Penyair Empat Lawang
Air keruh kembali keruh/ banjir sungai menjadi air mata/ gemuruh di hulu menyeret langkah/ menjadi mimpi yang menakutkan/mengikis buih menghanyutkan lumut. Menjelma pekik memilukan/ malam menjadi sangat kelam/ratusan hujan bersahutan/ meluapkan musibah banjir Galang..........
Itulah penggalan puisi berjudul "AIR KERUH KEMBALI KERUH" , yang dibaca SYAMSU INDRA USMAN dengan Hikmat di rumahnya di Desa Lubuk Puding, Kecamatan Ulu Musi, Kabupaten EMPAT LAWANG.
Puisi ini ditulis untuk mengenang banjir bandang Sungai BETUNG, anak Sungai Musi, yang menghatam Desa GALANG tahun 1996, Banjir yang menerjang saat warga terlelap, pada dini hari itu menyapu habis perkampungan di tepian sungai serta menewaskan ratusan orang.
Melalui tulisan kami coba untuk menampilkan sosok atau bisa dikatakan ASET Kabupaten EMPAT LAWANG, hamper semua warga Empat lawang belum begitu mengenal siapa Syamsu Indra Usman ini, beliau adalah sosok PENYAIR yang dimiliki daerah Lintang Empat Lawang, atau kalau mau jujur mungkin hanya satu satunya Penyair yang dimiliki daerah Lintang.
Dilahirkan di Lahat pada Tanggal 12 Oktober 1956, dengan segala kekurangan yang dia miliki, tidak menjadikan dia patah semangat dalam meniti kehidupan ini, tinggal di desa Lubuk Puding ditengah perkampungan lama dekat hulu sungai Musi, menempati sebuah rumah panggung kayu.
Untuk menuju kerumahnya, kita harus melewati 80 meter jembatan gantung yang dibuat pada zaman Belanda.
Seperti kebanyakan warga dusun Lubuk Puding, Penyair ini menjalani hidup sebagai petani desa,tiap pagi dan petang dia mandi di sungai Musi dan disiang hari dia bergulat mengurus Enam Hektar kebon kopi dan tiga hektar Kebon kemiri, dari hasil kebon inilah dia menafkahi anak istrinya.
Terlahir dengan kekurangan FISIK, memiliki tubuh yang mungil , hanya 100 Cm, tidak menjadikan Syamsu Indra mudah berputus asa.
Banyak sudah Karya tangan yang dihasilkan, dan boleh dikatakan Syamsu Indra Usman termasuk penyair yang produktif, sudah sekitar 4.500 puisi dibuatnya.
Sebagian puisi diterbitkan dalam tujuh antologi, antara lain Tembang Duka(1994), Sesembah Air Mata (2003) dan Mencari Ayat Ayat-MU (2003), disamping itu masih ada 109 Karya Tulis yang sudah dijilidkan dalam bundelan, ada 96 bundel kumpulan Puisi, 5 Novel dan 1 kumpulan Cerpen.
Disamping itu juga Indra tekun mendokumentasikan budaya EMPAT LAWANG, yaitu kawasan Pemukiman di tepian Sungai, dan bahkan sempat menulis dua naskah lagu lagu daerah, menyusun satu kumpulan sastra tutur local yang di sebut REJUNG, kumpulan Petatah petitih, resep masakan daerah, adat istiadat, serta Kamus Bahasa Lintang Empat Lawang, yang memuat sekitar 5.000 entri kata.
SYAMSU INDRA USMAN, adalah Tokoh Budayawan yang harus kita jaga dan pelihara serta kita Syiarkan ke penjuru Dunia karya karya nya......, dizaman saat ini sangatlah sulit untuk dapat kita menemukan Syamsu syamsu yang lain di BUMI LINTANG EMPAT LAWANG, dan beliau menjadi salah satu Tokoh Rujukan Budaya Empat Lawang.
Atas pengabdian dan Prestasinya pada Tahun 2004 Gubernur Sumatra Selatan Menganugrahkan penghargaan SENI SASTRA.
Semoga asset daerah kita yang satu ini, menjadi perhatian serius dari para Pejabat terutama Bupati Empat Lawang, dalam mengangkat Seni Budaya Daerah Lintang Empat Lawang.
Disamping itu juga keikut sertaan Masyarakat Lintang Empat Lawang, dalam melestarikan Budaya Daerah kita, jangan sampai budaya Lintang hanya tinggal nama...........
Semoga tulisan ini jadi cerminan kita dalam membangun daerah EMPAT LAWANG, untuk mengangkat Seni Budaya Lintang sebagai Aset Wisata Nasional.