Korban Tewas Banjir dan Longsor di Ngawi 25 Orang
NGAWI (Berita Nasional/ANTARA News) - Korban meninggal dunia akibat banjir serta tanah longsor di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, hingga Rabu tercatat 25 orang, dan diperkirakan masih bisa bertambah karena upaya pencarian korban lain dan pendataan masih berlangsung.
Dari 25 korban tewas itu, 20 diantaranya adalah korban banjir di Kecamatan Ngawi, Kwadungan, Geneng, Padas, dan Pitu, sedangkan lima lainnya merupakan korban tanah longsor di Kecamatan Sine dan Mantingan.
Di Kecamatan Ngawi banjir telah merenggut empat jiwa manusia, di Kwadungan menewaskan 11 orang, di Geneng Tiga orang, serta di Padas dan Pitu korban tewas masing-masing satu orang.
Sementara bencana tanah longsor di Kecamatan Sine telah menewaskan empat orang dan Kecamatan Mantingan satu orang.
Koordinator Satuan Koordinasi dan Pelaksana (Satkorlak) Penanggulangan Bencana Alam (PBA) Kabupaten Ngawi, Muhammad Sodik Tri, mengatakan, dua korban meninggal terakhir berasal dari Desa Tambakboyo, Kecamatan Mantingan, bernama Agus Purnomo (11) dan Ratno Santoso (52), warga Dusun Putat, Desa Kendung, Kecamatan Kwadungan.
"Kedua korban tersebut adalah korban longsor yang terjadi di Desa Tambakboyo beberapa hari lalu, dan satu korban lagi korban banjir," katanya mengungkapkan.
Menurut dia, laporan adanya korban tewas akibat tanah longsor di Tambakboyo itu ia terima pada Selasa (1/1) kemarin. Dia mengaku belum tahu persis bagaimana musibah tanah longsor itu terjadi.
Dari laporan yang diterima, kata dia, tanah longsor itu terjadi setelah malam sebelumnya terjadi hujan deras di Desa Tambakboyo.
Sedangkan, korban tewas akibat bencana banjir baru-baru ini dilaporkan tewas setelah sakit, akibat terendam banjir beberapa hari di desanya.
Dari jumlah korban meninggal tersebut, kata dia, kebanyakan rata-rata adalah warga yang telah berusia lanjut usia.
"Selain meninggal karena sakit, para korban tersebut meninggal akibat terjebak banjir yang menggenangi rumahnya," katanya menjelaskan.
Data korban meninggal tersebut, baru data sementara dan tidak menutup kemungkinan jumlahnya akan bertambah lagi. Pasalnya, hingga saat ini masih terus dilakukan pencarian dan pendataan para korban banjir, demikian M Sodik.(*)
Dari 25 korban tewas itu, 20 diantaranya adalah korban banjir di Kecamatan Ngawi, Kwadungan, Geneng, Padas, dan Pitu, sedangkan lima lainnya merupakan korban tanah longsor di Kecamatan Sine dan Mantingan.
Di Kecamatan Ngawi banjir telah merenggut empat jiwa manusia, di Kwadungan menewaskan 11 orang, di Geneng Tiga orang, serta di Padas dan Pitu korban tewas masing-masing satu orang.
Sementara bencana tanah longsor di Kecamatan Sine telah menewaskan empat orang dan Kecamatan Mantingan satu orang.
Koordinator Satuan Koordinasi dan Pelaksana (Satkorlak) Penanggulangan Bencana Alam (PBA) Kabupaten Ngawi, Muhammad Sodik Tri, mengatakan, dua korban meninggal terakhir berasal dari Desa Tambakboyo, Kecamatan Mantingan, bernama Agus Purnomo (11) dan Ratno Santoso (52), warga Dusun Putat, Desa Kendung, Kecamatan Kwadungan.
"Kedua korban tersebut adalah korban longsor yang terjadi di Desa Tambakboyo beberapa hari lalu, dan satu korban lagi korban banjir," katanya mengungkapkan.
Menurut dia, laporan adanya korban tewas akibat tanah longsor di Tambakboyo itu ia terima pada Selasa (1/1) kemarin. Dia mengaku belum tahu persis bagaimana musibah tanah longsor itu terjadi.
Dari laporan yang diterima, kata dia, tanah longsor itu terjadi setelah malam sebelumnya terjadi hujan deras di Desa Tambakboyo.
Sedangkan, korban tewas akibat bencana banjir baru-baru ini dilaporkan tewas setelah sakit, akibat terendam banjir beberapa hari di desanya.
Dari jumlah korban meninggal tersebut, kata dia, kebanyakan rata-rata adalah warga yang telah berusia lanjut usia.
"Selain meninggal karena sakit, para korban tersebut meninggal akibat terjebak banjir yang menggenangi rumahnya," katanya menjelaskan.
Data korban meninggal tersebut, baru data sementara dan tidak menutup kemungkinan jumlahnya akan bertambah lagi. Pasalnya, hingga saat ini masih terus dilakukan pencarian dan pendataan para korban banjir, demikian M Sodik.(*)
Posting Komentar