, meleset dari target yang ditentukan sebesar 86,09 ton per hektare.
Dari tujuh divisi, Divisi II berada pada peringkat IV, di bawah Divisi V yang berhasil bertengger di peringkat I. Kemudian menyusul Divisi IV di peringkat II, Divisi I di peringkat III, Divisi VII di peringkat V, Divisi VI di peringkat VI dan Divisi III di peringkat VII.
Lebih lanjut Pak Krido menguraikan, TCH (Ton Cane per-Hektar – Ton Tebu –per hektar) Divisi II tahun 2011 mengalami penurunan dari 84,98 ton pada 2010, menjadi 73,46 ton pada 2011. “Terjadi penurunan sebesar 11,52 ton,” katanya. Melihat kenyataan ini, orang nomor satu Divisi II tersebut meminta para staf dan karyawan mencari solusi atas masalah tersebut untuk memerbaiki TCH dan kualitas pada musim tebang tahun depan.
Sementara dalam sambutan, Kadep Plantations Sutarto menandaskan para karyawan jangan larut dalam duka karena ke depan masih banyak kesempatan untuk berhasil. Dia mengharap para karyawan meningkatkan irama kerja pada musim giling tahun depan.
Peningkatan etos kerja untuk meningkatkan hasil tanam dan mempertahankan kualitas gula produksi GMP di level nasional. “Di mata nasional, kualitas gula kita nomor satu. Ini harus dipertahankan pada tahun-tahun mendatang.”
Syukuran Divisi II juga diisi santap tumpeng nasi kuning berjemaah. Diawali pemotongan tumpeng oleh Pak Sutarto untuk diberikan kepada Sunardi (purnakaryawan). Selanjutnya, delapan gunungan tumpeng disantap bersama

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Foto-Foto