Kamis, 16 Agustus 2007

Oknum Marinir Mengamuk Lagi

BANDAR LAMPUNG (KORAN_ONLINE) : Oknum marinir kembali bertindak brutal. Setelah menggegerkan jagat Indonesia dengan penembakan warga Alastlogo, Pasuruan, Jawa Timur, beberapa bulan lalu, kali ini marinir bikin heboh . Sejumlah anggota pasukan elit TNI-AL menganiaya seorang anggota Polri dan dua orang tukang ojek di Bandar Lampung, Rabu (14/8-07) siang.

Kasus itu terjadi di Pasar Bambu Kuning, Bandar Lampung. Sebelum menganiaya polisi bernama Bripka Meri Erlian dan dua tukang ojek, mereka merusak RM Bundo Kandung dan RM Begadang I. Bahkan, mereka sempat merusak beberapa sepeda motor milik tukang ojek.

Akibat penganiayaan tersebut, wajah Brigadir Kepala (Bripka) Erlian babak belur. Ia mendapat sembilan jahitan di bibir dan tiga di kepala bagian belakang. Dua tukang ojek juga babak belur di wajah.

Informasi yang dihimpun menyebutkan, sekelompok oknum anggota Marinir itu awalnya mendatangi RM Bundo Kandung dengan menumpang dua mobil dan satu sepeda motor. Mereka mencari anggota Reserse Narkoba Polda Lampung, Ajun Inspektur Polisi Satu (Aiptu) Yose Rizal alias Jajak. “Ini “pegangan “ Jajak ya,” kata seorang di antaranya.

Namun, Jajak sudah beranjak dari tempat itu beberapa saat sebelum mereka datang. Karena tidak menemukan orang yagn dicari, rumah makan itu pun dijadikan sasaran. Sebelum memecahkan kaca, mereka melepaskan tembakan tiga kali ke udara.

Dari RM Bundo Kandung, mereka menuju RM Begadang I dan menanyakan keberadaan Jajak kepada orang-orang yang berada di sana. Di tempat itu pun mereka tidak menemukan Jajak.

Mereka pun kembali memecahkan kaca rumah makan. Kelompok itu lalu menuju pos polisi Bambukuning. Bripka Meri yang berjaga di pos dianiaya hingga babak belur.

Mendengar keributan di pos tersebut, sejumlah tukang ojek beramai-ramai datang untuk melihat apa yang terjadi. Nahas, dua di antara tukang ojek tersebut ikut dipukuli dan sepeda motor mereka dirusak. Setelah puas melampiaskan kemarahan, sekelompok oknum anggota mariner itu kemudian berlalu dari tempat itu.

Menurut informasi, kasus itu bermula dari penangkapan Johan, residivis kasus narkoba, di Mall Kartini. Johan berikut sepeda motornya dan barang bukti sabu-sabu lalu dibawa ke Polda.

Ketika diinterogasi, Johan mengaku mendapatkan sabu-sabu itu dari oknum anggota TNI AL, Sersan Kepala Zn. Bahkan, sepeda motor yang dibawanya pun milik Zn. Malam itu juga Zn meminta motornya dikeluarkan, tetapi ditolak.

Petugas lalu menggeledah rumah kontrakan yang biasa disinggahi Zn di Telukbetung Selatan. Dari kamar Zn, petugas menemukan ribuan plastic pembungkus pil ekstasi, pistol FN rakitan, dan lima butir peluru aktif.

Dalam kasus ini, petugas mengamankan oknum anggota TNI AD Koptu AB, anggota Polres Tanggamus Bripda YS, dan tiga warga sipil, yaitu Saf (wanita), Sup, dan Mu. Polisi juga mengamankan dua linting ganja, sabu-sabu, alat pengisap, dan plastic pembungkus.

Untuk mengantisipasi meluasnya keributan, Poltabes telah berkoordinasi dengan jajaran TNI AL, Brigif III Marinir Piabung, dan TNI AD.

Komandan Brigif III Marinir Piabung Kol (Mar) Fredrick Saut Tamba Tua belum bisa menjelaskan kejadian tersebut.

Rabu, 15 Agustus 2007

Technorati Profile

Selasa, 14 Agustus 2007

Mengangkat Kembali Akar Budaya Empat Lawang


PENDOPO LINTANG(KORAN_ONLINE) : Berawal dari rasa risau melihat keadaan seni dan budaya daerah Lintang Empat Lawang yang mulai digerus zaman, dilalap postmodernisme, serta ditinggalkan generasi muda, tiga Putera Lintang: Abdul Madjid Abdullah (Lampung), Ismail Majid (Jakarta), dan Bestari Suud (Pendopo Lintang), membentuk Tim penyelamat kebudayaan Lintang Empat Lawang.
Meskipun ketiganya berdomisili di tempat yang berjauhan, namun kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi tetap bisa menyatukan mereka. Mereka berkomunikasi via internet dan sms, lalu terbentuklah tim itu.
Tim yang mereka beri nama Tim Penggali Seni, Budaya, dan Tradisi Kabupaten Empat Lawang itu, bertujuan mengangkat kembali akar budaya setempat agar menjadi tuan rumah di daerah sendiri.
Mereka akan bekerja secara marathon selama 12 bulan untuk mendata ragam kesenian dan tradisi lokal. Mendata orang-orang yang masih menguasai beragam kesenian dan tradisi tersebut. Misalnya, pemain gitar tunggal, orang yang menguasai geguritan, pantun bersahut, tari-tarian, seni beladiri tradisional alias kuntau.
Setelah semua terdata, Tim itu akan mengumpulkan para seniman dan pendekar mereka sesuai keahlian masing-masing, lalu menghimpun mereka untuk membentuk suatu wadah di tiap kecamatan. Misalnya pusat-pusat latihan kuntau, pusat latihan tari-tarian, dan pusat latihan gitar tunggal.
Setelah semuanya terbentuk, Tim akan membubarkan diri. Namun, sebelumnya mereka akan mendirikan satu yayasan yang mewadahi, mengurus dan memfasilitasi pusat-pusat latihan tersebut. Yayasan ini pula yang akan mencari dana untuk membiayai operasional pusat-pusat latihan seni dan beladiri tersebut.
“Tim Penggali Seni, Buda, dan Tradisi Kab. Empat Lawang ini boleh dikata sebagai bidan untuk kelahiran sanggar-sanggar seni dan perguruan beladiri tradisional Empat Lawang,” kata Ketua Tim Abdul Madjid Abdullah.
Tim ini sengaja dibentuk dengan struktur yang ramping agar lincah bergerak dan mengambil keputusan. “Tidak perlu banyak orang yang terlibat. Walaupun sedikit orang tapi banyak menghasilkan karsa, karya, dan kerja,” ungkap pengelola blog berita KORAN_ONLINE itu.
Bulan Oktober
Tim yang diketuai Abdul Madjid Abdullah, seorang wartawan yang berdomisili di Lampung ini, direncanakan akan memulai kegiatannya bulan Oktober 2007 mendatang. “Berjalan tidaknya Tim ini tergantung dana, yang diharapkan datang dari bantuan para donator dan Pemkab. Empat Lawang,” kata Abdul Madjid.
Ismail Majid, yang duduk sebagai sekretaris dalam Tim itu, merupakan salah seorang generasi muda Lintang Empat Lawang, yang memiliki kepedulian tinggi terhadap kelestarian budaya setempat.
Ia memiliki pengetahuan tentang beragam seni dan budaya Lintang yang sudah lama ditinggalkan. Misalnya, ia bisa menuturkan secara detil tentang geguritan, bajidur, tradisi perkawinan adapt Lintang dll.
Sedangkan Bestari Suud, yang duduk sebagai Bendahara Tim Penggali Seni, Budaya, dan Tradisi Lintang Empat Lawang, juga memiliki kepedulian yang sama tentang kelestarian budaya Lintang Empat Lawang. Sebagai orang yang menetap di “Dusun”, ia sangat merasakan kegelisahan budaya tersebut. Ia menjadi saksi hidup melunturnya budaya lokal Lintang Empat Lawang lantaran merasuknya budaya Barat yang tidak mendidik.
“Anak-anak muda di Dusun lebih suka minum-minuman keras ketimbang bekerja. Mereka menggemari musik Barat yang bahasanya tidak dimengerti ketimbang mengembangkan memainkan Gitar Tunggal dan Berejung,” kata Bestari Suud.
Mengharap Dukungan
Dukungan dari semua pihak sangat diharapkan untuk kelancaran kerja Tim ini. Dukungan yang diharapkan adalah support, masukan-masukan ide, dan yang paling penting adalah dana.
“Tanpa dukungan dana, terus terang Tim ini tidak akan bisa berjalan. Oleh karena itu, para tokoh masyarakat Lintang Empat Lawang di perantauan dan Pemkab. Empat Lawang bersedia membantu dana,” kata Abdul Madjid, yang dibenarkan oleh Ismail Majid.

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Foto-Foto