Rabu, 29 Agustus 2007

Realisasi Bagi Hasil Migas Baru 31%

PRABUMULIH (Berita Nasional) : Realisasi bagi hasil migas dan PBB migas hingga Juli 2007 baru 31 persen atau sekitar Rp25,8 miliar, dari target 82,1 miliar. Angka itu khusus kontribusi PT Pertamina EP Region Sumatera, Prabumulih. "Kami akan jemput bola menyampaikan hal itu ke pusat. Rencananya, besok (hari ini, red) saya akan berangkat ke Jakarta ikut rapat lipting (perhitungan) di Departemen Keuangan dan Departemen ESDM (Energi Dan Sumber Daya Manusia)," kata Kepala Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Prabumulih Drs H Chozali Hanan MM, kemarin Dijelaskannya, kewenangan pembagian atas hasil migas serta PBB bukan kewenangan daerah, melainkan pemerintah pusat. Makanya, pihaknya siap membeberkan data realisasi pajak yang sudah masuk di depan rapat lipting Departemen Keuangan (Depkeu) dan Departemen ESDM yang akan berlangsung selama tiga hari di Jakarta. Sebenarnya ada tiga sumber penerimaan daerah yang akan masuk dalam APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah). Yakni, dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana perimbangan, dan pendapatan lain-lain yang sah. "PAD 2007 ditarget Rp12.093.380.000, hingga Juli sudah terealisasi Rp8.717.514.474 atau sekitar 72,09 persen," terang dia. Lalu, dana perimbangan, target Rp89 miliar, yakni dari bagi hasil pajak dan bukan pajak. Namun, khusus SDA (sumber daya alam) dari migas dan PBB migas ditarget Rp82,1 miliar, hingga Juli baru terealisasi Rp25,8 miliar atau sekitar 31 persen. Kemudian, untuk pendapatan lain-lain yang sah ditarget Rp4,4 miliar, namun baru terealisasi Rp130 juta. "Total target APBD 2007 sebesar Rp299.973.864.919 atau sekitar Rp300 miliar," ujar Chozali. Soal keinginan DPRD agar audit terhadap pajak perimbangan atas migas dan PBB migas dari PT Pertamina EP Region Sumatera, Chozali welcome. "Silakan saja, jika DPRD ingin audit dana perimbangan pajak migas dan PBB migas Pertamina. Itu kewenangan DPRD ke PT Pertamina. Nanti, yang akan menjelaskan pihak Pertamina, mereka (Pertamina) yang punya data keseluruhan, termasuk data produksi," tegasnya.(*)

Senin, 27 Agustus 2007

Rendah Kesadaran Memberikan ASI di Indonesia

JAKARTA (Berita Nasional/ANTARA) - Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta mengatakan bahwa meskipun usaha untuk meningkatkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sangat gencar dilakukan, tapi kesadaran masyarakat untuk pemberian ASI di Indonesia masih memprihatinkan."Cakupan ASI eksklusif 6 bulan hanya 39,5 persen dari keseluruhan bayi dan hal yang sangat menyedihkan adalah peningkatan pemakaian susu formula sampai tiga kali lipat antara 1997-2002," kata Meutia Hatta pada acara puncak peringatan pekan ASI sedunia 2007 di Istana Negara, Senin.Menurut dia, berdasarkan data yang ada pada 2002-2003 bayi dibawah usia 4 bulan yang diberikan ASI eksklusif hanya 55 persen sementara itu pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 2 bulan hanya 64 persen, 46 persen pada bayi berumur 2-3 bulan dan 14 persen pada bayi berumur 4-5 bulan.Dikatakan bahwa permasalahan yang mengakibatkan masih rendahnya penggunaan ASI di Indonesia adalah faktor sosial budaya, kurangnya pengetahuan akan pentingnya ASI, jajaran kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung program pemberian ASI, gencarnya promosi susu formula dan kurangnya dukungan dari masyarakat termasuk institusi yang mempekerjakan perempuan untuk ibu menyusui.Oleh karena itu, lanjut dia, keberhasilan ibu menyusui juga ditentukan oleh dukungan yang terus menerus dari suami, keluarga, petugas kesehatan dan masyarakat untuk terus menyusui bayinya."Salah satu alasan ibu tidak berhasil memberikan ASI eksklusif adalah ketidakmampuan bayi menghisap ASI dengan benar karena penolong persalinan yang memisahkan bayi dari ibunya begitu dilahirkan menghambat naluri bayi," ujarnya.Sejalan dengan itu, lanjut dia, Tema Pekan ASI sedunia 2007 adalah mengangkat inisiasi menyusu dini, setelah dilahirkan bayi langsung diletakkan di perut ibu sehingga bayi secara alamiah akan mencari puting susu ibunya dan menghisap ASI."Keberhasilan inisiasi menyusu dini akan membantu keberhasilan menyusui secara eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai anak berusia 2 tahun," katanya.Mengacu pada Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs), kata Meneg PP, inisiasi menyusu dini yang dilanjutkan hingga 6 bulan dan 2 tahun dapat membantu mempercepat pencapaian menghapus kemiskinan dan kelaparan."Hilangnya kesempatan memperoleh ASI menyebabkan lebih dari lima juta anak balita, termasuk bayi kurang dari 1 tahun, menderita kurang gizi dan sekitar 1,7 juta balita mengalami gizi buruk," katanya.Tindakan inisiasi menyusu dini juga akan sangat membantu tercapainya tujuan MDGs nomor emat yaitu mengurangi angka kematian anak karena menyusu dini dalam satu jan pertama setelah melahirkan akan mengurangi kematian bayi baru lahir, ujarnya."Setiap ibu harus dibantu agar mendapat kesempatan untuk dapat menyusui mulai satu jam pertama," katanya.Tema peringatan pekan ASI Sedunia 2007 adalah "Menyusu Satu Jam Pertama Kehidupan Dilanjutkan dengan Menyusui Eksklusif 6 bulan, Menyelamatkan Lebih Dari 1 juta Bayi".(*)

Sabtu, 25 Agustus 2007

Lampung Expo Ajang Promosi Usaha

BANDAR LAMPUNG (Berita Nasional) : Seratus lebih instansi pemerintah dan swasta mengikuti Lampung Expo 2007 yang akan dibuka Gubernur Sjachroedin Z.P., hari ini (25/8). Sasaran Lampung Expo keenam tahun ini membuka peluang ekspor produk unggulan Lampung ke mancanegara.

Ajang promosi produk dan jasa yang digelar di Graha Wangsa, Bandar Lampung ini belangsung sampai tanggal 30 Agustus, diikuti 100 peserta dari berbagai daerah di Indonesia. Selain instansi pemerintah daerah se-Lampung, ajang promosi tahunan ini juga diikuti insatansi swasta lokal, nasional, dan multinasional. DAerah luar Lampung ikut antara lain Bengkulu, Sumatera Selatan, Siak, Jatim, dan Jakarta.

Sebagai penyelenggara, Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Koperindag) Provinsi Lampung tidak menargetkan transaksi penjualan. “Yang terpenting langkah ke depan, membuka peluang ekspor produk unggulan Lampung,” kata Kadis Koperindag Lampung, Suparmo, Jumat (24/8-07).

Lampung menampilkan berbagai produk unggulan seperti kopi, udang, nanas kaleng, cokelat, dan karet. Suparmo berharap ajang ini tidak sebatas membuka kesepakatan transaksi ekspor seperti tahun lalu dengan Malaysia, tapi bisa sampai realisasi transaksi.

“Transaksi dengan Malaysia tahun lalu meleset. Mereka tidak mau mengikuti aturan ekspor-impor. Mereka inta barang dikirim, baru dibayar. Pengusaha Lampung tidak mau,” ujar Suparmo.

Selain membuka peluang ekspor dan investasi, Lampung Expo diharapkan merangsang pengusaha industri, perdagangan, koperasi, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dari seluruh Indonesia meningkatkan mutu produk.(*)

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Foto-Foto