Kisah Para Penjaga Gerbang
“Selamat pagi, Pak? Ada yang bisa dibantu?”
Sapaan
ramah itu meluncur dari Pak Kahartono, anggota Satpam Pos Maingate
(gerbang utama) PT Gunung Madu Plantations seraya memberi hormat kepada seorang tamu, pengendara
mobil pribadi.
Si
tamu yang sejak mendekati pos maingate sudah menurunkan kaca pintu
mobilnya, tersenyum sambil memberitahu keperluannya. Setelah memberi
petunjuk arah yang harus dituju, Pak Kahar pun meminta si pengendara
mobil menitipkan SIM di pos. “Mohon SIM-nya ditinggal di pos, Pak,” kata
Pak Kahar ramah.
Kesiapan,
kesigapan, dan keramahan melayani tamu-tamu yang masuk ke PT. Gunung
Madu Plantations, Lampung Tengah, sudah menjadi keseharian para petugas
Satpam di pos Maingate. Sopan dan ramah sudah menjadi performance wajib
petugas di pos ini. Selain itu, mereka juga dituntut selalu
berpenampilan rapi dengan wajah berseri. Tak peduli di rumah ada masalah
atau tidak, yang penting ketika tiba di pos, anggota harus menunjukkan
sikap ramah dan bersahabat.
“Orang
yang kami layani bermacam ragam karakternya. Latar belakang sosialnya
pun berbeda,” kata Kepala Unit Satpam Research & Development
(R&D) yang membawahi Pos Maingate, Tri Sujatmiko. Dia menggambarkan,
tak jarang tamu yang datang adalah pejabat, orang berpangkat, bahkan
petugas keamanan. Suka duka mereka rasakan setiap hari di pos ini ketika
berhadapan dengan bermacam karakter orang.
“Tugas
kami di sini melayani, tetapi kami juga harus menjalankan peraturan
yang ada,” kata Pak Mulyanto, Wakanit Satpam R&D. Karena itu pula,
kata Pak Mul, dalam menjalankan tugas mereka sering berhadapan dengan
orang yang minta dilayani, tetapi mengabaikan peraturan.
“Suatu
kali ada tamu marah-marah ketika ditanya tujuannya dan diminta
menitipkan SIM di Pos. Sambil mengisap cangklong orang itu
ngomel-ngomel, menyalahkan perusahaan yang banyak birokrasi,” kata Pak
Mul.
“Padahal,
kita menanyakan tujuannya untuk memudahkan para tamu juga. Kalau tahu
tujuannya, kita bisa membantu menunjukkan arah,” kata Tri Sujatmiko
menyambung ucapan Pak Mul.
Yang
repot, timpal Kahartono, menghadapi tamu yang mengaku kenal sama
pimpinan, tetapi dia tidak bersedia mengikuti peraturan kita. “Ditanya
mau kemana, dia marah. Diminta SIM, dia membentak,” kata Kahar. Padahal,
tambah Kahar, kalau si tamu tersesat di dalam, yang dimarahi ya petugas
di Pos Maingate karena dianggap tidak melayani tamu dengan baik.
Kerepotan
sering terjadi ketika melayani para sopir yang mengambil SIM. Para
sopir biasa menyuruh kernetnya mengambil SIM di pos, biasanya mereka
terburu-buru jika hendak keluar Maingate. Di sini sering terjadi
masalah. SIM tertukar karena kesamaan nama.
Pengalaman
pahit pernah dialami Pak Mul dan Marwan Balau lantaran ada SIM
tertukar. Pak Mul suatu hari harus berangkat ke Bandar Lampung, menyusul
sopir truk gula yang membawa SIM orang lain. “Ketika saya tiba di rumah
si sopir di Bandar Lampung, orangnya sudah berangkat ke Jakarta membawa
SIM yang tertukar itu,” kata Pak Mul terkekeh mengenang pengalamannya.
Hal
serupa juga dialami Marwan Balau, meskipun tidak seberat Pak Mul.
Ketika dia bertugas mencatat tamu keluar-masuk, ada SIM yang tertukar.
“Untungnya sopir yang lebih dulu keluar itu, rumahnya di Yukum. Saya
susul ke rumahnya, Alhamdulillah ketemu,” kenang Marwan tersenyum.
“Dibalik suka dan duka bertugas di Pos Maingate, terselip kisah-kisah lucu meskipun kadang menjengkelkan,” kata Tri Sujatmiko.
Suatu
ketika ada tamu datang ke pos. Dia melapor ingin ke rumah familinya
bernama si “A”. Menurut tamu tadi, familinya itu minta dia menyebutkan
namanya di pos satpam, anggota satpam pasti tahu. Nama yang disebut itu,
di Gunung Madu ini, kata Tri Sujatmiko ada hampir 20 orang. “Kita
bingung, siapa yang dimaksud?” tuturnya.
Yang
sering pula terjadi dan dialami hampir semua anggota satpam di Maingate
adalah telepon tanpa identitas. Yang dimaksud telepon tanpa identitas
adalah ada yang nelpon ke pos tanpa menyebutkan nama dan dari mana.
“Telpon
bordering, ketika diangkat dari seberang terdengar suara ‘Pak, anak
saya sudah sampai belum di sana?’. Kita bingung menjawabnya, anak yang
mana yang dimaksud? Ketika ditanya dari siapa, telpon sudah ditutup,”
kata Marwan Balau menceritakan pengalamannya.
Ada
juga yang melalui telepon menitipkan anaknya agar dicarikan tumpangan
masuk ke housing, kata Tri Sujatmiko. “Yang mau dicarikan tumpangan
siapa? Di sini banyak sekali orang, dan dia sendiri tidak member tahu
dirinya siapa?” kata Kanit Satpam R&D itu.
“Mereka menyangka satpam di Post Maingate ini kenal semua orang di dalam,” katanya sambil terkekeh.
Kalau
soal sukanya bertugas di Pos Maingate, kata Pak Mul, banyak juga
sukanya. Ada isteri manajer yang kalau keluar atau masuk selalu memberi
buah kepada satpam di sini.
“Isteri Pak Sutarto sering member kami buah,” kata Pak Mul. Ada juga pedagang makanan yang bermurah hari membagi sedikit dagangannya. Ada pisang goring, kerupuk, kue, bahkan kacang goreng. Cukuplah untuk teman minum kopi.
“Isteri Pak Sutarto sering member kami buah,” kata Pak Mul. Ada juga pedagang makanan yang bermurah hari membagi sedikit dagangannya. Ada pisang goring, kerupuk, kue, bahkan kacang goreng. Cukuplah untuk teman minum kopi.
Satpam
di Pos Maingate ini berjumlah 14 orang, termasuk kanit dan wakanit.
Mereka dibagi dalam tiga regu: Regu A (Sugondo, Deni Sumpena, Ah.
Nahrowi, Yuslihun), Regu B (Gunawan B, Joni Mawardi, Supriyono,
Agustinus Robert W), Regu C (Kahartono, Roni Wakasala, Marwan Balau,
B.J. Hunter Simamora).