Senin, 22 Oktober 2007

NU Tanggamus Diminta Dukung Fauzan

PRINGSEWU (Berita Nasional) : Warga Nahdlatul Ulama (NU) di Kabupaten Tanggamus diimbau menggalang kekuatan untuk mendukung dan memenangkan pasangan Fauzan Sa’ie – A. B. Nugroho dalam pilkada yang akan digelar 15 Desember mendatang.
Himbauan itu datang pengurus DPC PKB Tanggamus Usman Mursyid. Partai ini merupakan kendaraan politik pasangan Fauzan Sa’ie – A.B. Nugroho dalam pencalonan mereka dalam pilkada Tanggamus akhir tahun ini.
Sekretaris karteker DPC PKB Tanggamus Usman Mursyid mengatalam PKB punya keterkaitan dengan NU, karena itu selayaknya warga NU mendukung keputusan tersebut..
Bagi anggota PKB yang tidak mematuhi keputusan partai dengan tidak ikut memenangkan pasangan Fauzan – Nugroho, menurut Usman Mursyid, pihaknya tidak segan-segan memberikan sanksi sampai ke tindakan pemecatan.
Pasangan tersebut disebut-sebut banyak didukung para tokoh ulama, pimpinan pondok pesantren (ponpes), para kiai, tokoh adat, pemuda dan masyarakat.
Surat Keputusan (SK) penetapan pasangan calon bupati dan wakil bupati Tanggamus dari DPP PKB bernomor 2596/DPP-02/IV/A.1/X/2007 telah ditandatangani Ketua Dewan Suro DPP PKB Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Muhyidin Arubusman, Wakil Ketua Umum Ali Maskur Musa dan Sekretaris Jendral (sekjen) DPP PKB A.C. Wahid.Untuk itu, bersama empat partai lainnya (PAN, PKPB, PBR dan Partai Demokrat) DPC PKB berupaya semaksimal mungkin memperjuangkan pasangan balonbup-wakil tersebut meraih kemenangan untuk memimpin Kabupaten Tanggamus periode 2008--2013.(*)

Pemanasan Global Akibat Ulah Manusia

PENELITIAN terakhir para ahli klimatologi di Amerika Serikat berhasil membuktikan bahwa pemanasan global terjadi karena Bumi menyerap lebih banyak energi Matahari daripada yang dilepas kembali ke ruang angkasa.
Kesimpulan ini diperoleh melalui model komputer yang mensimulasikan data-data iklim dari pengukuran suhu lautan. Bukti tersebut semakin menguatkan pendapat bahwa aktivitas manusia adalah penyebab pemanasan global.
Para peneliti mencoba menghitung selisih energi matahari yang diterima oleh atmosfer dengan yang dilepaskan kembali ke luar angkasa. Karena tidak dapat diukur langsung, para peneliti mengambil data dari lautan.
"Mengukur perubahan secara langsung sulit dilakukan, karena Anda harus mendeteksi variabel tertentu dari sekian banyak variabel," kata Gavin Smith, salah satu anggota tim peneliti dari NASA.
"Tapi kami tahu berapa besar energi yang diserap lautan dari pengukuran selama puluhan tahun melalui satelit maupun peralatan yang ditempatkan langsung. Didukung pemahaman kami tentang atmosfer, hasil pengolahan data memperlihatkan bahwa selama ini terjadi ketidakseimbangan di atmosfer," lanjutnya.
Caranya dengan memonitor suhu permukaan laut dari ribuan pelampung (buoys) yang tersebar di berbagai lokasi. Data-data yang diambil dari berbagai tempat dimasukkan dalam komputer dan merepresentasikan model iklim yang kompleks meliputi aktivitas atmosfer, laut, angin, arus, gas, dan zat pencemar lainnya.
Dari simulasi tersebut tampak bahwa atmosfer bumi menyerap energi 0,85 watt per meter persegi (secara keseluruhan setara dengan 7 triliun bola lampu 60 watt), lebih dari energi yang dilepaskan kembali. Penyebabnya adalah efek rumah kaca yang terbentuk oleh lapisan gas karbon dioksida. lapisan tersebut menyerap radiasi panas yang dipantulkan bumi yang seharusnya dilepaskan ke ruang angkasa.
Menurut Gavin Schmidt, butuh energi yang besar untuk menghasilkan perubahan di permukaan bumi. Meskipun demikian penyerapan energi telah berjalan dalam rentang waktu yang lama.Berdasarkan laporan Nasa, penyerapan energi sudah terlalu besar sehingga peningkatan suhu bumi sebesar setengah derajat celcius tidak dapat dicegah kecuali manusia menghentikan produksi gas rumah kaca.
Pandangan Skeptis
Tidak semua ahli sepakat dengan kesimpulan tersebut. Salah satunya adalah William Kininmonth, pimpinan pusat iklim nasional Australia dan anggota delegasi Australia dalam negosiasi perjanjian iklim PBB.
Menurutnya, terlalu banyak asumsi yang dipakai dalam simulasi komputer daripada data sesungguhnya. Oleh karena itu, sangat sulit untuk mengakui keakuratan hasil ketidakseimbangan energi dalam ukuran beberapa meter persegi.
Berbeda dengan Damian Wilson, manajer cuaca dan parameter radiasi di lembaga meteorologi Inggris yang lebih antusias dalam menanggapi hasil penelitian tersebut.
"Model komputer yang mengolah perubahan suhu di permukaan bumi adalah suatu kemajuan -- tapi bukan berarti hasil pembuktian tersebut benar lho," katanya.
"Paling tidak kita lebih yakin bahwa model tersebut bekerja dengan benar karena menghasilkan kesimpulan yang masuk akal," lanjutnya.
Sementara Jim Hansen, direktur Goddard Institute for Space Studies milik NASA di New York, sekaligus peneliti perubahan iklim, mengatakan temuan di atas patut mendapat perhatian. "Bila kita menunggu bukti-bukti perubahan iklim (dan tidak segera mengambil tindakan), mungkin kita akan terlambat," katanya.
"Tapi bila kita bertindak sejak sekarang untuk mencegah perubahan iklim, maka kita memberi waktu pada Bumi untuk menghadapi kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi."
Dalam papernya yang berjudul Climatic Change (v 68, p 269), Hansen mengatakan bahwa kenaikan suhu 1°C saja bisa memicu melelehnya lapisan es dunia. Proses ini bisa diawali dari Greenland yang bakal melepaskan armada gunung es-nya ke lautan sehingga permukaan laut akan naik menjadi beberapa meter.
Model iklim berbasis komputer berkembang pesat beberapa tahun terakhir. Akan tetapi masih terdapat masalah dalam memodelkan beberapa proses yang terjadi di atmosfer, khususnya perambatan panas di awan. Para ilmuwan masih berharap dapat memperoleh lebih banyak data dari lautan dan aerosol seperti debu, abu, tanah, dan partikel yang lain di atmosfer.

Rantis Brimob Tidak Sesuai Standar Keamanan

JAKARTA (Berita Nasional) : Ketua Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane mengungkapkan, 44 kendaraan taktis (rantis) lapis baja buatan Korea Selatan yang akan dipakai Korps Brimob Polri tidak dibuat oleh perusahaan yang berpengalaman dalam pembuatan kendaraan semi militer tapi oleh perusahaaan pembuat truk sampah.

Puluhan rantis yang dibiayai dengan kredit ekspor senilai Rp200 miliar itu tak memiliki standar keamanan yang maksimal sehingga bisa membahayakan keselamatan anggota Brimob saat bertugas di daerah konflik, kata Pane.

Ia mengatakan, Polri seharusnya mengacu kepada standar yang dipakai oleh Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dalam pengadaan kendaraan semi militer dan militer.
"Standar NATO adalah jika rantis terkena bom bermaterikan TNT seberat enam kilogram maka personil yang ada di dalamnya bisa selamat. Hanya roda kendaraan yang hancur," katanya.

Sebanyak 44 rantis yang direncanakan untuk daerah konflik itu dibuat tak sesuai dengan standar NATO dan tak memiliki sertifikat darti NATO.

Rantis-rantis seharusnya mampu bertahan di segala medan dan memberikan jaminan keamaan saat terkena ledakan bom. Kendaraan ini tak menjamin keamanan penumpangnya karena terbuat dari lempeng baja tipis, ujarnya.

"Ada kawan saya di militer yang menyebut, rantis ini sebagai kaleng 'rombeng' (bekas) karena terbuat dari baja tipis," katanya menegaskan.

Polri seharusnya berkaca pada proyek yang sama tahun 2001 ketika membeli 20 rantis dari perusahaan sama.

"Dari 20 rantis itu, 19 unit di antaranya rusak karena tidak ada suku cadang dan susah dalam pemeliharaan. Selain itu, ada kelebihan pembayaran 161 ribu dolar saat pembelian di tahun 2001," ujarnya.

Ia mengaku khawatir jika 44 kendaraan itu nantinya dipakai untuk Brimob di daerah konflik karena bisa jadi banyak angota pasukan elit Polri itu menjadi korban tewas atau luka.

IPW juga menyakini bahwa kondisi rantis lapis baja buatan Korea Selatan itu adalah jelek dibandingkan dengan produk dalam negeri sebagaimana yang dipakai Polri saat ini yakni sekitar 100 unit rantis lapis baja.

Untuk itu, Kapolri Jenderal Pol Sutanto harus membatalkan proyek ini karena banyak terjadi kejanggalan dan harus berkaca pada proyek yang sama di tahun 2001.

"Kapolri perlu mengkaji ulang proyek ini agar korps Brimob dan anggotanya yang akan memakai kendaraan lapis baja ini tidak dirugikan saat bertugas di medan konflik," katanya. (Ant)

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Foto-Foto