Selasa, 14 Agustus 2007

PT BMM Mulai Petik Hasil

SEMASA karyawan hidup sejahtera, pensiun tetap nyaman (setelah meninggal masuk surga). Barangkali sah-sah saja kita bermimpi seperti itu, karena bukan sesuatu hal yang mustahil. Paling tidak itulah hakikat pendirian Koperasi Gunung Madu, Dana Pensiun, dan PT Bumi Madu Mandiri.Kalau kita tengok ke belakang, KGM merupakan lembaga tertua yang ada di Gunung Madu. KGM merupakan hasil amal¬gamasi Koperasi Pertanian dan Kop¬kar Gunung Madu, yang tentu lebih awal berdiri. Pendirian lembaga ini muncul dari bawah, karena karyawan me¬rasa perlu untuk menghadapi berba¬gai kendala, yang intinya mening¬katkan kesejahteraan (bukan semata-mata dapat untung/SHU).Manfaat dari adanya KGM rasa-nya tidak perlu dijelaskan lagi. Mi-salnya kar¬yawan bisa memiliki saham kebun yang setiap tahun mengha-silkan. Kar¬yawan bisa punya rumah dan ta¬nah kavling dengan cara yang relatif ringan. Karyawan bisa berbe-lanja dengan harga yang kompetitif, dan lain-lain, termasuk SHU setiap tahun¬nya.Setelah itu lahir lagi lembaga Da¬na Pensiun, yang bertujuan memper¬siapkan finansial bagi karyawan ke¬tika memasuki masa pensiun. Me¬mang sempat terjadi perubahan sis¬tem, sehingga tahun 1997 dananya dibagikan, kemudian dimulai lagi ta¬hun 1998 dengan jenis iuran pasti.Karena Dana Pensiun fleksibili¬tas¬nya sangat ketat, dan ada pe¬luang, didirikanlah PT Bumi Madu Man¬diri tahun 2005. Dengan membeli sa¬ham, pada saatnya nanti karyawan bi¬sa memperoleh deviden. Saham ini bi¬sa dimiliki hingga karyawan pen¬siun nanti. Hak-haknya pun masih te¬tap sama, seperti karyawan biasa. Sejumlah lahan pun dibeli, lalu di¬garap. Ada yang ditanami sawit, ada pula yang ditanami tebu (termasuk menggarap lahan pihak lain dan mengelola kemitraan mandiri). Sete¬lah bersusah payah selama beberapa tahun dan mendapat hambatan dari sa¬na-sini, sekarang PT BMM boleh ber¬lega hati. Sawit yang ditanam di areal 150 hektare di Desa Lebuhda-lem, Tu¬langbawang, dipanen Agus-tus ini. Otomatis, selanjutnya tiap bulan kita panen sawit. Tahun depan, lahan yang 150 hektar sisanya pun panen juga. “Artinya, pada 2008 PT BMM akan memetik hasil sawit dari lahan seluas 300 hektare,” kata Manager PT BMM Ir. H. Afif Manaf. Kemudian tanaman tebunya se¬luas 200 ha yang tersebar di beberapa areal juga sudah dipanen tahun ini juga. Areal tebu yang sudah mem¬buah¬kan hasil itu berada di Kotanapal seluas 88 ha, Kotanegara 120 ha, dan di Gunungbatin Baru 54 hektare.Kabar gembira lainnya dari per¬usahaan yang saham mayoritasnya dikuasai karyawan PT Gunung Madu Plantations ini, sekarang tengah me¬mulai pengolahan lahan di areal 4.650 ha yang berada di Way Kanan. Lahan ini sekarang sudah ditanami seluas 200 ha. Insya Allah tahun depan bisa dipanen juga.Memang, sebagian besar lahan di areal 4650 (sebutan karyawan PT BMM untuk areal di Pakuanratu, Way Kanan, red), saat ini masih ada yang digarap warga setempat untuk menanam singkong. “Begitu mereka selesai panen singkong, lahannya lang¬sung kita bersihkan dan digarap un¬tuk menanam tebu,” kata Pak Afif.Itu adalah cara ampuh untuk men¬¬ce¬gah warga kembali menggarap lahan tersebut. Jika tidak segera di¬ambil oleh PT BMM saat usai panen, ada kemungkinan warga akan kem¬bali menanaminya dengan singkong.Terus BerjuangBicara PT BMM sekarang tidak ter¬lepas dari perjuangan para penge¬lo¬la¬nya. Berdirinya perusahaan ini bermula dari Ir.H. Gunamarwan, yang mencemaskan kehidupan para pen¬siunan PT Gunung Madu Plantations. “Saya cemas setelah melihat be¬berapa pendahulu kami yang hi¬dup¬nya memprihatinkan setelah pen¬siun,” kata Pak Guna.Pada mulanya BMM diproyeksi¬kan untuk mengembangkan perke¬bun¬an sawit. “Dulu kita berencana mengakuisisi lahan eks ADP yang HGU-nya 3.100 ha dan non-HGU 400 ha (sertifikat hak milik), yang lokasi¬nya di belakang Polres Tulangba¬wang membentang dari Desa Lebuh Dalem sampai Desa Gunung Agung,” ujar Pak Afif.Karena proses lelang lahan terse¬but sampai saat ini belum terlaksana, maka PT BMM baru bisa membeli lahan yang bukan HGU. Pada awal ta¬hun 2005 mulai ditanami sawit seluas 150 hektar.Tanam perdana itulah yang Agus¬tus ini akan dipanen. Selanjut¬nya terus tiap bulan PT BMM meme¬tik buah sawit. Tanaman sawit yang saat ini sudah mulai berbuah pasir dan tahun depan sudah bisa dipa¬nen seluas kurang lebih 320 hektar.Perluasan lahan pun terus berja¬lan. Perusahaan ini sudah membeli lagi lahan seluas 110 ha di Desa Bo¬jongdewa, 260 ha di Cempakajaya, Unit 8. Lahan yang paling luas terda¬pat di Kecamatan Blambangan Um¬pu, Kabupaten Way Kanan, yakni seluas 1.700 ha. Lahan PT BMM di Blam¬bangan Umpu sudah berhasil di¬tanami sawit seluas 650 ha. Sampai saat ini, PT BMM sudah me¬miliki kebun sawit total seluas ku¬rang lebih 1.300 Ha. Lokasinya ada di empat tempat: Lebuhdalem; Bo¬jong¬¬dewa; Cempakajaya, dan; Blam¬bangan Umpu.Selain sawit, BMM ju¬ga menge-lola ratusan hektare kebun te¬bu milik sendiri yang tahun ini juga sudah pa-nen. Di antaranya di Ko¬ta¬napal yang luas tanamannya 89 ha, Ko¬tanegara 134 ha (tahun ini akan di¬ta¬nam lagi 400 ha), Areal 54 Gu¬nungbatin Udik 30 ha (ditanami lagi 9 ha), dan Negeri Besar sekitar 200 hektare.Dari tanaman tebu ini, praktis ta¬hun ini BMM sudah bisa me¬ngantungi duit yang cukup lumayan. Dana ini bisa dipakai lagi untuk per¬luasan tanaman tebu, juga perawatan ta-naman sawit.Sedangkan lahan tebu milik pihak lain yang digarap PT BMM adalah Areal 600 Menggala (yang sudah panen 235 ha) dan Gunungbatin Udik sekitar 150 ha.Selain itu, BMM juga mengelola pe¬tani tebu mandiri, yang areal panen tahun ini mencapai 159 ha dan dalam proses penanaman sekitar 290 ha. Pe¬ta¬ni ini tersebar di Karta (Base Raden), Menggala (Mahyuddin), Banjaratu, Candirejo, Bandarputih, GBU Idialis, Gunung Menanti, Tejo Asri, GBU sarjono, dan Karangjawa.Panen tahun ini total milik masyarakat maupun milik BMM se¬luas 791 ha.Sekarang BMM juga sedang me¬ngembangkan kemitraan sekitar Gu¬nung Madu. Saat ini sudah tanam 250 ha. “Harapan kita untuk panen ta¬hun depan sudah mencapai 1.500 ha,” kata Pak Afif.Melihat perkembangan ini, PT BMM bukan lagi perusahaan kecil. Kar¬yawannya pun kini hampir men¬capai 100, terdiri dari 25 karyawan or¬ga¬nik dan 70 honorer. Hal ini meng¬ha¬pus berbagai stigma buruk ketika awal berdiri, misalnya PT Bumi Mo¬rat-Marit, PT Bumi Maju Mundur, dan lain-lain. Ya, PT BMM adalah PT Bu¬mi Madu Mandiri yang sesung¬guhnya.Selain menambah kesejahteraan karyawan dan pensiunan, PT BMM ju¬ga membuka lapangan kerja bagi nba¬nyak orang. Mudah-mudahan, PT BMM benar-benar membawa ber¬kah, amin.

Penghargaan Khusus untuk KGM

KETIKA didirikan melalui amalgamasi dua koperasi beberapa tahun lalu, belum ada bayangan bahwa Koperasi Gu¬nung Madu bakal sesukses seka¬rang. Pro-kontra tentu saja ada pada waktu itu. Kini ada senyum menghias wajah KGM. Penghargaan demi peng¬hargaan dari pemerintah silih beganti diterima koperasi karyawan PT GMP ini.Baru-baru ini KGM menerima Peng¬hargaan Khusus dari Presiden RI Soesilo Bambang Yudhoyono. Sa¬tu-satunya penghargaan istimewa yang pernah diberikan pemerintah ke¬pada koperasi di Indonesia. Peng¬hargaan ini diberikan lantaran KGM memiliki perhatian dan komitmen terhadap dunia pendidikan dan para pensiunan PT GMP.Penghargaan tersebut diberikan langsung oleh Presiden RI Soesilo Bambang Yudhoyono kepada Ketua Umum Koperasi Gunung Madu Ir.H. Parjono, di hotel Garuda Wisnu Ken¬cana, Denpasar, Bali, 12 Juli lalu.Berita gembira tentang pemberi¬an penghargaan tersebut telah me¬nyebar di site PT GMP ketika peng¬urus KGM masih berada di Bali. Ka¬bar itu tentu saja membuat hati selu¬ruh pengurus, anggota, dan pendiri KGM berbunga-bunga.Tak kurang dari Kepala Departe¬men SBF Ir.H. Gunamarwan, yang juga mantan ketua umum KGM (kini pembina KGM), menyambut gembira pemberian peng¬hargaan dari peme-rintah ter¬sebut. Pak Guna menilai ini suatu sur¬prise bagi KGM dan selu-ruh anggo¬ta¬nya, karena Pengharga-an Khusus ha¬nya diberikan kepada koperasi yang betul-betul memiliki reputasi khu¬sus pula.Penghargaan itu, kata Ketua Umum KGM Ir. Parjono, karena ke¬pedulian KGM terhadap dunia pen¬didikan, seperti memberikan bonus kepada siswa anak anggota yang berprestasi.“Yang menjadi perhatian khusus pemerintah sehingga memberikan Penghargaan Khusus, ini adalah kepedulian KGM terhadap para ca¬lon pensiunan dengan memberikan mereka pendidikan dan wawasan se¬bagai bekal pensiun,” ungkap Pak Par¬jono.Pemberian penghargaan itu pu¬nya arti sangat penting bari keber¬adaan KGM. “Meskipun koperasi ki¬ta berada di kampung atau kebun se¬perti ini, kita masih diperhatikan di tingkat nasional, “ kata Pak Parjono.KGM, yang didirikan tahun 1985, merupakan hasil amalgamasi dua ko¬perasi di Gunung Madu yang sama-sa¬ma punya badan hukum. Dalam per¬kembangannya, KGM tumbuh pe¬sat dan berhasil meraih berbagai penghargaan di tingkat kabupaten, provinsi, maupun nasional. Aset KGM yang awalnya hanya Rp150 juta, pada tahun buku 2005 telah mencapai puluhan miliar saat ini.Bagi karyawan PT GMP, ujar Pak Parjono, adanya koperasi merupakan suatu kebutuhan. Sebab, tempat tinggal sekaligus tempat bekerja karyawan jauh dari kota, pasar, atau took, sehingga untuk mencari kebu¬tuhan sehari-hari cukup sulit. Karena itulah keberadaan KGM sangat membantu karyawan.Bukan hanya itu. KGM juga mem¬bantu anak-anak karyawan da¬lam menempuh pendidikan, yaitu de¬ngan menyediakan transportasi bus sekolah. Selain itu juga membantu beasiswa, mengelola kolam renang, menyelenggarakan berbagai kegiat¬an yang diikuti anak sekolah, dan se¬bagainya.Bahkan, dalam beberapa tahun terakhir, KGM juga membantu per¬siapan karyawan PT GMP memasuki masa purnakarya (pensiun). Di an¬taranya dengan mengadakan pela¬tihan, mengunjungi tempat-tempat yang bisa menambah ilmu untuk be¬kal pensiun, juga membuat peternak¬an ayam dan sapi sebagai tempat ber¬latih calon purnakarya.Kemudian KGM melakukan di¬versifikasi usaha ke komoditas sawit. Untuk itu pada tahun 2005 KGM be¬kerja sama dengan Ya¬yasan Pendidik¬an, dan sebuah per¬usa¬haan mitra, mem¬bentuk per¬usahaan bernama PT Bu¬mi Madu Man¬diri (BMM).Di perusahaan ini, KGM merupa¬kan pemegang saham mayoritas, yai¬tu 75 persen. Saham KGM sendiri ma¬yoritas dimiliki anggota (75 per¬sen), sebagian lagi milik badan dan Ya¬yasan Pendidikan Gunung Madu, se¬¬hingga pemegang saham mayori¬tas PT BMM adalah anggota koperasi.Operasional perusahaan ini telah dimulai dengan membeli lahan sekitar 450 ha di Kabupaten Tulangbawang, 350 ha di antaranya sudah ditanami sekitar 40.000 pohon sawit. Dari jum¬lah itu, 150 ha tanaman sawit akan di¬panen bulan Agustus ini.Penghargaan KGM Koperasi Fungsional Harapan Tk. Nasional, oleh Menteri Koperasi Bustanil Arifin, SH., 12 Juli 1990. Ko¬perasi Fungsional Terbaik II Tk. Na¬sional tahun 1992, oleh Menteri Ko¬perasi Bustanil Arifin, SH., tanggal 12 Juli 1992. Koperasi Fungsional Te¬la¬dan Tk. Nasional tahun 1993, oleh Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Subijakto Tjakra¬wer¬daya, 29 Juli 1993.Koperasi Perkotaan Jenis Konsu¬men Teladan Tahun II Tk. Nasioal 1994, oleh Menteri Koperasi dan Pem¬binaan Pengusaha Kecil, Subi¬jakto Tjakrawerdaya, tanggal 14 Juli 1994.Koperasi Karyawan Mandiri, oleh Menteri Koperasi dan Pembi¬naan Pengusaha Kecil Subijakto Tja¬krawerdaya, 8 Februari 1995. Kopera¬si Perkotaan Jenis Konsumen Teldan Tahun III Tk. Nasional 1995, oleh Men¬teri Koperasi dan Pembinaan Peng¬usaha Kecil Subijakto Tjakra¬werdaya, tanggal 12 Juli 1995.Koperasi Berprestasi Tahun 1999, oleh Menteri Koperasi, Peng¬usa¬ha Kecil dan Menengah RI, Adi Sa¬sono, tanggal 12 Juli 1999. Kope¬ra¬si Berprestasi Tahun 2005, oleh Men¬teri Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah RI Suryadarma Ali, Ban¬dung 12 Juli 2005.

Agar Batang Tebu Bisa "Senam"


TULANGBAWANG (KORAN_ONLINE): Mobil Estrada merah berkabin dua itu merayap pelan menelusuri lorong-lorong kebun tebu. Sesekali berhenti di ujung lorong. Dari mobil itu keluar sosok lelaki tinggi berkulit sawo matang. Ia berjalan memasuki rimbunan rumpun tebu menemui seorang pekerja yang sedang memotong daun-daun kering dari batang tebu. Lelaki itu memberi petunjuk yang langsung diikuti si pekerja.Dia adalah Basaradin, pemilik kebun tebu seluas 58,6 hektar di Kampung Karta, Kecamatan Tulangbawang Udik, Tulangbawang. Setiap hari Ia memeriksa langsung perkebunan yang ia kelola sendiri itu.Basaradin, yang memiliki sapaan akrab Pak Raden, sejak tahun 2005 sudah bertekad menjadi petani tebu. Profesi sebagai juragan singkong di Kabupaten Tulangbawang ia tinggalkan. “Saya tidak mau tanggung-tanggung menekuni tebu,” katanya ketika ditemui Tawon di kebunnya suatu siang pertengahan Mei lalu.Siang itu dia ditemani keponakannya Mahyuddin membawa Tawon dan Waka Satpam Prayitno berkeliling areal kebun tebu miliknya di Kampung Karta, Tulangbawang Udik. Dengan bersemangat Pak Raden menunjukkan tanaman tebu yang tumbuh subur di kebunnya. Di kebun Pak Raden ini terdapat tiga varietas tebu unggul dari PT Gunung Madu Plantations, yakni GM-19, SS-57, dan F5. Tanaman tebu di sini tampak sangat terawat, daun kering tak terlihat menggelantung di batang. Dia mengupah pekerja khusus untuk mengkletek daun kering. “Saya borongkan Rp500 ribu per hektar,” katanya.Tebu sudah menjadi pilihan bagi Basaradin. Ia sudah mantap untuk saat ini tidak akan membiarkan lahannya terlantar. Tiap jengkal lahan miliknya kini Ia ditanami tebu. Tebu sudah menjadi primadona bagi Pak Raden. Dia sudah membayangkan keuntungan yang bakal diraupnya di akhir tebang giling nanti.Memiliki kebun tebu yang luas dan modal kuat tidak membuat Pak Raden berpangku tangan saja menunggu hasil panen. Setiap hari lelaki yang hanya lulusan sekolah dasar ini, memeriksa kebun tebunya. Tanah, batang tebu, dan daun kering ia teliti dengan seksama. Ia tidak segan menegur para pekerja jika ada yang salah mengkletek daun tebu yang kering. Tak jarang ia mengkletek sendiri daun tebu kering yang masih menggantung di batang.Daun-daun tebu kering yang sudah dikletek oleh Pak Raden dibiarkan menutupi tanah di lorong-lorong antara barisan rumpun tebu dengan barisan rumpun yang lain. “Daun kering ini nanti bakal jadi humus yang bermanfaat untuk menyuburkan tanah,” katanya menjelaskan.Dia menanam tebu juga diatur sedemikian rupa, ada jarak yang membuat tiap rumpun tebu lega bernafas dan leluasa mendapatkan siraman sinar matahari. “Dengan cara ini batang tebu saya jadi sehat. Tiap batang bisa bebas “bersenam” dan mendapat sinar matahari yang cukup,” katanya dengan nada seorang ahli pertanian.Hal itu tidak berlebihan bagi Pak Raden. Selain menemukan teknik baru setelah melakukan riset beberapa tahun, Ia juga mendapat bimbingan dari Manager PT Bumi Madu Mandiri Ir.H. Afif Manaf. Dia juga punya seorang asisten sarjana pertanian. Sang asisten dengan setia mendampinginya setiap hari dan memberi beberapa saran.Pak Raden bukan petani biasa. Ia mengontrol kebun tebunya sambil mengendarai mobil Mitsubishi Estrada double kabin, kendaraan mahal yang sedang tren bagi kalangan penjelajah. Hal seperti itu tergolong langka di Lampung.Pak Raden bukan petani berdasi, tetapi petani sejati yang sukses. Dan, batang tebu akan membawanya bertambah sukses. Ia memperkirakan akhir tahun ini bakal mendapat uang Rp3 miliar dari hasil panen tebunya.Dia mengakui tebu memberinya lompatan penghasilan yang tinggi. Pada panen tebu tahun 2006 ia merasakan nikmatnya uang tebu. Ini pertama kali dia menerima uang hasil panen tebu. Padahal pada waktu itu dia tidak berniat menggiling tebu tanamannya. “Itu adalah tanaman ujicoba saya tahun 2005. Bobotnya belum memuaskan walaupun sudah melebihi hasil tahun sebelumnya,” kata Pak Raden. Ia tidak bersedia menyebutkan berapa uang yang diperolehnya waktu itu. Yang jelas hasilnya jauh melebihi tanam singkong. Lelaki asli Lampung dari Kampung Karta, Tulangbawang Udik itu sudah puluhan tahun menekuni profesinya sebagai petani singkong sekaligus juragan singkong. Komoditas ini pula yang melambungkan namanya sebagai pedagang besar, yang menghubungkan petani dengan pabrik. Bagi Pak Raden pendidikan SD sudah cukup asal mampu menekuni bidang yang digeluti dengan serius, maka sukses pun bisa diraih. Dia membuktikannya dengan keberhasilannya saat ini.Kalaupun saat ini Pak Raden beralih dari singkong ke komoditas tebu, hal itu semata karena gejolak jiwanya yang tidak cepat puas. Tebu merupakan hal baru baginya, tetapi hal itu justru menjadi tantangan untuk ia tekuni.Petani sukses dari Kampung Karta ini telah dikaruniai 7 putra dan putrid dari hasil perkawinannya dengan perempuan bernama Lamsiana. Putra sulungnya Suhendra, kini kuliah di Fakultas Hukum Universitas Bandar Lampung (UBL). Anak keduanya diberi nama Putri, calon dokter yang sedang menuntut ilmu di Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati.Kemudian putra ketiga Sofyan, masih di bangku SMAN Dayamurni Tulangbawang, lalu Suryajaya, juga di SMAN Dayamurni. Anak kelima Mira, siswi SMP Karta, yang keenam Sugarman, SD, dan terakhir Resa masih duduk di bangku TK.(amd)

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Foto-Foto