Kamis, 27 Desember 2007

Banjir dan Longsor Ancam Jalinteng

LAHAT (Berita Nasional) : Sejumlah ruas jalan dalam wilayah Kabupaten Lahat dan Empat Lawang patut diwaspadai karena terdapat titik rawan longsor, terutama pada daerah yang tanahnya labil. Pada beberapa kecamatan juga termasuk rawan banjir, apalagi yang berada sepanjang bantaran sungai.

Seluruh Camat di wilayah Kabupaten Lahat melalui surat bupati No.364/467/Kesbangpol/2007 diinstruksikan untuk siaga bencana banjir dan longsor dengan mendirikan posko pada setiap kecamatan.

"Jika ada kejadian bencana longsor dan banjir diminta koordinasi secepatnya untuk menentukan langkah penanganan," kata Asisten 1 Setda Pemkab Lahat, Marwan Mansyur, SH, MM, Selasa (18/12).

Sedikitnya tujuh kecamatan tergolong rawan banjir yakni Kikim Timur, Kikim Tengah, Kikim Selatan, Kikim Barat, Lahat, dan Gumay Talang serta sepanjang bantaran sungai. Sementara daerah rawan longsor berada pada lima kecamatan yakni Tanjungsakti Pumi, Pulaupinang, Kota Agung, Jarai, dan Pseksu.

Pada jalur jalan negara (Jalinteng) dan jalan provinsi di wilayah Kabupaten Lahat dan Empat Lawang terdapat sejumlah titik rawan longsor.

Badan Jalinteng rawan longsor berada di kawasan Desa Sukarame, Gumay Talang, badan jalan amblas di lokasi itu beberapa bulan lalu sempat menyebabkan arus kendaran terhambat. Di wilayah Desa Gunung Kembang, Kecamatan Kikim Timur, ruas jalan rawan longsor dan banjir karena berada di pinggir Sungai Kikim Besar.

Sementara pada ruas jalan provinsi umumnya rawan longsor, jalur menuju Kota Pagaralam dari Kota Lahat, daerah rawan longsor dan sering terjadi longsor, mulai dari Pulaupinang, antara Desa Tanjung Mulak hingga Desa Kedaton (Terkul). Begitupula di kawasan tanjakan dan tikungan (liku) Indikat, perbatasan Kabupaten Lahat dan Kota Pagaralam.

Jalur jalan provinsi menghubungkan Sumsel dan Kabupaten Bengkulu Selatan, Provinsi Bengkulu di wilayah Kecamatan Tanjungsakti Pumi, badan jalan sempit berada di atas jurang dalam dan juga rawan longsor. Ruas jalan rawan longsor juga terdapat di kawasan Kecamatan Kota Agung, Simpang Meo, Muaraenim.

Sementara di wilayah Kabupaten Empat Lawang, daerah rawan longsor pada jalur jalan mengubungkan Tebingtinggi, Pendopo melalui Talangpadang, pada sejumlah titik badan jalan rawan amblas dan longsoran berada di pinggir Sungai Musi.

"Meski ada beberapa titik kerusakan jalan, namun jalan penghubung Tebingtinggi hingga Pendopo masih terbilang aman," kata Kasat Lantas, AKP H. Hadi Sunseno.
Kepala UPTD PJ2 Lahat Dinas PU Bina Marga Sumsel, Ir MG Yuzal, membenarkan hampir tiap ruas jalan terdapat titik rawan longsor.
Pagaralam Tiga Titik

Sementara ancaman longsor di wilayah Kota Pagaralam sedikitnya terjadi di tiga titik dinilai rawan longsor, dan perlu diwaspadai oleh pengguna jalan raya. Titik rawan longsor itu melalui jalur Pagaralam-Lahat, Pagaralam-Tanjung Sakti, Pagaralam-Pendopo Empat Lawang.

Jalur Pagaralam-Lahat yang rawan longsor di kawasan Indikat Kelurahan Atung Bungsu Dempo Selatan dan kawasan Lemtang Indak Kelurahan Pelang Kenidai Dempo Tengah. Sedangkan jalur Pagaralam Tajungsaki tembus ke Manna, Bengkulu Utara, titik rawan daerah perbatasan Dusun Keringjing, Kelurahan Bunrung Dinang sampai memasuki Kecamatan Tanjungsakti, Lahat.

Sedangkan Jalur Pagaralam, Provinsi Bengkulu melalui Kabupaten Empatlawang titik rawan longsor di wilayah Jarai Muarapinang, Pendopo hingga tembus ke Ulu Musi
Sedangkan untuk wilayah Kabupaten OKU Timur, menurut Kepala Dinas PU Pengairan Kabupaten OKUT, Ir Aulia Akbar, Sungai Komering berpotensi menyebabkan banjir terutama desa-desa yang berada di bantaran sungai.
53 Desa Berpotensi Banjir

Potensi banjir mulai nampak setelah hujan mengguyur wilayah Kabupaten Musi Banyuasin satu pekan terakhir. Selain debit Sungai Musi mulai naik, limpahan Sungai Musi yang mengaliri anak sungai mulai merendam beberapa desa.

Di Kabupaten Muba, sedikitnya 53 desa tersebar di tujuh kecamatan berpotensi terjadinya banjir. Wilayah ini umumnya dilalui Sungai Musi dan Sungai Batangharileko. Hingga Selasa (18/12), anak Sungai Dawas kembali meluap, dan merendam Desa Tanjung Dalam Kecamatan Keluang.

Kabag Humas Pemkab Muba, Herryandi Sinulingga AP didampingi Camat Keluang Umar Sarif, SSTP, MSi mengatakan, Desa Tanjung Dalam yang didiami sekitar 350 KK telah digenangi luapan air yang berasal dari anak Sungai Dawas.
"Ketinggian air berkisar satu hingga satu setengah meter, namun tidak ada rumah warga yang terendam karena rata-rata rumah warga berbentuk panggung bertiang tinggi," katanya.
Wakil Bupati Muba, H Pahri Azhari mengatakan Pemkab segera memberikan bantuan kemanuasiaan tahap awal, seperti selimut, obat-obatan dan makanan bagi desa yang mengalami musibah.(sripo)

Jumat, 21 Desember 2007

Pemred Tabloid Investigasi Dituntut Satu Tahun Penjara

JAKARTA (Berita Nasional) : Pemimpin redaksi (Pemred) Tabloid Dwimingguan Investigasi, Eddy Soemarsono, dituntut satu tahun penjara dengan masa percobaan dua tahun, karena dianggap telah mencemarkan nama baik mantan Ketua Otorita Batam Ismeth Abdullah, yang kini menjabat Gubernur Kepulauan Riau.

Tim Jaksa Penuntut Umum (JPU) yang diketuai Robert Tacoy dalam sidang perkara tersebut di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, Rabu, menyatakan Eddy terbukti melakukan pencemaran dan penyerangan nama baik pejabat melalui pemberitaan.

"Menyatakan terdakwa bersalah melakukan tindak pidana pencemaran nama baik terhadap pejabat yang sedang menjalankan tugas resmi," kata Robert Tacoy.

Selain menuntut pidana penjara, JPU juga menuntut Eddy agar membayar denda sebesar Rp10 juta. Apabila denda tidak dibayar, Eddy diwajibkan menjalani pidana kurungan selama tiga bulan.

Menurut JPU, pemberitaan tabloid Investigasi tentang tuduhan korupsi yang dilakukan Ismeth Abdulah adalah berita yang tidak berdasar.

Pemberitaan tersebut, masih menurut JPU, telah mengganggu kinerja Ismeth dan mengusik ketenangan keluarganya.

Menanggapi tuntutan itu, kuasa hukum Eddy, Dumoli Siahaan menyatakan tuntutan itu terlalu berat.

Pemberitaan di media massa adalah bentuk kebebasan pers. Pemberitaan tentang Ismeth, katanya, merupakan ekspresi kebebasan pers, sama seperti karikatur presiden.

"Itu masih dalam kadar yang biasa," kata Dumoli.

Rencananya, Eddy dan kuasa hukumnya akan mengajukan nota pembelaan pada 27 Desember 2007.

Pemred tabloid Dwimingguan Investigasi, Eddy Soemarsono, diadili atas berita tentang berbagai dugaan korupsi dan suap melibatkan mantan Ketua Otoritas Batam Ismeth Abdullah.

Berita tersebut dimuat di Tabloid Investigasi edisi 11, tanggal 11-30 Agustus 2006.

Eddy didakwa melakukan pencemaran nama baik Ismeth yang kini menjabat sebagai Gubernur Kepulauan Riau (Kepri).

Jaksa Penuntut Umum (JPU) mendakwa Eddy dengan Pasal 311 ayat (1) jo Pasal 316 KUHP, dan Pasal 310 ayat (2), serta Pasal 18 ayat (2) KUHP jo Pasal 5 ayat (1) UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers, dengan ancaman hukuman maksimal empat tahun penjara.
(gatra.com)

Selasa, 18 Desember 2007

Teluk Lampung Masih Dikotori Sampah

BANDAR LAMPUNG (Berita Nasional) : Sampah organik dan nonorganik yang menjadi penyebab tercemarnya perairan Teluk Lampung masih menumpuk di pesisir Kota Bandar Lampung itu। Sampah plastik yang mengotori pantai Teluk Lampung tampak di perkampungan nelayan Sukaraja, Telukbetung, belakang tempat Kursus Bahasa Mandarin Han Yuan।

Para nelayan di sini seperti terbiasa bekerja di dekat tumpukan sampah plastik, seperti menarik jaring ikan dari laut. Bahkan, ada WC cemplung yang berderet, hanya disekat papan setinggi pinggang orang dewasa.

Di sisi lain, kondisi rumah yang berimpitan dan jalan yang hanya selebar 50 cm sampai 1 meter menambah kekhasan wilayah ini. Meskipun beberapa rumah telah permanen, tetap saja tidak bisa menutup kekhasan perkampungan pinggiran pantai ini.

Selain menjadi nelayan, sebagian penduduknya berdagang, terutama makanan yang biasa disantap malam hari, seperti satai, martabak, dan ketoprak.Selain sampah, ancaman lainnya terhadap kelestarian ekosistem Teluk Lampung adalah kerusakan hutan bakau dan terumbu karang. Hampir 18 persen terumbu karang di Teluk Lampung dan sekitarnya saat ini telah mati.

Menurut Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Lampung, Untung Sugiyatno yang dikutip dari Antara, penyebab utama kematian terumbu karang di kawasan perairan Teluk Lampung itu umumnya adalah karena bom-bom ikan yang digunakan para nelayan.

Menurut dia, terumbu karang di teluk itu luasnya sekarang sekitar 11 hektare, yang tersebar di Condo (47 ha), Tegal (98 ha), Kelagian (435 ha), Puhawang (694 ha), Legundi (1.742 ha), Sebuku (1.646 ha), Sebesi (2.620 ha) dan Balak (32 ha).

Kerusakan hutan bakau dan terumbu karang itu merupakan suatu ironi di tengah upaya Pemerintah Provinsi Lampung menjadikan wilayahnya sebagai salah satu penghasil utama ikan nasional.Industri perikanan di Lampung selama beberapa tahun terakhir memang berkembang pesat.

Hal itu karena didukung besarnya potensi perikanan di daerah itu. Nilai ekspor dan produksi perikanan Lampung dalam tiga tahun terakhir terus meningkat.Tahun 2004, Lampung memproduksi 228,65 ribu ton ikan, kemudian menjadi 231,40 ribu ton (2005) dan 236,38 ribu ton tahun 2006.

Sementara itu, tinggi gelombang laut di perairan sebelah barat Provinsi Lampung dan Selat Sunda pada Senin akan berkisar dua sampai dengan tiga meter, dan gelombang itu berbahaya bagi tongkang dan perahu nelayan.

Berdasarkan laporan BMG yang dipantau dari Bandar Lampung, tinggi gelombang maksimum tiga meter juga diperkirakan terjadi di perairan sebelah selatan Banten, perairan sebelah utara Aceh dan Papuam serta perairan sebelah barat Sumut hingga Sumbar.

Sehubungan terjadinya gelombang maksimum dua meter, para nelayan juga diingatkan bahaya gelombang laut di perairan sebelah selatan Jawa Barat hingga Jatim, perairan sebelah barat Aceh, Selat Karimata, Laut Maluku, dan Laut Seram.

BMG memperingatkan perahu nelayana, tongkang dan kapal feri di perairan sebelah barat Bengkulu, Laut Natuna dan Sulawesi, serta perairan Sangihe Talaud, karena diperkirakan terjadinya gelombang laut 3,0 - 4,0 meter.(lampung post)

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Foto-Foto